Liputan6.com, Wellington - Sejarah hari ini mencatatkan pernikahan sesama jenis pertama di Selandia Baru. Sebelumnya Negeri Kiwi sudah tercatat menjadi negara pertama di wilayah Asia-Pasifik dan yang ke-14 di dunia dalam melegalkan pernikahan sejenis.
Sebanyak 31 pasangan sejenis dijadwalkan menikah pada hari Senin, 19 Agustus 2013, menurut Departemen Urusan Dalam Negeri Selandia Baru.
Baca Juga
Mengutip dari BBC, hal ini terjadi setelah parlemen Selandia Baru mengesahkan undang-undang pada April 2013 yang mengubah Undang-Undang Pernikahan tahun 1955. Anggota parlemen menyetujui undang-undang ini dengan 77 suara mendukung dan 44 menolak.
Advertisement
Di antara pasangan sesama jenis pertama yang mengikat janji adalah Tash Vitali dan Melissa Ray dari Auckland. Mereka memenangkan kompetisi di radio berhadiah biaya pernikahan.
"Dunia masih merupakan tempat yang berbahaya bahkan mematikan bagi orang gay (mengacu pada pasangan homoseksual), biseksual, dan transgender," kata Pendeta Matt Tittle, seperti yang dilansir oleh stuff.co.nz.
"Kami bersyukur kepada Tuhan bahwa hal ini tidak berlaku di Selandia Baru.”
"Semua cinta adalah suci."
Pasangan lainnya, Lynley Bendall dan Ally Wanikau, mengucapkan sumpah di udara dalam penerbangan khusus antara Queenstown dan Auckland dalam sebuah upacara yang dihadiri oleh aktor AS Jesse Tyler Ferguson dari acara komedi Modern Family.
Pasangan dari Negara Lain Ikut Menikah di Selandia Baru
Pasangan sejenis dari negara lain juga diperkirakan akan ikut melaksanakan pernikahan kala itu.
Menurut grup Australian Marriage Equality Australia, sekitar 1.000 pasangan sejenis di Australia saat itu berencana untuk bepergian ke negara tetangga untuk menikah.
Pasangan Australia pertama yang ikut menikah di Selandia Baru saat itu disebutkan sebagai sebagai Paul McCarthy dan Trent Kandler. Keduanya mengalahkan 300 pasangan lain, menang Tourism New Zealand competition (kompetisi pariwisata New Zealand)
Pernikahan Paul McCarthy dan Trent Kandler tidak akan diakui secara hukum di negara asal mereka, Australia, tetapi McCarthy mengatakan kepada AFP bahwa langkah ini adalah, "penting secara historis, dan langkah penting dalam kehidupan pribadi kami".
Perubahan undang-undang soal pernikahan sesama jenis di Selandia Baru ini telah membuat marah beberapa pemimpin agama, dengan Gereja Anglikan meminta para pendeta untuk tidak melangsungkan pernikahan sampai laporan kepada sinode umumnya tahun depan.
Uskup Katolik telah menentang pernikahan sejenis ini dengan tegas, sementara respons aliran keagamaan lainnya terpecah.
Langkah ini pun sempat mendapat pertentangan dari kelompok lobi Kristen. Kelompok lobi konservatif Family First mengatakan perubahan dalam Undang-Undang Pernikahan adalah "tindakan vandalisme budaya yang sombong" yang tidak memiliki mandat publik.
Namun, Campaign for Marriage Equality (Kampanye Kesetaraan Pernikahan) mengatakan ini mengakhiri ketidakadilan sejarah.
Advertisement