Tren Potongan Rambut Terinspirasi dari COVID-19 Populer di Jepang, Minat?

Pembatasan selama pandemi COVID-19 mempengaruhi pekerjaan para penata rambut di Jepang yang biasanya menggali preferensi pelanggan melalui percakapan.

oleh Liputan6.com diperbarui 08 Nov 2022, 09:00 WIB
Diterbitkan 08 Nov 2022, 09:00 WIB
Ilustrasi potong rambut. (Salah Regouane/Unsplash)
Ilustrasi potong rambut. (Salah Regouane/Unsplash)

Liputan6.com, Tokyo - Dirancang oleh salon rambut Tokyo selama pandemi COVID-19 untuk mencegah penyebaran virus corona, layanan 'Silent Cut' menjadi semakin populer di Jepang.

Sebagai cara untuk membatasi penyebaran virus corona selama pandemi COVID-19, pihak berwenang di Jepang mulai mempromosikan kebijakan "tidak ada percakapan" atau "kurangi percakapan" di sekolah, toko, dan supermarket.

Lebih sedikit berbicara berarti lebih sedikit risiko penyebaran virus melalui tetesan air liur, jadi semua orang mengerti dan mematuhinya, tetapi kedua kebijakan itu tampaknya tidak sesuai dengan bisnis seperti salon rambut dan toko tukang cukur, di mana percakapan pada dasarnya adalah bagian dari layanan.

Jadi, satu salon di Tokyo memutuskan untuk menerapkan layanan 'silent cut' dan itu terbukti sangat populer sehingga yang lain dengan cepat mengikuti dan mempertahankannya bahkan setelah pembatasan terkait pandemi dicabut, dikutip dari laman Odditycentral, Senin (7/11/2022).

"Itu bagus…! Saya telah menunggu layanan ini selama 20 tahun. Karena ngobrol sangat membuat depresi, saya hanya potong rambut setiap 3 tahun sekali,” tulis salah satu pengguna layanan silent cut.

“Saya terselamatkan karena percakapan dengan penata rambut itu merepotkan,” komentar orang lain.

Potong rambut tanpa dialog atau silent cut tidak hanya bertahan dari pencabutan pembatasan COVID-19 di seluruh Jepang, tetapi juga meningkat popularitasnya.

Sebuah survei baru-baru ini mengungkapkan bahwa lebih dari 70 persen responden lebih menyukai pengalaman hening. Mayoritas dari mereka merasa lebih santai dengan beristirahat daripada menghabiskan sedikit energi yang tersisa untuk mendengar informasi yang tidak diinginkan atau membuat percakapan kecil.

Ternyata, penata rambut juga lebih suka slent cut, meski banyak yang mengklaim bahwa mereka diajari untuk mengobrol dengan klien selama masa magang.

“Saya mulai mengobrol karena saya diajari di hari-hari awal saya untuk 'berbicara dengan pelanggan dan mendapatkan informasi tentang preferensi mereka', tetapi berfokus pada topik yang tidak saya sukai membuat saya merasa sangat tidak nyaman, jadi saya memutuskan untuk mengutamakan privasi mereka, ” kata salah satu penata rambut.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Perkenalkan Unco Shop, Toko Unik Bertema Kotoran di Jepang

ilustrasi toko
Ilustrasi toko (dok.unsplash/ Mike Petrucci)

Tak hanya silent cut, Jepang memiliki sederet toko-toko unik lainnya. Salah satunya, Unco Shop toko unik yang memproduksi dan menjual pakaian bertema kotoran seperti T-shirt dan sepatu kets, perhiasan, aksesori, dan lainnya.

Nama toko ini diambil dari kata Jepang untuk kotoran, 'unco'. Tempat unik ini terletak di Seya Ward, sebuah distrik industri di Yokohama, Jepang. 

Unco Inc., perusahaan di balik Unco Shop menjual lebih dari 400 produk bertema kotoran, dan populer di kalangan influencer dan selebritas di negara Asia, tetapi hanya sedikit yang tahu bahwa proyek ini dimulai sebagai hobi sederhana.

"Saya ingin membuat kotoran menjadi sesuatu yang lucu, tidak kotor," kata Akihiko Nobata, pendiri Unco Shop, kepada surat kabar Yomiuri Shimbun yang dikutip dari Oddity Central, Senin (5/9/2022).

Sebelum Unco Inc., Nobata telah mengoperasikan perusahaan untuk pakaian pria kelas atas di Seya Ward, tetapi dia juga membuat kaos bertema kotoran untuk bersenang-senang, dan memberikannya kepada keluarga dan teman. 

Pada satu titik, dia mengajukan merek dagang untuk desain kotoran yang melingkar, dan dia mendapatkannya pada tahun 2014. Pengusaha Jepang itu menganggap momen ini sebagai awal yang sebenarnya dari bisnisnya.

Akihiko Nobata mulai mengerjakan berbagai t-shirt yang menampilkan desain unik merek dagangnya dan memposting beberapa di antaranya di toko online besar. Tidak lama kemudian dia dihubungi oleh pelanggan, mereka nampak sangat antusias dan menyukai pakaiannya.

Ia pun mengumpulkan kaosnya dan mengirimkan ke pelanggan asing yang menganggap idenya lucu. 

Beberapa hari setelah itu, dia benar-benar bertemu dengan pria di bar tempat dia bekerja, dan terkejut menemukan beberapa penggemar unco sedang menunggunya.

Begitu dia datang ke bar, Nobata dikelilingi oleh orang asing yang bersemangat dan mengenakan t-shirt yang dia kirimkan. 

Mereka bahkan menyebut Nobata "Presiden Kotoran", dan ingin melihatnya secara langsung. Pada saat inilah Nobata tahu desainnya bisa menjadi tulang punggung bisnis yang serius.

 

 


Toko di Jepang Wajibkan Pegawainya Pakai Masker Senyum Selama Pandemi Covid-19

masker senyum
foto: @takeya_co_jp

Selain itu, toko lain di Jepang memiliki ide pelayanan unik dengan mewajibkan pegawainya mengenakan masker senyum.

Jepang memang dikenal sebagai negara ramah dan murah senyum. Rakyat Jepang tak hanya ramah dengan sesama penduduk, tetapi juga kepada wisatawan asing yang berada di Jepang.

Dilansir dari baltimoresu.com, membuat karyawan agar selalu tersenyum saat bekerja bahkan telah menjadi bisnis yang serius di Jepang. Banyak bisnis retail dan jasa mengirimkan pekerja ke "sekolah tersenyum".

Pegawai biasanya akan menyapa pelanggan dengan "Irasshaimase" yang berarti "Selamat datang" atau sekedar mengatakan "Halo" secara santai atau dengan budaya global mengatakan "Semoga harimu menyenangkan." 

Sayangnya penggunaan masker di tengah pandemi Covid-19 membuat senyum mereka tertutupi. Hal ini membuat sebuah toko di Jepang membuat masker dengan gambar senyum. Dengan begitu pegawai masih dapat menunjukkan senyuman dan keramahan mereka. 

“Kami meluncurkan 'kampanye senyum' untuk menunjukkan bagaimana kami tetap ingin menyampaikan senyuman bahkan melalui masker,” tulis Takeya.

Jepang selalu terkenal dengan kualitas layanan pelanggannya yang patut dicontoh. Takeya percaya bahwa mata saja tidak akan bisa memberikan senyuman kepada pelanggan mereka.

Pelanggan tidak hanya akan membeli lebih banyak ketika mereka mendapatkan perasaan hangat dari karyawan, tetapi semangat kerja karyawan juga meningkat.


Donat Unik Kreasi Toko Roti Swiss untuk Rayakan Kehadiran Vaksin COVID-19

Sambut Vaksin Corona, Toko Roti Ini Tawarkan Donut dengan Alat Suntik
Seorang pekerja meletakkan jarum suntik penuh jeli raspberry di atas berliner (donat Jerman) di toko roti Kreyenbuhl di Muri, Swiss, 5 Februari 2021. Merespons hadirnya vaksin Covid-19, toko roti Kreyenbuhl mencoba merayakannya dengan membuat "Vaccine Berliners". (STEFAN WERMUTH/AFP)

Tak lagi tertampik bahwa pandemi COVID-19 membawa sederet inovasi di sejumlah bidang, tak terkecuali kuliner. Tak semata dalam bentuk penyesuaian, namun juga menandai momen-momen tertentu selama dunia dilanda masa krisis kesehatan global.

Dalam daftar tersebut, toko roti Kreyenbuhl di Muri, Swiss, turut mencatatkan nama mereka. Merayakan hadirnya vaksin COVID-19, di mana sejumlah negara telah memulai vaksinasi nasional, mereka memberi sentuhan unik pada kreasi donat khas Jerman yang biasa dikenal dengan berliner.

Proses pembuatan kudapan ini sebenarnya hampir sama dengan berliner pada umumnya. Penambahan aksen yang merupakan simbol jarum suntik jadi salah satu poin menarik dalam presentasi penganan tersebut. 

Alih-alih vaksin COVID-19, pelanggan bisa menyuntikkan "vaksin manis" ke dalam donat. Pihak toko roti menyediakan dua pilihan rasa, yakni rasberi atau minuman beralkohol Baileys. Saat disajikan, pilihan "vaksin manis" ini diletakkan di bagian tengah roti yang dibolongi sesuai ukuran "jarum suntik" tersebut.

 

  

Infografis Indonesia Kemungkinan Lepas Status Pandemi Covid-19 Awal 2023. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Indonesia Kemungkinan Lepas Status Pandemi Covid-19 Awal 2023. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya