Liputan6.com, Moskow - Seorang mantan komandan kapal selam Rusia yang ditembak mati saat jogging pada Senin (10/7/2023), diduga menjadi sasaran penyerang yang melacaknya via aplikasi olahraga populer Strava. Kantor berita TASS melaporkan bahwa Stanislav Rzhitsky dibunuh di Kota Krasnodar, Rusia selatan, oleh orang tak dikenal.
Motif atas pembunuhan Rzhitsky sedang diselidiki. Tersangka kematian Rzhitsky, menurut TASS, telah diidentifikasi.
Baca Juga
Berdasarkan rute jogging dan sepeda Rzhitsky yang muncul di akun atas namanya di aplikasi Strava, salah satu sirkuit jogging reguler yang dia ambil di Krasnodar adalah termasuk taman tempat dia terbunuh pada Senin pagi.
Advertisement
Media Rusia, Tsargrad, melaporkan bahwa penyerang merencanakan pembunuhan dengan sangat hati-hati, sehingga momen penyerangan tidak muncul di kamera CCTV mana pun.
"Pembunuhnya menunggu di taman dekat kompleks olahraga Olympus, tempat Rzhitsky rutin melakukan jogging pagi. Pria itu tewas di tempat, penembaknya dalam pengejaran," ungkap laporan Tsargrad seperti dikutip CNN, Rabu (12/7/2023).
Keaslian akun Strava Rzhitsky tidak dapat diverifikasi secara independen, namun memuat banyak foto dirinya.
Intelijen Pertahanan Ukraina via Telegram mengungkapkan bagaimana Rzhitsky diduga ditembak. Badan itu sendiri tidak secara eksplisit mengaku bertanggung jawab atas pembunuhan Rzhitsky.
"Komandan kapal selam itu sedang jogging di taman '30th Anniversary of Victory' di Krasnodar. Sekitar pukul 06.00, dia ditembak tujuh kali dengan pistol Makarov. Akibat luka tembak tersebut, Rzhitsky tewas di tempat," sebut pernyataan Intelijen Pertahanan Ukraina.
"Karena hujan deras, taman menjadi sepi, jadi tidak ada saksi yang bisa memberikan detail atau mengidentifikasi penyerang."
Tuduhan Ukraina
Rzhitsky memimpin salah satu kapal selam kelas Kilo Rusia dari armada Laut Hitam, yang mampu menembakkan rudal jelajah Kalibr. Hal tersebut terungkap oleh Ukraina dan laporan berita Rusia.
Pernyataan Departemen Komunikasi Strategis Angkatan Bersenjata Ukraina secara sepintas dinilai meremehkan pandangan bahwa Kyiv bertanggung jawab atas serangan terhadap Rzhitsky. Mereka justru menilai, Rzhitsky telah sampai pada kesimpulan bahwa serangan rudal Rusia yang menewaskan warga sipil tidak efektif.
"Jelas, dia dilenyapkan oleh orang-orangnya sendiri karena menolak untuk terus menjalankan perintah tempur dari komandonya terkait serangan rudal ke kota-kota Ukraina yang damai," demikian bunyi pernyataan Departemen Komunikasi Strategis Angkatan Bersenjata Ukraina.
Advertisement
Pengakuan Keluarga Rzhitsky
Keluarga Rzhitsky bersikeras bahwa pria itu tidak berpartisipasi dalam perang Ukraina dengan cara apapun. Media Rusia Baza yang mengutip pengakuan pihak keluarga melaporkan bahwa Rzhitsky telah berusaha meninggalkan Angkatan Bersenjata Rusia pada tahun 2021.
Rzhitsky mengajukan pengunduran diri dari Angkatan Bersenjata Rusia pada Desember 2021. Ayahnya mengatakan bahwa dia berada di Sevastopol selama proses tersebut dan tidak melaut.
"Dia sebelumnya memimpin kapal selam yang berbasis di Sevastopol," ujar ayahnya.
Pada Agustus 2022, Rzhitsky akhirnya diberhentikan dan kemudian mendapat pekerjaan di pemerintahan Krasnodar.
Orang tua Rzhitsky, ungkap media Rusia Izvestia, sempat berbicara dengan putra mereka sehari sebelum dia dibunuh. Menurut mereka, Rzhitsky dalam suasana hati yang baik.
"Jika dia curiga, dia mungkin telah mengubah rencana, rute, dan sebagainya. Tapi dia tidak mengatakan apa-apa," terang sang ayah.
Seorang komandan senior Rusia lainnya, Letnan Jenderal Oleg Tsokov, juga dilaporkan tewas. Tsokov kehilangan nyawa di Kota Berdiansk yang diduduki Rusia.
Saluran Telegram Rusia, Military Informer, menulis pada Selasa (12/7), "Serangan rudal jelajah Storm Shadow Inggris di pos komando cadangan Angkatan Darat ke-58 dekat Berdyansk menewaskan Wakil Komandan Distrik Militer Selatan Letnan Jenderal Oleg Tsokov."
Analis independen dan penghitungan CNN menunjukkan bahwa Rusia telah kehilangan sekitar 10 jenderal dalam pertempuran sejak invasi dimulai.