FSAI 2023, Kerja Sama Ekonomi Kreatif Ajang Promosi-Kolaborasi Film Baru Australia dan Indonesia

Kedutaan Besar dan Konsulat Jenderal Australia di Indonesia menggelar resepsi pembukaan Festival Sinema Australia Indonesia (FSAI) tahun 2023.

oleh Linda Sapira diperbarui 24 Feb 2023, 13:31 WIB
Diterbitkan 24 Feb 2023, 13:31 WIB
Foto Dubes Australian bersama para kontributor film (23/2/2023) (Liputan6.com/ Linda Sapira)
Foto Dubes Australian bersama para kontributor film (23/2/2023) (Liputan6.com/ Linda Sapira)

Liputan6.com, Jakarta - Kedutaan Besar dan Konsulat Jenderal Australia di Indonesia menggelar resepsi pembukaan Festival Sinema Australia Indonesia (FSAI) tahun 2023. Menampilkan film-film terbaik Australia dan Indonesia, pada Jumat (23/2/2023), di CGV Grand Indonesia. 

Film-film yang ditampilkan mencakup beragam genre, rangkaian film yang ditayangkan tahun ini adalah perayaan kisah-kisah unik Australia yang menyoroti sejarah, keragaman, dan kreativitas. 

FSAI 2023 juga menampilkan film-film populer karya anak bangsa yang merupakan alumni Australia, serta kesempatan bagi mahasiswa film, pembuat film baru, dan masyarakat umum untuk belajar dari para pembuat film dan alumni Australia di masterclass pembuatan film yang telah diselenggarakan. 

"Festival ini menciptakan peluang bagi kolaborasi baru untuk berkembang," ucap Duta Besar Australia untuk Indonesia, Penny Williams di pidato pembukaan resepsi FSAI 2023.

Tak hanya itu, acara ini juga bisa dijadikan ajang untuk mempromosikan film dari kedua negara, dan membuka peluang kolaborasi antara Australia dan Indonesia, serta menawarkan masterclass untuk akses ke pemangku kepentingan perfilman Indonesia. 

Angela Tanoesoedibjo, wakil menteri pariwisata dan ekonomi kreatif Indonesia mengatakan film animasi dan video dikategorikan sebagai salah satu dari tujuh subsektor untuk prekonomian kreatif Indonesia. "Di tahun 2019, industri perfilman mencapai kinerja tertinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, berkat upaya seluruh pemangku kepentingan" katanya.

Namun, pada saat pandemi COVID 19, sektor industri perfilman di Indonesia sangat terpukul keras, dan menjadi masalah industri. Karena 90% pendapatan film berasal dari layar lebar, bioskop pun menjadi tidak beroperasi di masa tersebut.

Adanya acara ini, menurut Angela Tanoesoedibjo, bisa menjadikan kerjasama antara Australia dan Indonesia untuk mendukung promosi-promosi film lokal yang belum diliris, sehingga kedua negera mampu memberikan kerja sama lebih kepada sektor ekonomi kreatif. 

Sebelumnya pada 16 Februari lalu, Kedutaan Besar Australia untuk Indonesia bersama menteri pariwisata dan ekonomi kreatif RI Sandiaga Uno, meluncurkan FSAI ke banyak teman dan mitra media, untuk memperkenalkan acara tersebut dan penayangan film Sweet As. 

 

Tahun 2022, Tercatat Jumlah Penonton Bioskop Tertinggi

Angela Tanoesoedibjo, Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia, saat opening FSAI di CGV Grand Indonesia (23/2/2023). (Liputa6.com/ Linda Sapira)
Angela Tanoesoedibjo, Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia, saat opening FSAI di CGV Grand Indonesia (23/2/2023). (Liputa6.com/ Linda Sapira)

Angela menambahkan setelah pandemi COVID-19, pada tahun 2022, jumlah penonton bioskop tertingii yang mencapai angka 54 juta penonton lebih untuk menyaksikan film di layar lebar. Hal ini merupakan hasil yang luar biasa dari kerja keras semua pemangku kepentingan industri perfilman.   

"Saya sangat mengapresiasi hal ini, ada sekitar 61% didominasi oleh film Indonesia untuk pertama kalinya dalam sejarah. Ini membuktikan bahwa pandemi sudah terkendali."

"Kami bertujuan untuk memperkuat ekosistem industri film. Kami bekerja sama untuk membuat kerangka kerja insentif."

"Indonesia juga bisa menjadi lokasi global untuk pembuatan film, dan atas kerja sama pemangku kepentingan perfilman, impian untuk menjadikan Indonesia lokasi global bisa dikerjakan bersama-sama" papar Angela. 

Oleh sebab itu, pada kesempatan acara ini (FSAI), Australia memiliki kemitraan yang sangat erat dengan Indonesia, dan hal ini bisa menjadikan kolaborasi kedua negara untuk membuat dan menggarap film bersama, dengan melakukan syuting di kedua negara tersebut. Angela juga berhapa bahwa hal ini bisa dikerjakan lebih jauh di masa depan.

FSAI 2023 Digelar di 7 Kota, Putar Gratis 5 Film Australia dan 2 dari IndonesiaFSAI 2023 Digelar di 7 Kota, Putar Gratis 5 Film Australia dan 2 dari Indonesia

FSAI 2023
Duta Besar Australia untuk Indonesia Penny Williams dalam kata sambutan di Festival Sinema Australia Indonesia (FSAI) 2023 pada Kamis (16/2/2023). (Liputan6.com/Alycia Catelyn)

FSAI 2023 ini menginjak penyelenggaraan tahun kedelapan. Acara ini menayangkan film-film terbaik dari Australia dan Indonesia untuk penonton di tujuh kota, yakni Jakarta, Surabaya, Makassar, Mataram, Yogyakarta, Bandung, dan Tangerang Selatan.

"Setelah dua tahun mengadakan FSAI secara virtual, kami sangat senang tahun ini bisa kembali ke layar bioskop CGV," ucap Duta Besar (Dubes) Australia untuk Indonesia Penny Williams dalam kata sambutannya. 

Dubes Penny mengatakan bahwa FSAI tahun ini pun akan menayangkan tujuh film yang terpilih di bioskop-bioskop Indonesia mulai 24 Februari 2023 hingga 18 Maret 2023.

"Australia terkenal secara global akan keahliannya di bidang perfilman. FSAI merupakan kesempatan luar biasa untuk berinteraksi dengan para ahli dan mendapatkan pengalaman terbaik dalam perfilman Australia dan Indonesia," ucap Dubes Penny.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno juga turut hadir di pembukaan FSAI 2023. 

Menparekraf Sandiaga memberi apresiasi kepada Dubes Australia karena tidak hanya melibatkan pemutaran film karya-karya dari Australia dan Indonesia, tetapi juga menyediakan masterclass, semacam kelas atau lokakarya untuk memperdalam ilmu tentang perfilman.

Sandiaga juga mengatakan bahwa Australia menjadi salah satu negara yang berhasil menggunakan industri perfilmannya untuk menarik kunjungan wisatawan dan memproduksi film-film kelas dunia.

Sandiaga menambahkan, Indonesia pun sedang mengikuti pola yang sama dengan Australia guna menarik produksi film internasional yang dibuat di Indonesia, serta meningkatkan kualitas film karya Tanah Air.

Sandiaga Menantikan Kolaborasi Lebih Lanjut Antara Australia dan Indonesia

FSAI 2023
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Repubik Indonesia Sandiaga Uno di pembukaan Festival Sinema Australia Indonesia 2023 pada Kamis (16/2/2023).

"Kami ingin belajar juga dari film-film di festival ini tentang bagaimana Australia mengembangkan dunia sinematik," kata Sandiaga.

Sandiaga senang dan tidak sabar dengan kolaborasi lebih lanjut antara Australia dan Indonesia di bidang perfilman. Pasalnya, FSAI 2023 ini seakan memberi semangat untuk perfilman Indonesia setelah melewati tiga tahun pandemi COVID-19.

"Tahun lalu kita berhasil menggaet 44 juta penonton dan kami harap tahun ini bisa meningkat," ujar Sandiaga.

FSAI 2023 menampilkan tujuh film dan tujuh sesi masterclass di tujuh kota.

Pemutaran film pertama yakni pemenang penghargaan "Sweet As" di Jakarta pada 18 Februari 2023.

"Sweet As" merupakan sebuah film remaja dengan genre drama. Kisahnya berfokus para remaja Australia dalam menemukan persahabatan, cinta pertama, dan jati diri di jalan yang jarang dilalui.

Film lainnya yang akan diputar adalah "Penguin Bloom", "Moon Rock for Monday", "The Drover's Wife: The Legend of Molly Johnson", dan film komedi animasi "Peter Rabbit 2: The Runaway" yang diproduksi oleh studio animasi Australia, Animal Logic.

FSAI 2023 juga menampilkan dua film Indonesia yang diproduseri oleh Mira Lesmana, yakni drama menegangkan "Paranoia" dan kisah mudik "Humba Dreams".

Untuk informasi lebih lanjut dan cara mendapatkan tiket gratis, Anda bisa mengunjungi website FSAI.id.

Baca selengkapnya disini...

 

infografis perfilman indonesia
Jumlah produksi film Indonesia, berapa banyak? (Liputan6.com/Trie yas)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya