Meksiko Bakal Punya Presiden Perempuan Pertama, Pilihannya Claudia Sheinbaum atau Xochitl Galvez

Sejumlah kritikus menilai bahwa Presiden Andres Manuel Lopez Obrador masih membayangi Pilpres Meksiko melalui dukungannya terhadap capres Claudia Sheinbaum.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 07 Okt 2023, 13:08 WIB
Diterbitkan 07 Okt 2023, 13:08 WIB
Ilustrasi bendera Meksiko (pixabay)
Ilustrasi bendera Meksiko (pixabay)

Liputan6.com, Mexico City - Partai yang berkuasa menyebutnya sebagai seremonial penyerahan tongkat estafet. Namun, pihak oposisi mengecamnya sebagai penyerahan tongkat kerajaan.

Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador yang secara konstitusional dilarang mencalonkan diri kembali, bulan lalu secara terbuka menunjukkan bahwa calon presiden (capres) Claudia Sheinbaum mendapat restunya. Untuk itu, dia menyerahkan tongkat estafet kepada Sheinbaum dalam upacara di luar sebuah restoran di Mexico City tidak jauh dari Istana Nasional – pusat kekuasaan eksekutif negara tersebut. Demikian seperti dilansir CNN, Sabtu (7/10/2023).

Sheinbaum, yang merupakan mantan wali kota Mexico City berusia 61 tahun dan sekutu politik lama Lopez Obrador, menyampaikan terima kasih. Menerima pencalonan presiden dari partai sayap kiri Morena, Sheinbaum mengatakan bahwa dia akan memikul tanggung jawab penuh untuk melanjutkan jalan yang telah ditandai oleh rakyat Meksiko, yaitu transformasi yang diprakarsai oleh Presiden Lopez Obrador.

Ketika Pilpres Meksiko digelar pada Juni mendatang, rakyat akan memilih di antara dua perempuan untuk menjadi presiden, menandai yang pertama dalam sejarah negara tersebut. Empat hari sebelum Morena mencalonkan Sheinbaum, koalisi oposisi Meksiko, Broad Front, memilih kandidat perempuan lainnya, yakni mantan senator Xochitl Galvez dari partai konservatif PAN.

Ini bukan pertama kalinya perempuan mencalonkan diri sebagai presiden Meksiko. Sebelum Sheinbaum dan Galvez, ada enam calon presiden perempuan lainnya.

Namun, dengan dua partai politik utama mencalonkan perempuan maka ini adalah pertama kalinya secara praktis dapat dipastikan bahwa mulai Desember 2024, Meksiko akan dipimpin oleh seorang perempuan.

Meski demikian, sejumlah kritikus menilai bahwa bayang-bayang Lopez Obrador masih membayangi kontes ini.

Menanjak dengan Cepat

Calon presiden Meksiko Xochitl Galvez. (Dok. AP Photo/Fernando Liano)
Calon presiden Meksiko Xochitl Galvez. (Dok. AP Photo/Fernando Liano)

Dalam beberapa hal, Galvez dipandang progresif. Dia telah melakukan advokasi di Kongres Meksiko untuk hak-hak dan kesejahteraan kelompok masyarakat adat dan masyarakat Afro-Meksiko, dan dalam forum regional awal tahun ini di Monterrey Galvez mengatakan bahwa Meksiko yang kaya minyak harus beralih ke energi terbarukan.

Dia menuturkan bahwa kebijakan dana pensiun Lopez Obrador untuk semua warga lanjut usia harus dilanjutkan dan mengusulkan apa yang dia sebut sebagai sistem perlindungan sosial universal berupa program kesejahteraan untuk sebagian besar kelas menengah dan bawah.

Menyangkut keamanan dan pemberantasan kejahatan terorganisir, rencana Galvez yaitu memperkuat polisi lokal dan negara bagian serta memberi mereka akses terhadap intelijen, mengadvokasi dan melindungi korban, serta menghormati supremasi hukum.

Macario Schettino, seorang analis politik dan profesor Ilmu Sosial di ITESM, sebuah universitas ternama di Meksiko, menggambarkan momentum politik Galvez sebagai sesuatu yang mengesankan, mengingat beberapa bulan yang lalu, dia bahkan tidak dianggap sebagai kandidat yang memiliki profil nasional.

"Dia baru saja mulai terdaftar dalam dunia politik, dan sudah mengalami pertumbuhan yang pesat. Banyak orang di Meksiko masih belum mengenalnya. Popularitasnya akan meningkat," kata Schettino.

"Sementara Claudia Sheinbaum ... sudah dikenal oleh sebagian besar rakyat Meksiko."

Mengulang Slogan Kampanye Lopez Obrador

Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador dan capres Claudia Sheinbaum. (Dok. AP Photo/Marco Ugarte)
Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador dan capres Claudia Sheinbaum. (Dok. AP Photo/Marco Ugarte)

Selain sebagai presiden perempuan pertama, Sheinbaum yang merupakan seorang ahli fisika dengan gelar doktor di bidang teknik lingkungan, juga akan mencatat sejarah lain jika terpilih: keturunan Yahudi pertama yang menjadi presiden Meksiko.

Sheinbaum sendiri disebut jarang berbicara secara terbuka tentang latar belakang pribadinya dan selama ini menonjolkan diri sebagai seorang sayap kiri sekuler.

Dia saat ini unggul dalam sebagian besar jajak pendapat dan akan menjadi lawan yang tangguh untuk dikalahkan. Sheinbaum tidak hanya mendapat dukungan penuh dari partai yang berkuasa, namun sosoknya juga telah lama menikmati sorotan sebagai wali kota kota terpenting di Meksiko selama lima tahun terakhir hingga dia mengundurkan diri pada Juni untuk mencalonkan diri sebagai presiden.

Mengenai kebijakan, Sheinbaum berjanji untuk melanjutkan banyak kebijakan dan program Lopez Obrador, termasuk dana pensiun, beasiswa untuk lebih dari 12 juta pelajar, dan pupuk gratis untuk pemilik pertanian kecil.

Sheinbaum menolak kritik atas kedekatan politiknya dengan presiden.

"Tentu saja kami bukan salinannya (presiden)," katanya pada Juli.

Meski begitu, dia tidak segan-segan memuji prinsip-prinsip yang mereka bagi bersama.

"Demi kebaikan semua orang, utamakan masyarakat miskin. Tidak mungkin ada pemerintahan yang kaya jika rakyatnya miskin. Kekuasaan hanya akan menjadi sebuah kebajikan bila digunakan untuk melayani rakyat," kata Sheinbaum, mengulangi slogan kampanye yang digunakan Lopez Obrador selama bertahun-tahun.

Janji Lopez Obrador

Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador. (Dok. Pedro Pardo/AFP)
Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador. (Dok. Pedro Pardo/AFP)

Lopez Obrador telah berulang kali menepis tuduhan bahwa dia cenderung otoriter atau bahwa dia lebih memilih kandidat yang dapat dia kendalikan. Awal tahun ini, Lopez Obrador membantah bahwa dia mempunyai kandidat favorit di antara calon-calon partainya atau bahwa dia sedang mendorong kandidat tertentu di balik layar.

Dia juga mengatakan akan pensiun sepenuhnya setelah masa jabatan enam tahunnya berakhir.

"Saya pensiun, tentu saja saya tidak akan berpartisipasi dalam acara publik apapun lagi. Saya tidak akan menerima posisi apapun, saya tidak ingin menjadi penasihat siapapun, apalagi bertindak sebagai pemimpin. Saya tidak akan menjalin hubungan dengan politikus. Saya tidak akan berbicara tentang politik," katanya pada Februari.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya