Liputan6.com, Kyushu - Gunung berapi Sakurajima Jepang, yang terletak di Pulau Kyushu, Jepang meletus pada Minggu 24 Juli 2022. Hal itu mendorong evakuasi di wilayah tersebut.
Menurut laporan CNN, Senin (25/7/2022), Badan Meteorologi Jepang (JMA) mengatakan gunung berapi itu meletus hari Minggu sekitar pukul 20.05 waktu setempat (07.05 ET).
Baca Juga
Rekaman dari kamera pengintai badan menunjukkan awan asap atau abu naik dari gunung berapi Sakurajima.
Advertisement
JMA mengumumkan peringatan Level 5 -- level tertinggi -- yang meminta orang-orang untuk mengungsi.
JMA menyarankan agar warga berhati-hati di Prefektur Kagoshima dan Kota Kagoshima.
Sejauh ini tidak ada laporan segera mengenai kerusakan atau korban jiwa akibat gunung meletus tersebut.
Regulator nuklir Jepang mengatakan bahwa tidak ada penyimpangan yang terdeteksi di pembangkit listrik tenaga nuklir Sendai di dekatnya, lapor Reuters.
Menurut NASA, Sakurajima adalah salah satu gunung berapi paling aktif di Jepang, yang telah meletus beberapa kali dalam beberapa dekade terakhir. Sebelumnya meletus pada Januari 2022, memuntahkan awan abu kilometer ke udara.
Gunung berapi ini terletak di Prefektur Kagoshima di ujung selatan Jepang.
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Gunung Api Bulusan Meletus Lagi, Sejumlah Kota di Filipina Diselimuti Kolom Abu Vulkanik
Sebuah gunung berapi di Filipina memuntahkan kolom abu besar ke langit pada Minggu 12 Juni 2022, menyelimuti wilayah yang masih belum pulih dari letusan minggu lalu.
"Ledakan dari gunung berapi Bulusan berlangsung selama 18 menit," kata Badan Seismologi Filipina seperti dikutip dari AFP, Senin (13/6/2022).
"Merusak visibilitas jalan dan memaksa maskapai penerbangan untuk membatalkan penerbangan," imbuh badan tersebut.
Pada tanggal 5 Juni, Gunung Bulusan mengirimkan gumpalan abu-abu yang membubung setidaknya satu kilometer (0,6 mil) dan menutupi 10 desa dengan abu.
Penduduk Kota Juban di Provinsi Sorsogon, yang masih belum pulih dari letusan gunung berapi itu minggu lalu, dibangunkan pada hari Minggu oleh guntur gunung berapi.
"Saya pikir itu hanya hujan, tetapi ketika saya melihat ke luar, ada abu di mana-mana," kata penduduk Antonio Habitan kepada AFP. "Sungai kami dulunya jernih tapi sekarang berwarna seperti abu."
Tidak ada korban yang dilaporkan, tetapi badan seismologi menaikkan tingkat siaga menjadi satu pada sistem lima tingkat, yang menunjukkan low level unrest atau sedikit kegempaan.
"Kita belum bisa bilang sudah selesai. Masih ada kemungkinan erupsi ini disusul letusan lagi, makanya kita harus hati-hati dengan Gunung Bulusan," kata Kepala Badan Renato Solidum kepada stasiun radio lokal DZBB.
Â
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Gunung Anak Krakatau 2 Kali Erupsi pada Sabtu Pagi, 5 Februari 2022
Sementara itu, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Andiani menyebut Gunung Anak Krakatau masih memperlihatkan aktivitas hingga pagi ini. Menurut Andini, terpantau Anak Krakatau masih erupsi sebanyak dua kali.
"Tadi pagi terjadi dua kali letusan dengan ketinggian kolom mencapai 1.500 meter," ujar dia kepada Liputan6.com, Sabtu (5/2/2022).
Sebelumnya, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyebut Gunung Anak Krakatau sempat erupsi sebanyak sembilan kali pada hari ini, Jumat (4/2/2022).
"Pada 4 Februari 2022 teramati letusan sebanyak 9 kali," ujar Kepala PVMBG Andiani dalam keterangan tertulisnya kepada Liputan6.com.
Andiani menyebut, sembilan kali erupsi Anak Krakatau terjadi pada pukul 09.43, 10.25, 10.28, 12.46, 13.00, 13.31, 13.41, 14.46, dan 17.07 WIB dengan tinggi kolom abu berkisar 800-1000 meter di atas puncak dan warna kolom kelabu-hitam tebal.
Â
Korban Tewas Akibat Gunung Meletus Tonga Jadi 3 Orang, PBB Sebut Pengiriman Bantuan Terkendala
Sebelumnya, Gunung meletus di Tonga yang memicu tsunami tengah jadi sorotan dunia. Kabar dari negara tersebut sejauh ini masih sulit untuk didapat.
Upaya pengiriman bantuan setelah terjadi letusan gunung berapi di Tonga menghadapi sejumlah tantangan. Di antaranya komunikasi yang terputus, hujan abu yang menutupi bandara utama, dan kebijakan anti-COVID yang ketat, seperti disampaikan pejabat PBB pada Selasa 18 Januari 2022.
Mereka mengatakan sejauh ini tiga orang dilaporkan tewas, sementara jumlah korban luka masih belum dapat dipastikan.
"Penilaian kebutuhan oleh otoritas Tonga sedang berlangsung dan dapat memberikan perkiraan yang lebih baik bagi komunitas internasional perihal apa yang dibutuhkan (warga Tonga)," kata Stephane Dujarric, Kepala Juru Bicara Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengutip VOA Indonesia, Rabu (19/1/2022).
"Kami bersiaga dengan semua tim dan pasokan darurat. Stok-stok di Tonga sedang disiapkan untuk didistribusikan begitu kebutuhan kemanusiaan telah teridentifikasi."
"Staf kami di sana bekerja untuk membantu upaya koordinasi dan respons di dalam negeri," kata Dujarric dalam konferensi pers rutin. PBB memiliki 23 staf di Tonga, yakni 22 pekerja lokal dan satu orang staf internasional.
Dalam sebuah konferensi video, Jonathan Veitch, perwakilan PBB sekaligus koordinator kemanusiaan untuk Fiji, Kepulauan Solomon, Tonga, Tuvalu, dan Vanuatu, memaparkan berbagai tantangan yang dihadapi menyusul letusan pada Sabtu (15/1) pekan lalu itu.
Komunikasi di dalam 36 pulau berpenghuni dari 169 pulau di Tonga terbatas pada telepon satelit, demikian juga di ibu kota Nuku'alofa dan antara Tonga dengan dunia luar.
Kabel komunikasi bawah laut utama terputus, yang memutus layanan suara, video, dan internet. Meski demikian, kata Veitch, "saya dapat mengirim pesan sederhana melalui SMS ke rekan-rekan kami melalui sistem satelit, dan kami berharap telepon akan segera aktif kembali."
Pilihan Umum Pengiriman Bantuan Via Udara
Meski pilihan yang umum bagi pekerja kemanusiaan adalah mengirim bantuan melalui udara, Veitch mengatakan bandara Nuku'alofa masih ditutup karena para pekerja tidak dapat menyelesaikan upaya pembersihan abu. Kapal-kapal yang berlayar dari Australia dan Selandia Baru membutuhkan waktu enam hingga delapan hari untuk mencapai sebuah pelabuhan di Tonga, imbuhnya.
Lebih lanjut Veitch mengatakan ada pertanyaan tentang bagaimana pihak berwenang akan menangani orang-orang yang datang ke Tonga ketika negara itu menerapkan protokol anti-COVID-19 yang sangat ketat. Belum ada kasus COVID-19 yang dilaporkan di Tonga. Pihak berwenang ingin menjaga agar negara itu tetap bebas COVID, terutama mengingat populasi di pulau Pasifik itu pernah dilanda penyakit menular yang parah.
Meski tidak ada korban jiwa di antara 23 pekerja PBB, terdapat korban luka yang tidak diketahui jumlahnya di pulau-pulau terpencil, kata Veitch.
Â
Advertisement