Liputan6.com, Seoul - Pemerintah Korea Selatan menyesalkan kunjungan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida di Kuil Yasukuni, Tokyo. PM Kishida datang bersama dua menterinya.
Kuil Yasukuni hingga kini masih kontroversial karena di tempat itu juga dipakai untuk menghormati tokoh-tokoh militer Jepang, seperti Hideki Tojo.
Advertisement
Baca Juga
Kunjungan PM Kishida pada 15 Agustus 2022 juga bertepatan dengan hari kemerdekaan Korea Selatan usai dijajah Jepang.
"Pemerintah mengekspresikan kekecewaan dan penyesalan yang mendalam bahwa pemimpin-pemimpin dari pemerintah dan parlemen Jepang kembali mengirim persembahan atau mengulangi kunjungan ke Kuil Yasukuni," ujar pihak Kementerian Luar Negeri Korea Selatan, dikutip Yonhap, Selasa (16/8/2022).
Korea Selatan juga meminta agar pemimpin-pemimpin Jepang menghadapi sejarah dan melakukan introspeksi dengan rendah hati atas tindakan mereka di masa lalu.
Jepang melakukan kolonialisme ke sejumlah negara-negara Asia Timur dan Tenggara pada abad ke-20. Kekuasaan Jepang di Korea Selatan berlangsung pada 1910 hingga 1945.
Namun, Jepang juga pernah menyerang tanah Korea (Dinasti Joseon) ketika zaman Hideyoshi Toyotomi di tahun 1590-an. Dinasti Ming juga ikut membantu Joseon. Serangan itu berakhir dengan kegagalan, walau korban jiwa berjatuhan hingga 100 ribu lebih dari pihak-pihak yang terlibat.
Kuil Yasukuni berada di Tokyo. Di lokasi itu, warga Jepang bisa memberikan penghormatan kepada 2,5 juta orang Jepang yang meninggal selama Perang Dunia II. Ada juga 14 penjahat perang yang dihormati di sana, termasuk Tojo.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
China dan Korea Selatan Ribut soal Perisai Rudal AS, Konsiliasi Makin Rumit
China dan Korea Selatan bentrok pada Kamis (11 Agustus) atas perisai pertahanan rudal AS, mengancam akan merusak upaya pemerintah baru di Seoul untuk mengatasi perbedaan keamanan yang sudah berlangsung lama.
Dilansir laman Channel News Asia, Jumat (12/8), ketidaksepakatan atas sistem Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) yang dipasang di Korea Selatan muncul setelah kunjungan pertama menteri luar negeri Korea Selatan yang tampaknya mulus ke China minggu ini.
China, yang berpendapat bahwa radar kuat THAAD dapat mengintip ke wilayah udaranya, membatasi perdagangan dan impor budaya setelah Seoul mengumumkan penempatannya pada tahun 2016, memberikan pukulan besar bagi hubungan.
Seorang pejabat senior di kantor kepresidenan Korea Selatan mengatakan kepada wartawan pada hari Kamis bahwa THAAD adalah alat pertahanan diri dan tidak akan pernah dapat dinegosiasikan, setelah China menuntut agar Korea Selatan tidak mengerahkan baterai lagi dan membatasi penggunaan baterai yang sudah ada.
Presiden Yoon Suk-yeol, melihat sistem tersebut sebagai kunci untuk melawan rudal Korea Utara, telah bersumpah untuk mengabaikan janji pemerintah sebelumnya untuk tidak meningkatkan penempatan THAAD, dan tidak berpartisipasi dalam perisai rudal global pimpinan AS atau membuat aliansi militer trilateral yang melibatkan Jepang.
Di jalur kampanye, Yoon yang konservatif berjanji untuk membeli baterai THAAD lain, tetapi sejak menjabat pada bulan Mei, pemerintahannya telah berfokus pada apa yang oleh para pejabat disebut "menormalkan" pengoperasian sistem yang dimiliki dan dioperasikan AS.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Kemerdekaan RI
Sama seperti Korea Selatan, bulan Agustus juga merupakan bulan kemerdekaan bagi Indonesia.
Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Muhammad Tito Karnavian mengingatkan seluruh komponen bangsa tentang betapa pentingnya merawat kebangsaan.
Hal tersebut disampaikan saat memberikan keterangan pers pada kegiatan Gerakan Pembagian 10 Juta Bendera Merah Putih di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Jawa Timur, Minggu (14/8).
Mantan Kapolri itu pun mencontohkan sejumlah negara, seperti Uni Soviet, Afganistan, Sri Lanka, yang terpecah belah akibat tidak mampu merawat kebangsaan.
"Kemudian di Balkan, di negara utara Afrika pecah, di Timur Tengah pecah karena tidak mampu merawat kebangsaan, padahal jumlah suku dan agamanya tidak sebanyak kita," kata Tito.
Dia menuturkan, kebangsaan menjadi modal penting bagi negara plural seperti Indonesia yang terdiri dari ribuan suku bangsa. Tito pun mengingatkan persatuan dan kesatuan perlu terus dijaga, agar jangan sampai terjadi perpecahan di antara sesama anak bangsa.
Menurut dia, dengan soliditas yang terjaga Indonesia akan bisa lebih maju. Sebab, setelah soliditas dan persatuan terwujud barulah sumber daya manusia (SDM) dan sumber daya alam (SDA) dapat diperkuat dan dimaksimalkan demi kepentingan rakyat Indonesia.
Ia pun menganalogikan merawat kebersamaan dan kebangsaan dengan merawat kesehatan.
"Kita tahu betapa mahalnya sehat begitu kita sakit, sama betapa mahalnya aman ketika terjadi sudah tidak aman, betapa mahalnya persatuan ketika sudah terjadi konflik dan perpecahan," kata Tito.
Makna dari Tema HUT ke-77 RI
Setiap tahunnya dalam menyambut HUT RI ini terdapat beberapa tema. Untuk tahun ini temanya adalah “Pulih Lebih Cepat Bangkit Lebih Kuat”
Melalui laman resmi Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan tema dari HUT ke-77 RI adalah sebagai berikut.
1. Sebagai Tuan Rumah G20
Tahun ini, Indonesia sebagai anggota dalam forum G20 tidak hanya memperjuangkan kepentingan nasionalnya. Namun juga kepada tingkat global dan menjadi suara dari negara berkembang yang berkontribusi dalam penyelesaian berbagai permasalahan ekonomi atau tantangan yang dihadapi dunia.
Dua tahun lebih Indonesia menghadapi banyak tantangan serta ujian sejarah, mulai dari kecemasan sosial hingga tekanan ekonomi berat yang dirasakan oleh masyarakat Indonesia. Di tengah keterpurukan ini lah semua elemen bangsa bergerak bersama untuk mewujudkan harapan dan bersinergi bersama untuk mencapai pecepatan pemulihan kondisi semua sektor serta bangkit menghadapi tantangan global.
Hari Kemerdekaan ke-77 Indonesia ini merefleksikan bagaimana nilai-nilai dari Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika untuk mempersatukan kita dalam menghadapi tantangan yang ada dan menuntun untuk bersama pulih lebih cepat agar siap menghadapi tantangan global dan bangkit lebih kuat untuk siap membawa Indonesia maju.
Advertisement