Liputan6.com, Pyongyang - Korea Utara telah mengembangkan teknologi canggih untuk mengambil gambar dari ruang angkasa menggunakan satelit mata-mata.
Hal ini ditegas saudara perempuan pemimpin Kim Jong Un setelah para ahli mencemooh gambar hitam-putih yang diduga diambil dari ruang angkasa dalam peluncuran akhir pekan kemarin.
Baca Juga
Pembelaan Kim Yo Jong atas kemampuan satelit Korea Utara muncul setelah negara yang terisolasi itu mengatakan pihaknya sudah melakukan uji "tahap akhir" untuk pengembangan satelit pengintaian.
Advertisement
Tetapi para ahli di Seoul ragu, dan mengatakan kualitas foto yang diambil dari satelit mereka terlalu buruk, dikutip dari NST.com.my, Rabu (21/12/2022).
Kantor Berita Pusat Korea Utara langsung merespons dengan merilis penyataan Kim yang menyebut; resmi, "terlalu ceroboh" untuk mengevaluasi kemajuan dan kemampuan pengembangan satelit Pyongyang berdasarkan dua gambar tersebut.
"Kami telah melakukan tes dan melaporkan hasil yang signifikan serta memuaskan," katanya.
Pengembangan satelit pengintaian militer adalah salah satu proyek pertahanan utama Pyongyang.
Awal tahun ini, Pyongyang melakukan dua peluncuran, dan mengklaim sedang menguji komponen untuk satelit pengintaian, yang menurut Amerika Serikat dan Korea Selatan kemungkinan melibatkan komponen rudal balistik antarbenua (ICBM) bernama Hwasong-17.
Kim Yo-jong menepis analis ahli yang meragukan bahwa Korea Utara memiliki teknologi canggih yang dibutuhkan roket untuk bertahan saat masuk dan kembali lewat atmosfer Bumi.
Walau Kena Sanksi, Korea Utara Bakal Terus Kembangkan Misilnya
Korea Utara pada Selasa (20 Desember) mengkritik Korea Selatan karena merusak pengembangan senjatanya, mengatakan sanksi tambahan tidak akan menghentikan program misilnya, kata media pemerintah KCNA.
Dilansir Channel News Asia, Selasa (20/12/2022), Kim Yo Jong, saudara perempuan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un, mengatakan inisiatif negara yang terisolasi itu untuk mengembangkan satelit mata-mata adalah "prioritas mendesak yang terkait langsung dengan keamanan kami".
Korea Selatan akan "meneriakkan semacam kerja sama internasional dan berusaha keras untuk menjatuhkan sanksi tambahan pada kami", katanya dalam sebuah pernyataan yang disiarkan oleh kantor berita resmi KCNA.
"Tetapi dengan hak kami untuk bertahan hidup dan berkembang terancam, mengapa kami takut dengan sanksi yang telah kami lihat berulang kali sejauh ini dan bahkan bukan yang pertama kali, dan mengapa kami berhenti?"
Pernyataannya muncul beberapa hari setelah Pyongyang meluncurkan dua rudal balistik jarak menengah, yang disebutnya sebagai uji "penting" untuk pengembangan satelit mata-mata.
Belum lama ini, Korea Utara menembakkan dua rudal balistik jarak menengah pada hari Minggu (18 Desember), beberapa hari setelah Pyongyang mengumumkan keberhasilan uji motor berbahan bakar padat untuk sistem senjata baru.
Advertisement
Ketegangan Militer Meningkat
Ketegangan militer di semenanjung Korea telah meningkat tajam tahun ini karena Pyongyang telah melakukan uji coba senjata yang belum pernah terjadi sebelumnya, termasuk peluncuran rudal balistik antarbenua tercanggih bulan lalu.
Kepala Staf Gabungan Korea Selatan mengatakan pihaknya mendeteksi dua rudal balistik jarak menengah yang telah ditembakkan dari daerah Tongchang-ri di provinsi Pyongan Utara.
Rudal-rudal itu ditembakkan dari pukul 11.13 (02.13 GMT) hingga pukul 12.05 ke Laut Timur, katanya, mengacu pada perairan yang juga dikenal sebagai Laut Jepang.
Tembakan Rudal
Rudal tersebut ditembakkan pada lintasan "tinggi" dan terbang sekitar 500 km, kata JCS dalam sebuah pernyataan, menambahkan intelijen Korea Selatan dan Amerika Serikat sedang menganalisis peluncuran "dengan mempertimbangkan tren terkini terkait pengembangan rudal Korea Utara".
Pada Senin pagi, media pemerintah Korea Utara mengatakan telah melakukan "uji coba tahap akhir yang penting untuk pengembangan satelit pengintaian " di Sohae Satellite Launch Ground, yang berlokasi di Tongchang-ri.
Korut menguji "motor berbahan bakar padat daya dorong tinggi" di Sohae pada Kamis, dengan media pemerintah menggambarkannya sebagai uji penting "untuk pengembangan sistem senjata strategis tipe baru lainnya".
Advertisement