Liputan6.com, Espiritu Santo - Gempa berkekuatan magnitudo 7,0 telah melanda negara Samudra Pasifik Selatan Vanuatu, United States Geological Surve (USGS) atau Survei Geologi Amerika Serikat mengatakan lindu memicu peringatan tsunami untuk wilayah tersebut yang dicabut beberapa jam kemudian.
Gempa terjadi pada Minggu 8 Januari 2022 sekitar pukul 23.30 waktu setempat (12.30 GMT). Berpusat 23 km (14 mil) dari Port Olry dan mencapai kedalaman 27km (17 mil), kata USGS seperti dikutip dari Al Jazeera, Senin (9/1/2023).
Baca Juga
The Pacific Tsunami Warning Centre (Pusat Peringatan Tsunami Pasifik) mengatakan bahwa ancaman tsunami telah dikeluarkan untuk pantai terdekat Vanuatu telah berlalu.
Advertisement
Beberapa warga Vanuatu mengungsi ke tempat yang lebih tinggi setelah peringatan pertama kali dikeluarkan.
Kayson Pore, seorang siswa berusia 22 tahun dari desa Pelabuhan Hog di Espiritu Santo, mengatakan dia merasakan getaran Bumi yang "sangat besar".
"Kami tepat di laut, kami mencari kepiting di pantai," katanya. "Kami menyelamatkan diri dan berlari ke rumah."
Di rumahnya, desa berpenduduk sekitar 1.000 orang, gempa bumi tersebut telah menjatuhkan benda-benda ke tanah, memecahkan cangkir di dapur, kata Pore.
"Orang-orang pindah ke tempat yang lebih tinggi," tambahnya, karena takut akan gelombang pasang tsunami. Namun Pore mengatakan dia tidak melihat kerusakan struktural pada rumah-rumah di desanya.
Sejauh ini belum ada laporan kerusakan atau korban jiwa.
Vanuatu memiliki populasi 280.000 orang dan terdiri dari beberapa lusin pulau. Terletak di Pacific Ring of Fire atau jalur Cincin Api Pasifik, tempat lempeng tektonik bertabrakan, dan sering mengalami aktivitas seismik dan vulkanik.
Pada bulan November, negara pulau terdekat di utara Vanuatu, Kepulauan Solomon, dilanda gempa magnitudi 7,0. Kendati demikian tidak ada laporan cedera serius atau kerusakan.
Daerah pesisir di dekat Papua Nugini diwaspadai akan gelombang tsunami hingga 30 cm (12 inci).
Kedutaan Prancis di Vanuatu menyarankan orang untuk menjauh dari pantai dalam sebuah posting di halaman Facebook resminya.
Ini 5 Fakta Soal Vanuatu
Seperti dikutip dari laman UN.Int, Senin 27 September 2021, berikut ini lima fakta soal Vanuatu:
1. Negara Kecil di Pasifik
Vanuatu merupakan negara kecil yang terdiri dari rantai berbentuk Y dari empat pulau utama dan 80 pulau kecil, membentang sejauh 1.100 km.
Vanuatu adalah bagian dari Melanesia, sekelompok pulau yang secara etnis dan geografis berbeda dari Mikronesia dan Polinesia, terletak di antara Kaledonia Baru dan Fiji di Pasifik Selatan.
2. Pulau Terbesar Berukuran 2.266 km persegi
Pulau terbesar adalah Espiritu Santo (875 sq mi; 2.266 km persegi); lainnya adalah Efate, Malekula, Malo, Pentakosta, dan Tanna.
Vanuatu memiliki organisasi sosial berbasis desa yang sangat terstruktur, hierarkis.
Pada tahun 2013, populasi Vanuatu diperkirakan mencapai 252.000 dengan seperlima dari populasi tinggal di ibu kota Port Vila dan mayoritas (76%) tinggal di desa-desa yang berpenduduk kurang dari 200 orang.
3. Ada 113 Bahasa
Vanuatu membanggakan 113 bahasa yang berbeda dan dialek yang tak terhitung banyaknya. Ini menjadikannya salah satu negara dengan budaya paling beragam di dunia.
Vanuatu memiliki tiga bahasa resmi: Bislama (bahasa Inggris pidgin), Prancis dan Inggris. Populasinya didominasi kaum muda dengan 62% dari populasi di bawah 24 tahun.
4. Kondisi Ekonomi
Indeks pembangunan manusia Vanuatu pada tahun 2012 adalah 0,626, memposisikannya di 124 dari 187 negara. PDB per kapita 2013 adalah USD 3.277 (Bank Dunia).
Sebelum kemerdekaannya pada tahun 1980, Vanuatu dikelola bersama oleh Prancis dan Inggris yang dikenal sebagai Hebrides Baru selama 74 tahun.
Hari ini, Vanuatu adalah republik dengan kepresidenan non-eksekutif. Presiden dipilih oleh Parlemen bersama dengan Presiden dewan regional dan menjabat selama lima tahun.
5. Fakta Lainnya
Populasi: 252.000 (perkiraan Biro Statistik Vanuatu pada 2013)
Ibukota: Port-Vila
Luas: 12.190 kilometer persegi (4.707 mil persegi)
Bahasa: Bislama, Inggris, Prancis, dan lebih dari 100 bahasa lokal
Agama: Protestan, Katolik, kepercayaan pribumi
Mata uang: Vatu
 Â
Advertisement
Diplomat RI Pembungkam Vanuatu soal Papua
Bicara soal Vanuatu, beberapa waktu lalu aksi diplomat muda Silvany Austin Pasaribu mencuri perhatian di Sidang Perserikatan Bangsa-Bangsa atau PBB. Mewakili Indonesia, Silvany menjegal Vanuatu yang mengomentari isu Papua di Sidang PBB. Sosok perwakilan RI itu pun menjadi perhatian dunia, tak hanya di Tanah Air.
Sebelumnya, pihak Republik Vanuatu dengan percaya diri mengungkit masalah Papua dalam Sidang PBB. Namun, Silvany menjawab dengan lugas, tegas sekaligus menohok. Sosok Silvany Austin Pasaribu pun menjadi viral dan perbincangan di media sosial.
Seperti dikutip dari laman resmi Kementerian Luar Negeri Indonesia kemlu.go.id, Selasa 29 September 2020, berikut 4 fakta Silvany Austin Pasaribu, diplomat muda yang berani membungkam Perdana Menteri Vanuatu Bob Loughman melalui jawaban tegasnya.
1. Second Secretary
Dalam portal Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, tercatat nama Silvany Austin Pasaribu di dalamnya. Diplomat wanita ini menjabat sebagai Sekretaris Kedua dalam Urusan Ekonomi I untuk Perutusan Tetap RI di PBB, New York, Amerika Serikat.
Apa Jawaban Indonesia Jika Disinggung Vanuatu Soal Isu HAM Papua di Sidang PBB ke-77?
Sementara itu, beberapa kali dalam Sidang Majelis Umum (SMU)Â PBBÂ di tahun-tahun sebelumnya, Vanuatu menyinggung soal isu Hak Asasi Manusia (HAM) di Papua dan dianggap menyerang Indonesia.Â
Ketika itu, Vanuatu dan Kepulauan Solomon mengangkat isu dugaaan pelanggaran hak asasi manusia terhadap warga Papua Barat di Dewan HAM PBB di Jenewa pada 17 September 2019.
Kedua pemerintah tersebut membuat pernyataan yang juga mencatat bahwa Indonesia belum memberikan akses ke Papua untuk Komisaris HAM PBB.
Menanggapi hal ini, pihak Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI menjawabnya dengan santai.
"Apa yang sudah dilakukan pemerintah Indonesia, yang jelas pertama Ibu Menlu berangkat ke Fiji dan Solomon Island untuk menyampaikan bantuan dari Indonesia ke negara-negara tersebut dan juga untuk berdialog dengan negara-negara pasifik," ujar Direktur Jenderal Kerja Sama Multilateral Kemlu, Tri Tharyat.
"Yang jelas bahwa sudah banyak sekali kemajuan yang terjadi di Provinsi Papua dan Papua Barat," kata Tri lebih lanjut.
Ia juga mengatakan bahwa Indonesia memastikan semua negara mendukung NKRI dan kedaulatan wilayahnya.
"Yang jelas semua negara itu mendukung NKRI identitas wilayah dan kedaulatan Indonesia di seluruh Indonesia," ujarnya.
Advertisement