Liputan6.com, Roma - Empat puluh satu migran tewas dalam kecelakaan kapal di dekat Pulau Lampedusa, Italia. Para penyintas memberi tahu penyelamat bahwa mereka berada di atas kapal yang berangkat dari Sfax di Tunisia dan tenggelam dalam perjalanan ke Italia.
Empat orang yang selamat, berasal dari Pantai Gading dan Guinea, mencapai Lampedusa pada Rabu (9/8/2023). Demikian seperti dilansir BBC, Kamis (10/8/2023).
Baca Juga
Lebih dari 1.800 orang tewas sepanjang tahun ini dalam penyeberangan dari Afrika Utara ke Eropa.
Advertisement
Jaksa penuntut umum setempat Salvatore Vella mengatakan dia telah membuka penyelidikan atas tragedi itu.
Para penyintas, yang terdiri dari seorang anak laki-laki berusia 13 tahun, dua pria dan seorang wanita, mengatakan kepada penyelamat bahwa mereka berada di atas kapal yang membawa 45 orang, termasuk tiga anak.
Mereka menuturkan bahwa kapal yang panjangnya sekitar tujuh meter itu meninggalkan Sfax pada Kamis 3 Agustus, namun tenggelam dalam beberapa jam setelah dihantam gelombang besar. Hanya 15 orang yang diketahui telah mengenakan jaket pelampung, namun nyawa mereka tetap tidak terselamatkan.
Palang Merah Italia dan badan amal Jerman Sea-Watch mengatakan, keempat penyintas berhasil selamat dari kecelakaan kapal dengan mengapung di ban dalam dan jaket pelampung sampai mereka menemukan perahu kosong lainnya di laut, di mana mereka menghabiskan beberapa hari hanyut sebelum diselamatkan.
Sedikit Peluang untuk Bertahan Hidup
Para penyintas tiba di Lampedusa dalam kondisi kelelahan dan syok. Dokter Adrian Chiaramonte mengatakan mereka hanya mengalami luka ringan.
"Yang benar-benar mengejutkan kami adalah kisah tragedi itu," katanya. "Mereka mengatakan mereka bertemu dengan kapal pertama, yang tampaknya mengabaikan mereka. Satu jam kemudian mereka ditemukan oleh sebuah helikopter dan satu jam setelah penampakan itu, mereka dijemput oleh sebuah kapal tanker minyak."
Penjaga pantai Italia melaporkan dua kapal karam di daerah tersebut pada Minggu, namun tidak jelas apakah kapal yang ditumpangi para penyintas ini salah satunya.
Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) mengatakan bahwa para migran hanya memiliki sedikit peluang untuk bertahan hidup dalam perjalanan mereka ke Eropa.
"Para migran Sub-Sahara (yang berangkat dari Tunisia) terpaksa menggunakan kapal besi murah yang rusak setelah 20 atau 30 jam pelayaran. Dengan jenis laut seperti ini, kapal-kapal ini mudah terbalik," kata juru bicara IOM Flavio Di Giacomo kepada AFP.
Advertisement