Topan Mocha: Junta Myanmar Tolak Badan PBB Jangkau Korban Pengungsi Rohingya

Badan PBB mengatakan bahwa pemerintahan junta Myanmar telah menolak masuk petugas humaniter yang akan mendistribusikan bantuan kemanusiaan kepada pengungsi etnis Rohingya korban Topan Mocha.

oleh Hariz Barak diperbarui 21 Mei 2023, 12:01 WIB
Diterbitkan 21 Mei 2023, 12:01 WIB
Penampakan Myanmar dan Bangladesh dari Satelit Usai Diterjang Topan Mocha
Foto satelit menunjukkan bangunan dan infrastruktur yang rusak di Sittwe di Negara Bagian Rakhine Myanmar setelah Topan Mocha menghantam garis pantai Myanmar dan Bangladesh pada 15 Mei 2023. (Handout/Satellite image ©2023 Maxar Technologies/AFP)

Liputan6.com, Naypyidaw - Badan PBB mengatakan bahwa pemerintahan junta Myanmar telah menolak masuk petugas humaniter yang akan mendistribusikan bantuan kemanusiaan kepada pengungsi etnis Rohingya korban Topan Mocha.

Konsentrasi utama bantuan dari Badan Pengungsi PBB UNHCR ditujukan untuk etnis Rohingya di kamp-kamp pengungsian internal Myanmar di Sittwe.

Sekitar 90% rumah etnis Rohingya di sana hancur dan setidaknya 100 orang etnis Rohingya di Sittwe diperkirakan tewas ketika angin berkecepatan lebih dari 150 mil per jam menghantam wilayah tersebut.

UNHCR mengatakan pemerintah Myanmar telah menolak akses ke kamp-kamp di Sittwe, rumah bagi sekitar 100.000 orang. "UNHCR belum diberikan akses untuk melakukan penilaian kebutuhan," lanjut badan itu seperti dikutip dari The Guardian (21/5/2023).

Meski begitu, PBB mengatakan persediaan kesehatan dan alat pemurni air untuk 200.000 orang telah dikirim ke Sittwe.

Topan Mocha menghantam Myanmar dalam perjalanannya melintasi Teluk Benggala. Sittwe adalah daerah yang terkena dampak paling parah, tetapi badai kategori 5 juga merusak kota-kota lebih jauh di Myanmar timur, di wilayah Chin, Sagaing, dan Magway.

PBB mengatakan pada hari Kamis bahwa 17 distrik di Rakhine --provinsi utama etnis Rohingya-- dan empat di Chin telah dinyatakan sebagai daerah yang terkena dampak parah bencana alam oleh pemerintah. Gambar di media sosial menunjukkan pohon, bangunan, dan tiang listrik tumbang, dan puing-puing menumpuk di tanah.

Rohingya tinggal di kamp-kamp pengungsian internal setelah diusir dari rumah mereka di Rakhine oleh berbagai serangan militer sejak tahun 1970-an. Pada tahun 2017 satu juta Rohingya mencari perlindungan di Bangladesh, negara tetangga Myanmar yang berbagi perbatasan di utara Rakhine.

Di Bangladesh, sekitar 60.000 orang mengungsi dan 30.000 rumah rusak atau hancur akibat dampak Topan Mocha di distrik Cox's Bazar, tempat lebih dari 1 juta orang Rohingya tinggal di kamp-kamp pengungsi.

Indonesia Pimpin Kirim Bantuan dari ASEAN

Penampakan Myanmar dan Bangladesh dari Satelit Usai Diterjang Topan Mocha
Topan Mocha mendarat di antara Cox's Bazar di Bangladesh dan Sittwe di Myanmar dengan kecepatan angin hingga 195 kilometer (120 mil) per jam. (Handout/Satellite image ©2023 Maxar Technologies/AFP)

Setidaknya 145 orang diketahui telah tewas di Myanmar (Burma) oleh topan yang kuat, kata penguasa militer negara itu.

Mereka mengatakan sebagian besar korban Topan Mocha yang mendarat Minggu 14 Mei 2023 lalu berasal dari minoritas Rohingya.

Junta militer sebelumnya menyebut jumlah korban tewas 21 orang, tetapi penduduk setempat mengatakan kepada BBC bahwa sedikitnya 40 orang tewas.

Sekitar 800.000 orang terkena dampak salah satu badai terkuat yang melanda kawasan itu abad ini, kata PBB.

Dengan kecepatan angin hingga 209 km/jam (130 mph), Mocha - badai kategori lima - menghantam negara bagian Rakhine, Myanmar barat, serta wilayah Sagaing dan Magway.

"Secara keseluruhan 145 orang lokal tewas selama topan," kata junta Myanmar dalam sebuah pernyataan pada hari Jumat, kantor berita AFP melaporkan.

Menurut pernyataan tersebut, di antara para korban terdapat empat tentara, 24 penduduk setempat, dan 117 orang dari minoritas Rohingya.

Mengetahui salah satu negara di kawasan terdampak Siklon Mocha, pada Jumat 19 Mei Indonesia selaku Ketua ASEAN 2023 bergerak cepat untuk membantu rakyat Myanmar terdampak.

Mengutip situs Kemlu RI, Direktur Eksekutif ASEAN Coordinating Centre for Humanitarian Assistance on Disaster Management (AHA Centre) dan ASEAN Emergency Response and Assessment Team (ASEAN-ERAT) yang terdiri atas perwakilan Indonesia, Brunei Darussalam, Filipina, Singapura, Thailand, AHA Centre dan ASEC telah tiba di Myanmar guna mendukung upaya tanggap darurat, termasuk mengumpulkan informasi di lapangan dan memfasilitasi rapid needs assessment.

Selengkapnya...

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya