Liputan6.com, Tel Aviv - Panglima militer Israel mengundurkan diri dan mengaku bertanggung jawab atas kegagalan dalam melindungi warga Israel pada 7 Oktober 2023, ketika serangan mematikan Hamas yang memicu perang di Jalur Gaza terjadi.
Dalam suratnya kepada menteri pertahanan, Letnan Jenderal Herzi Halevi mengungkapkan bahwa Angkatan Pertahanan Israel (IDF) gagal menjalankan misi melindungi rakyat Israel.
Baca Juga
"Tanggung jawab saya atas kegagalan ini terus menghantui saya, setiap hari, setiap jam, dan akan terus begitu sepanjang hidup saya," kata dia seperti dikutip dari BBC, Rabu (22/1/2025).
Advertisement
Halevi mengumumkan dia akan resmi mundur per 6 Maret. Pada saat yang sama, dia mengklaim IDF telah meraih "pencapaian signifikan" selama perang, meski "tidak semua" tujuan perang Israel tercapai.
"Militer akan terus berjuang untuk menghancurkan Hamas lebih lanjut, memastikan kembalinya para sandera, dan membantu warga Israel yang mengungsi kembali ke rumah mereka," tambahnya.
Tidak lama setelah Halevi, Kepala Komando Selatan IDF Mayor Jenderal Yaron Finkelman, juga mengumumkan pengunduran dirinya, mengaku gagal melindungi Negev Barat dan warganya.
Keduanya mengundurkan diri tiga hari setelah dimulainya gencatan senjata di Jalur Gaza dan pertukaran sandera antara Israel dan Hamas.
Pejabat militer dan intelijen Israel gagal merespons peringatan yang ada sebelum ratusan anggota Hamas menembus pagar dan menyerang komunitas Israel, basis IDF, dan festival musik pada 7 Oktober 2023. Serangan itu diklaim Israel menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyebabkan 251 lainnya disandera.
Sebagai respons, IDF melancarkan serangan udara dan darat di Jalur Gaza pada hari yang sama, yang menurut otoritas kesehatan setempat menyebabkan lebih dari 47.100 warga Palestina tewas hingga hari ini.
Halevi menyatakan bahwa militer Hamas telah "terluka parah," dengan sebagian besar pemimpin dan komandan mereka tewas. Selain itu, hampir 20.000 anggotanya terbunuh dalam operasi militer.
Dia berjanji penyidikan IDF terhadap kejadian 7 Oktober 2023 akan dilakukan secara "menyeluruh, berkualitas tinggi, dan transparan". Namun, dia memperingatkan bahwa penyidikan militer "hanya berfokus pada IDF dan tidak mencakup faktor-faktor lebih luas yang dapat mencegah kejadian serupa di masa depan."
"Komisi penyidikan atau badan eksternal akan diberi akses penuh dan transparansi dari IDF," ujarnya.
Desakan agar Netanyahu Mundur
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengucapkan terima kasih kepada Halevi atas pengabdiannya selama ini dan mengatakan bahwa kepemimpinan Halevi di IDF menghasilkan "pencapaian besar" untuk Israel.
Netanyahu hanya menyatakan penyesalan atas kejadian 7 Oktober dan menyebutkan dia akan menjawab "pertanyaan-pertanyaan sulit" terkait perannya, namun belum mengakui tanggung jawabnya. Dia juga menyarankan agar penyelidikan independen ditunda hingga perang di Jalur Gaza selesai.
Pemimpin oposisi Yair Lapid memuji keputusan Halevi dan mendesak Netanyahu untuk mundur bersama pemerintahannya yang dia anggap gagal.
Saat ini, Halevi memimpin implementasi kesepakatan gencatan senjata tiga tahap dengan Hamas, yang mencakup pembebasan sandera Israel yang tersisa untuk ditukar dengan tahanan Palestina di penjara Israel.
Pada tahap pertama, 33 sandera akan dibebaskan dalam enam minggu. Hamas telah menyerahkan tiga sandera perempuan pada Minggu (19/1) saat gencatan senjata dimulai dan berjanji akan membebaskan empat perempuan lagi pada Sabtu (25/1).
Selain itu, pasukan Israel akan mundur dari daerah padat penduduk di Jalur Gaza, warga Palestina yang mengungsi dapat kembali ke rumah mereka, dan ratusan truk bantuan akan memasuki Jalur Gaza setiap hari.
Negosiasi untuk fase kedua, yang melibatkan pembebasan sandera lainnya, penarikan penuh pasukan Israel, dan pemulihan ketenangan, dijadwalkan dimulai dalam lebih dari dua minggu.
Fase ketiga akan fokus pada rekonstruksi Jalur Gaza yang diperkirakan akan memakan waktu bertahun-tahun, serta pengembalian jenazah sandera.
Namun, ada kekhawatiran besar di Jalur Gaza dan di kalangan keluarga sandera terkait apakah kesepakatan ini akan bertahan.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump sendiri menyatakan keraguannya terhadap pelaksanaan ketiga fase kesepakatan gencatan senjata.
Di lain sisi, Netanyahu mengklaim bahwa Israel telah mendapat dukungan dari AS untuk kembali bertempur jika negosiasi fase kedua dinilai tidak efektif.
Advertisement
