Liputan6.com, Jakarta - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melaporkan cuaca ekstrem dengan suhu tinggi 35-39 derajat Celcius di sejumlah wilayah Indonesia terpantau pada Sabtu 7 Oktober 2023.
Melalui unggahan resmi di akun Instagram BMKG, disampaikan informasi mengenai suhu puncak harian di berbagai wilayah. Data ini berlaku untuk rentang waktu 6-7 Oktober 2023 hingga pukul 07:00 WIB.
Baca Juga
Suhu yang makin panas tentunya memiliki dampak signifikan terhadap beberapa hal, termasuk pada tubuh manusia. Sebenarnya, suhu yang begitu tinggi ini terlalu ekstrem bagi tubuh kita untuk dapat ditangani dengan aman.
Advertisement
Melansir dari Euronews, Minggu (8/10/2023), dalam situasi yang ringan, cuaca panas dapat menyebabkan tubuh banyak berkeringat serta membuat tangan dan kaki terasa bengkak dan tidak nyaman. Namun, dalam situasi yang lebih serius, hal ini bisa menyebabkan kebingungan, serangan, bahkan kehilangan kesadaran.
Profesor Lewis Halsey, salah satu peneliti dari University of Roehampton yang melakukan studi terbaru mengenai ‘upper critical temperature’, yaitu suhu maksimum yang bisa dicapai oleh tubuh manusia sebelum mulai mengalami gangguan, mengatakan kepada Euronews, "Tubuh berupaya keras untuk menjaga suhu inti, ia tidak menyukai perubahan suhu."
Ketika cuaca ekstrem, tubuh bekerja lebih keras untuk mengembalikan suhu normalnya. Ini dilakukan dengan melebarkan pembuluh darah di dekat kulit agar panas dapat keluar dan menghasilkan keringat.
“Keringat adalah respons utama kita, satu-satunya cara kita mengatasi panas,” Julie Davies, seorang profesor di UCL Global Business School for Health, menjelaskan kepada Euronews.
Risiko Serangan Jantung dan Gangguan Saraf Akibat Suhu Tinggi
Penting untuk menggantikan cairan yang hilang melalui keringat dengan minum lebih banyak air. Jika tidak, kita bisa mengalami dehidrasi, yang bisa menyebabkan gejala seperti pusing dan rasa ingin pingsan, yang sering disebut sebagai kelelahan akibat panas.
Menurut Layanan Kesehatan Nasional Inggris (UK's National Health Service/NHS), gejala heat stress (stres panas) dan heat exhaustion (kelelahan akibat panas) meliputi pusing, mual, pingsan, kebingungan, kelelahan, berkeringat berlebihan, sakit kepala, dan kram otot.
Jika suhu tubuh meningkat di atas batas kritis, yang ditetapkan oleh Halsey dan timnya antara 40 hingga 50 derajat Celsius, manusia dapat mengalami heatstroke atau sengatan panas. Hal ini dapat menyebabkan organ-organ dalam tubuh membengkak dan gagal berfungsi, yang dapat berakibat fatal.
Julie Davies menjelaskan, "Pada suhu tertentu, kita mungkin tidak bisa mengeluarkan cukup keringat untuk menjaga tubuh tetap sejuk. Jika suhu tubuh Anda jauh melebihi 35 atau 37 derajat, Anda berisiko terkena serangan jantung atau sengatan panas."
"Protein dalam tubuh akan mengalami perubahan struktur dan berhenti berfungsi, serta impuls saraf tidak akan berjalan dengan lancar. Sistem saraf akan bekerja kurang efisien, yang merupakan bagian penting dari fungsi tubuh. Hal ini akan berdampak pada kinerja jantung karena jantung sendiri adalah otot," jelas Halsey.
"Jika kondisi ini mengakibatkan ketidaknormalan irama jantung (aritmia) dan jantung tidak dapat memompa darah secara efisien karena 'tidak selaras', maka hal ini dapat menyebabkan penurunan kadar oksigen. Jika suplai oksigen ke otak terganggu, maka akan muncul masalah serius."
Berdasarkan laporan terbaru, diperkirakan 61.000 orang di Eropa meninggal pada musim panas sebelumnya akibat cuaca yang sangat panas.
Hasil dari sebuah penelitian baru-baru ini di New York juga mengungkapkan bahwa cuaca panas dapat memperburuk kondisi kesehatan mental. Para peneliti menemukan bahwa selama hari yang panas, lebih banyak pasien dengan masalah kecemasan, skizofrenia, demensia, dan penyalahgunaan obat datang ke rumah sakit darurat.
Advertisement
Perlunya Pendekatan Terpadu dalam Melindungi Kelompok Rentan dari Dampak Panas Ekstrem
"Kita semua rentan terhadap dampak panas ekstrem, namun sebagian dari kita lebih rentan dibandingkan yang lain," Raquel Nunes, asisten profesor Enviromental Change and Public Health dari University of Warwick di Inggris, mengatakan kepada Euronews.
“Orang lanjut usia, bayi dan anak kecil, wanita hamil, individu dengan kondisi kesehatan yang sudah ada sebelumnya, pekerja di luar ruangan, individu yang kurang beruntung secara sosial ekonomi, dan mereka yang mengalami tunawisma adalah beberapa contohnya,” lanjutnya.
“Meskipun demikian, faktor-faktor lain dapat berkontribusi terhadap dampak terkait panas seperti isolasi sosial dan kualitas perumahan, misalnya.”
Mereka yang termasuk dalam kelompok yang paling rentan memiliki kemungkinan lebih besar untuk terkena penyakit dan risiko kematian akibat panas, namun dampak ini bisa dicegah dan diatasi.
"Untuk melindungi individu-individu berisiko tinggi ini, sangat penting untuk menerapkan strategi dan intervensi yang disesuaikan dengan kebutuhan dan berfokus pada mereka," tambah Nunes.
Menurut Nunes, untuk mencapai hal ini, diperlukan pendekatan yang melibatkan seluruh masyarakat dan berbagai sektor, yang mencakup partisipasi aktif masyarakat, program kesehatan masyarakat, perencanaan perkotaan, dan kerjasama antara instansi pemerintah dengan organisasi masyarakat.
Perlindungan Diri dari Panas Ekstrem dan Tindakan Kesehatan yang Disarankan oleh WHO
Yang paling utama adalah berupaya untuk menghindari sinar matahari, terutama pada jam-jam terpanas di siang hari, seperti yang disarankan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Lebih baik berada di tempat yang teduh, dan luangkan waktu sekitar 2 hingga 3 jam di tempat yang lebih sejuk.
Disarankan untuk menghindari melakukan kegiatan di luar ruangan pada saat cuaca paling panas di siang hari. Cobalah untuk menjaga rumah tetap sejuk pada malam hari jika memungkinkan. Tutuplah tirai atau gorden di pagi hari untuk menghindari pemanasan berlebihan di dalam rumah.
Pakar dan otoritas merekomendasikan untuk selalu minum air dan mencari tempat sejuk saat cuaca sangat panas, serta memanfaatkan ruangan ber-AC. Lebih baik memakai pakaian yang longgar dibandingkan yang ketat dan hindari minuman manis, beralkohol, atau berkafein, sesuai saran dari WHO.
"Menjaga tubuh terhidrasi sangatlah penting," ujar Davies. "Jangan memaksa diri, jika mungkin mandi dengan air dingin, dan tutup jendela saat cuaca sedang cerah. Lebih baik hindari memasak, dan pastikan untuk melindungi pipa dari panas berlebih. Jika memungkinkan, coba untuk mulai bekerja lebih awal atau bahkan mempertimbangkan lembur."
Jika Anda atau seseorang merasa tidak nyaman akibat cuaca panas, WHO menyarankan untuk segera pindah ke tempat yang lebih sejuk, memenuhi cairan tubuh, dan memeriksa suhu tubuh setidaknya selama setengah jam.
Jika suhu tubuh tetap tinggi, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter atau spesialis kesehatan.
Advertisement