Liputan6.com, Baku - Foto seorang pria warga negara Azerbaijan mengendarai mobil tua untuk menyalurkan bantuan bagi korban gempa Turki 6 Februari 2023 viral di media sosial. Bantuan yang dibawanya mungkin tidak seberapa, tapi tekadnya menyentuh banyak orang yang melihat foto tersebut.
"Saya dan sepupu tengah duduk bersama saat gempa Turki terjadi dan bersama kami memutuskan untuk membantu saudara-saudara kami di Turki," kata pria bernama Sarvar Bashirli itu seperti dikutip dari Anadolu, Jumat (10/2/2023).
Baca Juga
Sarvar mengakui bahwa kondisi ekonominya sendiri buruk. Bahkan, dia sendiri mengungsi dari daerah asalnya di Karabakh.
Advertisement
Dengan situasi tersebut, satu hari setelah gempa Turki, Sarvar pergi ke tempat kerabatnya yang juga pengungsi untuk mengumpulkan apapun yang memungkinkan untuk dikirim ke korban gempa.
"Beberapa barang kami kumpulkan dari rumah keluarga paman. Nenek saya yang tinggal di asrama, juga ikut menyumbang. Demikian pula beberapa tetangga," tutur Sarvar.
Dengan mobil tua tahun 1981, Sarvar mengangkut sejumlah kasur diatapnya, sementara sejumlah barang lainnya diletakkan di bagasi. Saking penuhnya, bagasi dibiarkan terbuka.
Bantuan-bantuan tersebut disalurkan Sarvar ke pusat khusus pengumpulan bantuan gempa di Baku.
"Kami menganggap sudah tugas kami membantu rakyat Turki. Kami (Turki dan Azerbaijan) adalah dua negara, tetapi satu bangsa. Kami lakukan yang perlu kami lakukan dan seterusnya demikian," ungkap Sarvar.
"Ini adalah bencana alam, kejadian yang tak terhindarkan. Semoga Allah memberikan kesabaran bagi para korban. Belasungkawa dari saya untuk Turki."
Sarvar menuturkan bahwa upaya untuk mengumpulkan bantuan dan mengirimkannya ke pusat-pusat pengumpulan masih terus dilakukannya.
"Kami terus membantu sampai sekarang. Hari ini, kami mengantarkan sejumlah bahan makanan," ujarnya.
Pria berusia 33 tahun itu juga mengucapkan terima kasih kepada saudara senegaranya di seluruh dunia yang bergabung dalam kampanye membantu para korban gempa Turki.
Kedutaan Besar Turki di Dushanbe, Tajikistan, turut menggunggah kisah Sarvar.
"Seorang saudara dari #Azerbaijan sedang dalam perjalanan... untuk membantu, salah satu dari begitu banyak kisah yang mengharukan. Bangsa kita tidak akan pernah melupakan kemurahan hati dan solidaritas yang diberikan di hari-hari sulit ini," twit Kedubes Turki di Dushanbe.
A brother from #Azerbaijan is on his way to #Türkiye to help, one of so many heartwarming stories. Our nation will never forget the generosity and solidarity extended in these difficult days. 🤲 pic.twitter.com/AJGauivPjA
— T.C. Duşanbe Büyükelçiliği (@TurkiyeDushanbe) February 9, 2023
Saat ini, korban tewas akibat gempa Turki telah melampaui 21.000 orang, di mana 18.342 kematian tercatat di Turki dan 3.377 kematian dilaporkan terjadi di Suriah.
Bayi Aya
Kisah seorang bayi perempuan yang lahir dan berhasil diselamatkan dari reruntuhan di Kota Jindayris, Suriah barat laut, juga viral. Bayi bernama Aya -yang berarti keajaiban dalam bahasa Arab- itu ditemukan pada Senin sore dalam kondisi masih terikat dengan tali pusar, sementara ibu, ayah, dan empat kakaknya dipastikan tewas.
"Kami menamainya Aya, jadi mulai sekarang kita bisa berhenti memanggilnya 'bayi yang baru saja lahir'," ujar Hani Maarouf, dokter yang merawat Aya di Rumah Sakit Cihan di Afrin, seperti dikutip dari The Guardian.
Hani menduga bahwa sang ibu, Afraa Abu Hadiya, mungkin baru saja melahirkan Aya dan meninggal beberapa jam sebelum diselamatkan.
"Kondisi Aya membaik dari hari ke hari dan tidak ada kerusakan pada tulang punggungnya seperti yang dikhawatirkan pada awalnya," kata Hani.
Dengan kisahnya yang viral, banyak orang ingin mengadopsi Aya.
Manajer rumah sakit tempat Aya dirawat, Khalid Attiah, mengatakan bahwa dia telah menerima puluhan telepon dari orang-orang di seluruh dunia yang ingin mengadopsi Aya.
Khalid merespons permintaan itu dengan mengatakan, "Saya tidak akan mengizinkan siapa pun untuk mengadopsinya sekarang. Sampai keluarga jauhnya kembali, saya memperlakukannya seperti keluarga saya sendiri."
Untuk saat ini, Aya disusui oleh istri Khalid. Pasangan suami istri itu juga memiliki seorang bayi, yang usianya empat bulan lebih tua dibanding Aya.
Dan paman buyut Aya, Salah al-Badran, mengonfirmasi bahwa dia akan membawa Aya begitu bayi tersebut keluar dari rumah sakit.
Namun, rumah Salah di Kota Jindayris, Suriah barat laut, juga hancur. Dia dan seisi rumahnya yang terdiri dari 11 orang, kini tinggal di tenda.
Advertisement