AS Balas Kebijakan Putin Menangguhkan Perjanjian Nuklir New START

Presiden Vladimir Putin mengumumkan penangguhan perjanjian nuklir New START pada Februari 2023.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 02 Jun 2023, 19:10 WIB
Diterbitkan 02 Jun 2023, 19:10 WIB
Ilustrasi Amerika Serikat
Ilustrasi Amerika Serikat (Dok. Pixabay/oohhsnapp)

Liputan6.com, Washington - Amerika Serikat (AS) membalas penangguhan perjanjian nuklir New START yang dilakukan Rusia. Pada Kamis (1/6/2023), AS mengumumkan bahwa mereka mencabut visa inspektur nuklir Rusia, menolak permohonan baru Rusia untuk monitoring, dan membatalkan izin standar bagi pesawat Rusia memasuki wilayah udaranya.

Kementerian Luar Negeri (Kemlu) AS blak-blakan mengakui bahwa langkah-langkah tersebut merupakan respons atas kebijakan Presiden Vladimir Putin menangguhkan perjanjian New START, pakta kontrol senjata terakhir yang tersisa antara kedua negara.

"AS berkomitmen untuk implementasi penuh dan saling menguntungkan atas perjanjian New START," ungkap Kemlu AS seperti dikutip dari AP, Jumat (2/6/2023). "Konsisten dengan komitmen itu, AS telah mengadopsi tindakan pencegahan yang sah sebagai respons atas pelanggaran berkelanjutan Rusia terhadap perjanjian New START."

Kemlu AS menggarisbawahi bahwa pencabutan visa dan penolakan permohonan serta keputusan untuk berhenti berbagi informasi tentang status atau lokasi rudal dan data telemetri, konsisten dengan hukum internasional menyusul tindakan Rusia.

Meski demikian, AS akan tetap memberitahu Rusia bila melakukan uji coba nuklir.

AS menekankan bahwa tindakan pembalasannya sewaktu-waktu dapat dibatalkan asalkan Rusia kembali mematuhi perjanjian New START.

Rusia menangguhkan keikutsertaannya dalam New START pada Februari 2023 dalam sebuah langkah yang menurut AS "tidak sah secara hukum". Segera setelah itu, Rusia membatasi kepatuhannya pada kesepakatan tersebut.

Mengizinkan inspeksi ke situs senjata nuklir dan memberikan informasi tentang penempatan rudal balistik antarbenua dan berbasis kapal selam serta peluncuran uji coba masing-masing negara adalah komponen penting dari New START, yang ditandatangani oleh Barack Obama dan Dmitry Medvedev pada tahun 2010.

Pada Maret 2023, AS mengumumkan bahwa pihaknya dan Rusia telah berhenti berbagi data senjata nuklir dua kali setahun. AS mengaku ingin melanjutkan tindakan tersebut tetapi memutuskan berhenti setelah Rusia memberi tahu bahwa mereka tidak akan membagikan datanya.

Perjanjian New START

Ilustrasi bendera Rusia (pixabay)
Ilustrasi bendera Rusia (pixabay)

New START membatasi masing-masing negara untuk tidak memiliki lebih dari 1.550 hulu ledak nuklir yang dikerahkan dan 700 rudal dan pengebom yang dikerahkan. Perjanjian tersebut mensyaratkan inspeksi menyeluruh di tempat untuk memverifikasi kepatuhan.

Inspeksi terhenti pada tahun 2020 karena pandemi COVID-19. Diskusi untuk melanjutkannya seharusnya dilakukan pada November 2022, tetapi Rusia tiba-tiba menangguhkannya dengan alasan dukungan AS untuk Ukraina.

Kemlu AS mengatakan, Rusia telah diberitahu sebelumnya tentang tindakan balasan dan bahwa AS masih tertarik untuk menjaga perjanjian itu tetap hidup.

"AS tetap siap bekerja secara konstruktif dengan Rusia untuk melanjutkan implementasi Perjanjian New START," imbuh pernyataan Kemlu AS.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya