Kanselir Jerman Olaf Scholz Bakal Terus Berunding dengan Putin hingga Rusia Mundur dari Ukraina

Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan bahwa diskusi dengan Vladimir Putin perihal upaya mengakhiri invasinya di ukraina jangan sampai berhenti.

oleh Liputan6.com diperbarui 05 Des 2022, 15:13 WIB
Diterbitkan 05 Des 2022, 15:00 WIB
Menteri Keuangan Jerman Olaf Scholz berbicara dalam pertemuan partai Demokrat Sosial Hamburg di Hamburg, Jerman, Sabtu, 9 Juni 2018.
Menteri Keuangan Jerman Olaf Scholz berbicara dalam pertemuan partai Demokrat Sosial Hamburg di Hamburg, Jerman, Sabtu, 9 Juni 2018. (Markus Scholz / dpa via AP)

Liputan6.com, Berlin - Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan pada Minggu 4 Desember 2022 merupakan sebuah kesalahan besar untuk berhenti berbicara sama sekali dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.

Dilansir VOA Indonesia, Senin (5/12/2022), Scholz menyampaikan hal itu setelah dirinya dan Putin berbincang melalui sambungan telepon Jumat 2 Desember lalu untuk mendiskusikan invasi Rusia ke Ukraina yang masih berlanjut.

"Itu sebabnya penting bagi presiden Prancis dan saya, sebagai perwakilan negara-negara G7 dan dua negara anggota NATO, untuk kembali mengupayakan dialog. Namun, tanpa ilusi," kata Scholz pada sebuah upacara penganugerahan penghargaan Hadiah Marion Doenhoff yang tahun ini diberikan kepada Irina Scherbakowa, pendiri organisasi HAM Rusia Memorial.

Scholz mengatakan dirinya membahas serangan Rusia terhadap infrastruktur energi Ukraina dan perlunya pasukan Rusia untuk mundur dari Ukraina dalam pembicaraan telepon itu.

"Saya akan terus melakukannya, berapa lama pun perbincangan itu berlangsung," tambah Scholz.

Dalam pidatonya sebelum menyerahkan hadiah itu kepada Scherbakowa, Scholz memuji perjuangan perempuan itu dan bahwa hadiah itu diberikan kepadanya untuk mewakili semua warga Rusia yang dapat membayangkan "masa depan Rusia yang berbeda, lebih baik dan lebih cerah."

Memorial juga menerima Hadiah Nobel Perdamaian tahun ini bersama dengan pegiat hak asasi manusia asal Belarusia Ales Bialiatski dan organisasi HAM Ukraina Center for Civil Liberties.

Sebut Vladimir Putin Pakai Energi Sebagai Senjata

FOTO: Presiden Jokowi Hadiri KTT G7
Presiden Joko Widodo atau Jokowi (kiri) disambut oleh Kanselir Jerman Olaf Scholz saat tiba di lokasi KTT G7, Schloss Elmau, Jerman, Senin (27/6/2022). Indonesia hadir sebagai negara mitra G7 sekaligus Presidensi G20. (Foto: Biro Pers Sekretariat Presiden)

Sebelumnya, Kanselir Jerman Olaf Scholz pada Kamis (20/10) mengatakan Presiden Rusia Vladimir Putin menggunakan energi sebagai senjata, tetapi taktiknya itu hanya akan membuat sekutu-sekutu Barat semakin kuat bersatu dalam mendukung Ukraina.

Scholz mengemukakan pernyataan itu kepada parlemen Jerman sebelum KTT Energi Uni Eropa. KTT tersebut merupakan pertemuan kedua blok beranggotakan 27 negara itu dalam dua pekan sewaktu mereka berupaya menurunkan harga energi dan mengatasi perbedaan pendapat mengenai cara melakukannya.

Soal Pasokan Gas

Presiden Joko Widodo atau Jokowi melakukan pertemuan bilateral dengan Kanselir Jerman Olaf Scholz di sela-sela KTT G7 di Elmau, Senin, 27 Juni 2022 (Biro Pers Sekretariat Presiden)
Presiden Joko Widodo atau Jokowi melakukan pertemuan bilateral dengan Kanselir Jerman Olaf Scholz di sela-sela KTT G7 di Elmau, Senin, 27 Juni 2022 (Biro Pers Sekretariat Presiden)

Dalam komentarnya di parlemen, Scholz mengatakan upaya-upaya Rusia untuk menghentikan pasokan gas ke Eropa, sambil melakukan apa yang ia sebut "taktik Bumi hangus" terhadap Ukraina – dengan menarget infrastruktur energi menjelang bulan-bulan musim dingin – akan menjadi bumerang dan “hanya akan memperkuat tekad serta daya tahan Ukraina dan mitra-mitranya.”

Menjelang KTT energi itu, Scholz memperingatkan agar tidak menetapkan batas harga gas, langkah yang didukung oleh 15 anggota Uni Eropa.

Ia berpendapat, “Batas harga yang ditetapkan secara politis selalu menimbulkan risiko produsen menjual gasnya ke tempat lain dan kita di Eropa akhirnya mendapat lebih sedikit gas, bukannya lebih banyak."

Energi untuk Uni Eropa

Ilustrasi bendera Uni Eropa (AFP Photo)
Ilustrasi bendera Uni Eropa (AFP Photo)

Scholz menyarankan Uni Eropa berkoordinasi erat dengan para konsumen gas lainnya, seperti Jepang dan Korea, agar mereka tidak saling bersaing, sambil bernegosiasi dengan produsen dalam menetapkan harga yang pantas.

Pemimpin Jerman itu mengatakan ia yakin sekutu-sekutu penghasil energi seperti AS, Kanada atau Norwegia, "memiliki kepentingan dalam memastikan bahwa energi di Eropa tidak menjadi tak terjangkau."

Infografis Jangan Lengah terhadap Covid-19, Ayo Skrining Pribadi Sebelum Keluar Rumah. (Liputan6.com/Niman)
Infografis Jangan Lengah terhadap Covid-19, Ayo Skrining Pribadi Sebelum Keluar Rumah. (Liputan6.com/Niman)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya