Liputan6.com, Bangkok - Politikus muda Pita Limjaroenrat meraih kemenangan besar di Pemilu Thailand 2023 dengan mengantongi suara mayoritas dari hampir 40 juta orang yang ikut memilih. Pria berusia 42 tahun itu dianggap sebagai angin segar di politik Thailand.
Pita dikenal sebagai sosok progresif di Thailand dan partai Move Forward (Bergerak Maju) yang ia pimpin meraih 151 kursi di parlemen, tertinggi dari partai-partai lain.
Advertisement
Baca Juga
Bangkot Post menyebut ada 38,3 juta orang yang memilih di Thailand, 36,5 juta suara dinyatakan valid.
Advertisement
Menurut situs pemilu Thailand, Election 66, Pita berhasil menjalin koalisi dengan partai liberal lain, yakni partai Pheu Thai, yang merupakan juara dua di pemilu 2023.
Akan tetapi jalan Pita Limjaroenrat menuju bangku perdana menteri masih terus dijegal. Terkini, statusnya sebagai anggota parlemen ditangguhkan.Â
Dilansir CNN, Rabu (19/7/2023), Komisi Pemilu Thailand menuduh Pita melanggar aturan pemilu karena memiliki saham di perusahaan media. Pita membantah telah melanggar aturan dan menuduh Komisi Pemilu yang buru-buru membawa kasus ini ke pengadilan.Â
Sebelumnya, Pita juga gagal voting untuk menjadi perdana menteri. Untuk menjadi PM Thailand, politikus harus mendapat 375 suara dari DPR dan Senat.
Pita hanya mendapatkan 324 suara. Alhasil, Thailand masih belum punya perdana menteri walau pemilu sudah dilaksanakan pada Mei lalu.Â
CNN menyorot bahwa kelompok konservatif di Thailand memiliki rekam jejak untuk menghadang politikus yang menantang status quo. Kelompok itu terdiri atas pro-kerajaan, militer, dan elit berpengaruh.Â
PM Thailand sebelumnya adalah Prayut Chan-o-cha yang berkuasa melalui kudeta militer terhadap Yingluck Shinawatra. Aksi Prayut Chan-o-cha direstui Raja Thailand.
Bertekad Tidak Akan Menyerah
Laporan sebelumnya, reformis yang memenangkan pemilu Thailand pada Mei 2023, Pita Limjaroenrat, gagal mengamankan cukup suara di parlemen untuk menjadi perdana menteri.Â
"Saya menerimanya, namun saya tidak menyerah," ujar Pita yang merupakan pemimpin Partai Move Forward dan satu-satunya kandidat perdana menteri seperti dilansir BBC, Jumat (14/7). "Saya tidak akan menyerah dan akan memanfaatkan waktu untuk mengumpulkan lebih banyak dukungan."
Untuk menduduki kursi perdana menteri Thailand, pria usia 42 tahun lulusan Universitas Harvard dan mantan direktur eksekutif Grab, membutuhkan suara lebih dari setengah dari 749 anggota di dua kamar parlemen. Namun, dia hanya berhasil mendapatkan 324 suara dari 375 yang diperlukan.
Dia memiliki dukungan mayoritas di majelis rendah, namun tidak bisa memenangkan sokongan cukup dari senator, yang ditunjuk oleh pemerintah militer.
Di bawah aturan, parlemen harus terus memberikan suara sampai perdana menteri baru terpilih dan pemungutan suara berikutnya dijadwalkan berlangsung pekan depan. Belum jelas bagaimana Pita akan menutupi kekurangan sebelumnya.
Prayuth Chan-Ocha pada Selasa (11/7), telah mengumumkan pengunduran dirinya sebagai perdana menteri Thailand. Dia juga mengatakan akan pensiun dari dunia politik setelah sembilan tahun berkuasa melalui kudeta militer.
Namun, Prayuth akan tetap menjabat sampai pemerintahan baru terbentuk.
Advertisement