Hasil Pemilu Paruh Waktu akan Tentukan Arah Kebijakan AS terhadap China

Hasil dari pertarungan politik untuk meraih kendali Kongres Amerika Serikat diduga akan berpengaruh pada arah serta substansi dari pendekatan yang akan diambil Presiden Joe Biden terhadap China.

oleh Liputan6.com diperbarui 11 Nov 2022, 09:02 WIB
Diterbitkan 11 Nov 2022, 09:02 WIB
Ilsutrasi bendera China dan Amerika Serikat (AP/Andy Wong)
Ilsutrasi bendera China dan Amerika Serikat (AP/Andy Wong)

Liputan6.com, Washington D.C - Hasil dari pertarungan politik untuk meraih kendali Kongres Amerika Serikat diduga akan berpengaruh pada arah serta substansi dari pendekatan yang akan diambil Presiden Joe Biden terhadap China dalam dua tahun ke depan.

Pengamat isu China yang diwawancarai VOA mengatakan, tren kebijakan keras terhadap China yang saat ini dijalankan tidak akan banyak berubah di dalam Kongres yang bersikap sangat partisan. Namun, hasil yang lebih baik yang diraih oleh Partai Demokrat pada pemilu paruh waktu dapat memberi Presiden Biden ruang gerak untuk melakukan manuver terkait kebijakan soal China.

“Terdapat konsensus kuat di antara anggota Partai Republik dan Demokrat di dalam Kongres mengenai perlunya meloloskan produk legislatif yang melindungi kekuatan teknologi Amerika, melindungi pertahanan Amerika yang berkaitan dengan China,” ujar Robert Ross, profesor ilmu politik di Boston College, dikutip dari VOA Indonesia, Jumat (11/11/2022).

“Saya memperkirakan konsensus mengenai hubungan AS-China akan bertahan, jadi produk legislatif termasuk kebijakan pertahanan dan kebijakan mengenai Taiwan tidak akan terganggu oleh pemilihan paruh waktu,” tambahnya.

Dean Chen, associate professor di bidang ilmu politik di Ramapo Colege of New Jersey, sepakat bahwa kebijakan keras terhadap China yang diambil saat ini akan tetap berjalan.

"Namun, jika Partai Demokrat mampu mempertahankan kursi mayoritas di Senat, kondisi tersebut akan memberikan Presiden Biden sedikit ruang untuk melancarkan agendanya. Setidaknya untuk menggagalkan lebih banyak inisiatif agresif dari para anggota Partai Republik," ujarnya kepada VOA.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Pemilu Midterm AS Dimulai, 35 Juta Orang Beri Suara Lebih Awal

Ilustrasi Pemilu AS
Ilustrasi Pemilu AS

Amerika Serikat telah memulai voting untuk pemilihan midterm 2022. Rakyat AS akan memilih perwakilan mereka di Kongres AS pada pemilu midterm

Pemilihan ini sangat krusial bagi Presiden Joe Biden. Apabila Partai Republik unggul di Kongres AS, maka program-program Partai Demorkat akan terancam. 

Berdasarkan laporan VOA Indonesia, Senin (7/11/2022), ada lebih dari 35 juta warga AS telah memberikan suara dalam pemilihan anggota Kongres di seluruh AS menjelang pemilu paruh waktu pada Selasa (8/11). Sementara, para tokoh Republik pada Minggu (6/11) memprediksi bahwa mereka akan merebut kontrol DPR dan Senat dari Demokrat, dalam paruh kedua masa jabatan Presiden Demokrat Joe Biden di Gedung Putih.

Tren early voting atau memilih awal terus berlanjut berlanjut. Proyek Pemilu AS mengatakan total hari pra-voting tahun ini telah melampaui pemilihan kongres pada 2014 dan 2018 yang terjadi di tengah masa jabatan Barack Obama dan Donald Trump.

Peraturan voting berubah di banyak negara bagian menjelang Pemilihan Presiden 2020 ketika Joe Biden mengalahkan Trump. Ketika itu, pemberian suara lebih awal memungkinkan banyak pemilih untuk menggunakan hak pilih semasa pandemi virus corona, tanpa harus khawatir tertular virus itu.

Kini, banyak pemilih yang sudah terbiasa memberikan suara sebelum Hari Pemilu, terutama Demokrat. Sementara, Trump dan sebagian tokoh Republik lain berulangkali mengecam pemilu awal. Mereka mengklaim, tanpa bukti, bahwa itu bisa mendorong kecurangan.

Ke-435 kursi DPR dan 35 dari 100 kursi di Senat dipertarungkan. Partai Demokrat AS telah mendominasi kontrol di kedua majelis itu sejak 2021, memungkinkan Biden untuk menggolkan sebagian prioritas legislatifnya, meski mendapat tentangan beberapa tokoh Partai Republik AS.


Joe Biden Minta Semua Pihak Terima Hasil Midterm

FOTO: Joe Biden Resmi Akhiri Perang Amerika Serikat di Afghanistan
Presiden Amerika Serikat Joe Biden berbicara tentang berakhirnya perang di Afghanistan dari Ruang Makan Negara Gedung Putih, Washington, Amerika Serikat, Selasa (31/8/2021). "Perang di Afghanistan sekarang sudah berakhir," kata Joe Biden. (AP Photo/Evan Vucci)

Sebelumnya dilaporkan, Presiden AS Joe Biden telah memperingatkan setiap kandidat yang menolak untuk menerima kekalahan dalam midterm election di AS atau pemilihan paruh waktu dapat membuat negara itu berada di "jalan menuju kekacauan".

Dilansir BBC, Kamis (3/11), ia juga mendesak Amerika untuk bersatu menentang "kekerasan politik" dalam pemungutan suara pada 8 November.

Biden, seorang Demokrat, mengatakan mantan Presiden Donald Trump dan para pendukungnya menjajakan "kebohongan konspirasi dan kedengkian".

Kontrol kedua kamar Kongres dan gubernur negara bagian kunci tergantung pada keseimbangan dalam pemilihan minggu depan. Sebagian besar perkiraan menunjukkan Partai Republik akan memenangkan kendali Dewan Perwakilan Rakyat, sementara Senat bisa memilih jalan mana pun. 

Biden berbicara dalam pidato yang disiarkan secara nasional pada Rabu malam di Union Station Washington DC - hanya beberapa meter dari tempat para pendukung Trump menyerbu US Capitol tahun lalu dalam upaya untuk membatalkan hasil pemilihan 2020.


Sindir Trump?

Donald Trump joget sambil mengajak warga memilih di Pemilu AS 2020.
Donald Trump joget sambil mengajak warga memilih di Pemilu AS 2020. Dok: Twitter @realdonaldtrump

Presiden Joe Biden menyalahkan Trump - yang tidak dia sebutkan namanya, tetapi disebut sebagai "mantan presiden yang kalah" - karena menginspirasi ancaman oleh beberapa kandidat Partai Republik untuk menolak menerima hasilnya jika mereka kalah minggu depan.

"Itulah jalan menuju kekacauan di Amerika," kata Biden. 

"Ini belum pernah terjadi sebelumnya. Ini melanggar hukum. Dan itu bukan Amerika."

Presiden juga berusaha menghubungkan retorika pemilihan Trump dengan serangan pekan lalu terhadap suami Ketua DPR AS Nancy Pelosi.

Dia berpendapat bahwa "kebohongan besar Trump bahwa pemilihan tahun 2020 telah dicuri" adalah kekuatan pendorong di balik serangan terhadap Paul Pelosi yang berusia 82 tahun dan kerusuhan Capitol AS.

"Itu adalah kebohongan yang memicu peningkatan berbahaya dalam kekerasan politik dan intimidasi pemilih selama dua tahun terakhir," kata Biden.

Infografis Amerika Serikat dan China Terancam Perang Dingin? (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Amerika Serikat dan China Terancam Perang Dingin? (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya