Liputan6.com, Seoul - Diplomat sekaligus pendiri FPCI Dino Patti Djalal mengatakan bahwa Indonesia dan Korea Selatan memiliki hubungan baik hingga kini. Tahun 2022, hubungan diplomatik antara kedua negara ini menginjak usia ke-49 tahun.
"Menurut pandangan saya, yang membuat hubungan Indonesia-Korsel spesial karena hubungan ini tanpa beban dan tanpa 'agenda'," ujar Dino saat mendampingi 'Indonesia Next Generation Journalist Network on Korea' kerja sama Korea Foundation dan Forum Policy Community Indonesia (FPCI) di KBRI Seoul, Korea Selatan beberapa waktu lalu.
Baca Juga
"Tidak ada hidden agenda seperti misalnya relasi dengan negara-negara besar lain," ucap mantan Dubes Indonesia untuk AS itu.
Advertisement
Dino menuturkan bahwa "tak ada beban di sini artinya beban sejarah masa lalu, jadi tidak ada additional control variable yang membuat tak nyaman".
Dino menyebut bahwa Korea Selatan masuk dalam core interest dengan Indonesia, seperti Amerika, China, Inggris, Jerman, Singapura, dan Australia. "Yang membuat hubungan ini spesial, hubungan ini tanpa beban tanpa hidden agenda."
"Dengan Korea (Korea Selatan) bebas, no hidden agenda, tidak ada beban masa lalu, really beautiful relationship. Ini hubungan yang sangat kuat, makanya ada special strategic partnership," jelas Mantan Wakil Menteri Luar Negeri RI itu.
Menurut Dino, Korea itu tak sekadar latah menyebut status strategic partnership. Terbukti dari hanya sedikit negara yang dilabeli status tersebut, dan Indonesia salah satunya.
"Kalau mereka mau ada strategic partnership itu benar-benar serius, very special relationship." Ibarat pacaran, Dino menjelaskan bahwa seperti sungguh cinta.
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Indonesia Next Generation Journalist Network on Korea, Cara Diplomasi Hubungan Bilateral Korsel-RI
Dalam kesempatan tersebut, Dino mengatakan bahwa program untuk wartawan 'Indonesia Next Generation Journalist Network on Korea' kerja sama Korea Foundation dan Forum Policy Community Indonesia (FPCI) merupakan yang pertama dalam hubungan bilateral antara Korea dan Indonesia via kegiatan tersebut.Â
"Ini adalah hubungan bilateral pertama (dalam program Indonesia Next Generation Journalist Network on Korea) yang akan mengekspos dan menyosialisasikan hubungan antara Korea dan Indonesia," ucapnya.
Dalam program ini, sepuluh jurnalis akan mengenal lebih jauh Korea Selatan. "kami tidak akan mendikte untu tulisan, karena pasti Anda sudah pasti lebih mengerti. Asalkan berdasarkan fakta yang ada, silahkan saja."
"Selamat," ucap Dino disambut riuh tepuk tangan.
Sekilas Tentang Program
April 2021 lalu Komunitas Kebijakan Luar Negeri Indonesia (FPCI) dan Korea Foundation (KF) Kantor Jakarta mengumumkan peluncuran Indonesian Next Generation Journalist Network sebagai program kerjasama jangka panjang kedua negara.
Program ini dirancang untuk menjadi wadah bagi jurnalis Indonesia guna meningkatkan pemahaman dan memperluas jaringan mereka tentang isu-isu terkait Indonesia-Korea.
Lewat rilis yang diterima Liputan6.com dari FPCI, Jumat (9/4/2021), program ini disebutkan untuk diharapkan dapat menghasilkan semakin banyak jurnalis Indonesia yang berdedikasi yang memiliki minat yang sama dengan masalah Korea.
Di bawah program satu tahun ini, jurnalis yang berpartisipasi akan dihadapkan pada urusan Korea dan hubungan Indonesia-Korea melalui serangkaian lokakarya dan kunjungan kelembagaan selama seminggu ke Korea Selatan.
Selain itu, program dari FPCI ini berupaya menumbuhkan partisipasi media dalam membentuk persepsi dan kebijakan tentang hubungan Indonesia dan Korea Selatan.
10 Pemenang
Sepuluh jurnalis telah terpilih dan berhasil lolos seleksi.
Mereka dinilai memiliki pengalaman jurnalistik paling baik di antara 50 pelamar terpilih lainnya.
Jurnalis terpilih di angkatan pertama program ini adalah Adhitya Ramadhan, Kompas; Ana Noviani, Bisnis Indonesia; Desca Lidya Natalia, Antara; Dian Septiari, The Jakarta Post; Idealisa Masyrafina, Republika; Laela Zahra, Metro TV; Muhammad Rusmadi, Rakyat Merdeka; Riva Dessthania, CNN Indonesia; Suci Sekarwati, Tempo; dan Tanti Yulianingsih, Liputan6.com.
Â
Advertisement
Cerita Dubes Sulis Soal Hubungan Indonesia-Korea Selatan di Bawah Presiden Yoon
Sementara itu, Duta Besar RI untuk Korea Selatan Gandi Sulistyanto mengatakan hubungan baik antara Indonesia dan Korsel akan terus dipertahankan.
Ia yang turut menghadiri acara pelantikan Yoon Suk-yeol pada 10 Mei 2022, mengatakan telah berbicara langsung dengan Presiden Yoon tentang hubungan antara Indonesia dan Korea Selatan.
"Adanya Presidensi Indonesia di G20, saya juga ingatkan Presiden Yoon betapa ini penting, sehingga mengundang Presiden Yoon untuk hadir di Bali pada November tahun ini dan beliau mengatakan akan hadir di G20," ujar Dubes Sulis saat bercengkrama dengan jurnalis dalam program 'Indonesia Next Generation Journalist Network on Korea' kerja sama Korea Foundation dan Forum Policy Community Indonesia (FPCI) akhir Mei 2022 lalu.
Dubes Sulis juga mengatakan, Menteri Luar Negeri Korea Selatan yang baru, Park Jin yang bersahabat dekat dengan Indonesia juga dikonfirmasi bakal menghadiri summit setingkat menlu di Bali bulan Juli.Â
"Ini semua memberikan sinyal jelas bilateral Indonesia-Korsel akan tetap dipertahankan dengan pemerintahan yang baru," ungkap Sulis.
"Saya sudah bicara langsung dengan Presiden Yoon. Saya mengingatkan kembali bahwa pada tahun 2017 sudah ditandatangani adanya special strategic partnership," ucapnya.
"Indonesia jadi satu-satunya negara ASEAN yang punya hubungan spesial dengan Korsel, saya ingatkan pada beliau tentang hubungan spesial itu," tutur Sulis.
Soal Invasi Rusia ke Ukraina dan Imbasnya untuk Korea Selatan
Invasi Rusia ke Ukraina telah berdampak ke banyak hal, salah satunya merubah peta kebutuhan energi pengguna batu bara.
Sanksi atas aksi militer Rusia di Ukraina telah membuat Korea Selatan menghentikan impor batu bara Rusia dalam beberapa bulan terakhir. Jika sanksi diperluas, bukan tak mungkin akan terjadi perebutan sumber baru untuk impor dalam hal tersebut.
Duta Besar RI untuk Korea Selatan Gandi Sulistyanto mengatakan, Indonesia berpeluang mengisi celah pasar untuk menyuplai batu bara ke Korea Selatan.
"Usaha ke sana sudah ada," ujar Dubes yang karib disapa Sulis itu dalam pertemuan dengan sejumlah jurnalis dalam 'Indonesia Next Generation Journalist Network on Korea' kerja sama Korea Foundation dan Forum Policy Community Indonesia (FPCI) akhir Mei 2022 lalu.
"Pada rapat dengan menteri perdagangan Korea, Indonesia siap mensubstitusi kekurangan pasokan batu bara yang ditinggalkan oleh negara yang sedang perang," jelasnya.
Dubes Sulis menceritakan bahwa dirinya pernah mendapat laporan dari seorang trader, yang menyuplai sekitar 29 juta ton batu bara per tahun ke Korea Selatan dan seluruh dunia. Meskipun dengan harga yang sedang tinggi.
Untuk diketahui, batu bara yang dibutuhkan oleh Korea Selatan adalah yang berkalori tinggi, sedangkan batu bara Indonesia banyak yang tidak setinggi itu kalorinya (seperti yang di minta Korea Selatan). Oleh sebab kategori itu, Korea Selatan banyak menglmpor batu bara dari Australia dan Rusia.
Â
Advertisement