Liputan6.com, Bangkok - Setidaknya satu orang tewas ketika sebuah bom mobil meledak di dalam kompleks polisi di Thailand selatan pada Selasa (22/11), kata seorang pejabat polisi.
"Itu adalah bom mobil. Kami masih membersihkan daerah itu dan jumlah korban luka bisa bertambah," kata Letnan Kolonel Niti Suksan, wakil komisaris polisi provinsi Narathiwat, seraya menambahkan bahwa satu petugas polisi tewas.
Baca Juga
Dilansir Channel News Asia, Selasa (22/11/2022), sedikitnya 29 orang dirawat di rumah sakit karena cedera, di antaranya petugas polisi dan warga sipil, kata Pornprasit Jantra, direktur rumah sakit Narathiwat Rajanagarindra.
Advertisement
Belum ada yang mengaku bertanggung jawab atas serangan ledakan bom itu sejauh ini.
Sementara itu, gambar di media sosial menunjukkan asap hitam mengepul dari mobil yang terbakar di dalam kompleks bertingkat rendah dan polisi mengalihkan lalu lintas. Reuters tidak dapat memverifikasi gambar secara independen.
Provinsi-provinsi di Thailand selatan di sepanjang perbatasan dengan Malaysia telah mengalami pemberontakan tingkat rendah selama beberapa dekade, di mana pemerintah Thailand telah memerangi kelompok-kelompok bayangan yang mencari kemerdekaan untuk provinsi-provinsi Pattani, Yala, Narathiwat dan sebagian Songkhla yang mayoritas Muslim.
Ledakan dan kebakaran melanda setidaknya 17 lokasi di Thailand selatan pada Agustus, dalam apa yang tampaknya merupakan beberapa serangan terkoordinasi yang melukai tujuh orang.
Ledakan Mobil Sebelumnya
Dalam kasus lain, pernah terjadi pula pemboman Ramadhan di selatan Thailand yang mayoritas Muslim tidak akan menggagalkan pembicaraan damai dengan pemberontak separatis, kata pemerintah pada Minggu 17 April 2022.
Pernyataan itu muncul setelah kelompok pemberontak Thailand mengaku bertanggung jawab atas serangan bom itu.
Dua ledakan pada hari Jumat, yang menewaskan seorang warga sipil dan melukai tiga polisi, dilakukan oleh "G5". Hal itu disampaikan oleh pemimpin PULO, Kasturi Mahkota kepada kantor berita Reuters.
G5 merupakan kelompok militan dari Organisasi Pembebasan Bersatu Patani (PULO).
PULO telah dikeluarkan dari pembicaraan antara Bangkok dan Barisan Revolusi Nasional (BRN).
Advertisement
Kekerasan
Kedua pihak yang bertikai telah sepakat dua minggu lalu untuk menghentikan kekerasan selama bulan suci Ramadhan hingga 14 Mei 2022.
Lebih dari 7.300 orang telah tewas sejak 2004 dalam pertempuran antara pemerintah dan kelompok-kelompok bayangan yang mencari kemerdekaan untuk provinsi Melayu-Muslim Narathiwat, Yala, Pattani dan sebagian Songkhla.
Daerah itu adalah bagian dari kesultanan Patani yang dianeksasi Thailand dalam perjanjian 1909 dengan kolonial Inggris.
Respons Pemerintah Thailand
Negosiator pemerintah mengutuk kekerasan dalam sebuah email kepada Reuters pada hari Minggu tetapi mengatakan perjanjian gencatan senjata dengan BRN tetap berlaku.
Koordinator dari kedua belah pihak bekerja sama untuk mencegah orang lain merusak pembicaraan, kata mereka.
"Menyatukan kelompok-kelompok untuk dialog perdamaian adalah masalah internal bagi pihak lain, dan tim Thailand siap dan senang berbicara dengan semua kelompok," tulis delegasi pemerintah.
Advertisement