Kanada Tarik 41 Diplomatnya dari India Buntut Ketegangan Akibat Pembunuhan Tokoh Sikh Hardeep Singh Nijjar

Kanada memeringatkan bahwa tingkat staf yang lebih rendah akan menghambat penerbitan visa dan izin bagi warga India, mengingat mereka adalah pemilik status penduduk tetap, pekerja asing sementara, dan pelajar internasional terbanyak di Kanada.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 20 Okt 2023, 15:25 WIB
Diterbitkan 20 Okt 2023, 15:25 WIB
Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau dan Perdana Menteri India Narendra Modi di sela-sela KTT G20 di New Delhi, India. (Twitter/@narendramodi)
Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau dan Perdana Menteri India Narendra Modi di sela-sela KTT G20 di New Delhi, India. (Twitter/@narendramodi)

Liputan6.com, Ottawa - Kanada menarik 41 diplomatnya dari India setelah pemerintah India mengatakan akan mencabut kekebalan diplomatik mereka. Demikian diungkapkan Menteri Luar Negeri (Menlu) Kanada Melanie Joly pada Kamis (19/10/2023).

Kedua negara terlibat perselisihan terkait pembunuhan seorang tokoh Sikh warga negara Kanada yang dicap separatis.

Kanada menuduh India terlibat pembunuhan Hardeep Singh Nijjar pada Juni di pinggiran Kota Vancouver, sementara India mengatakan bahwa Kanada menampung kelompok separatis dan teroris. Negeri Hindustan membantah terlibat dalam pembunuhan dan menyebut tuduhan itu tidak masuk akal.

"Empat puluh satu diplomat Kanada dan 42 tanggungan mereka berada dalam bahaya pencabutan imunitas pada tenggat waktu yang sewenang-wenang dan hal itu membahayakan keselamatan pribadi mereka," tutur Joly, seperti dilansir AP, Jumat (20/10/2023).

"Diplomat kami dan keluarga mereka kini telah pergi."

Namun, kata Joly, pengecualian diberikan kepada 21 diplomat Kanada yang akan tetap berada di India.

Perdana Menteri (PM) Kanada Justin Trudeau bulan lalu mengatakan bahwa ada tuduhan yang dapat dipercaya mengenai keterlibatan India dalam pembunuhan Nijjar.

Selama bertahun-tahun, India mengatakan bahwa Nijjar memiliki kaitan dengan terorisme. Namun, tuduhan tersebut dibantah oleh Nijjar.

Langkah Diplomatik India dan Kanada

Perdana Menteri Narendra Modi mengatakan dia tidak akan mentolerir separatisme, sementara Justin Trudeau berusaha keras untuk menghilangkan persepsi di India bahwa Kanada miliknya adalah tempat yang aman bagi ekstremis Sikh. (Foto: AFP / Money Sharma)
PM Narendra Modi mengatakan dia tidak akan menoleransi separatisme, sementara PM Justin Trudeau berusaha keras menghilangkan persepsi di India bahwa Kanada adalah tempat yang aman bagi ekstremis Sikh. (Foto: AFP / Money Sharma)

Merespons kasus ini, India mengambil sejumlah langkah diplomatik. Sebelumya, India telah membatalkan visa bagi warga Kanada, tindakan yang tidak dibalas oleh Kanada.

Namun, ketika Kanada mengusir seorang diplomat senior India, langkah serupa diambil oleh New Delhi.

PM Trudeau dinilai berusaha menenangkan perselisihan diplomatik dengan menggarisbawahi bahwa Kanada tidak ingin memprovokasi atau meningkatkan ketegangan.

Seorang pejabat Kanada menuturkan bahwa keterlibatan India dalam pembunuhan tersebut sebagian didasarkan pada pengawasan terhadap diplomat India di Kanada, termasuk informasi intelijen yang diberikan oleh sekutu.

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken telah bertemu dengan menteri luar negeri India di tengah pertikaian yang memanas. Seorang pejabat AS mengatakan topik ini pun diangkat dalam pertemuan tersebut.

Para pejabat AS mengakui bahwa tuduhan Kanada terhadap India dapat berdampak pada hubungan AS-India mengingat AS merupakan salah satu sekutu Kanada yang tergabung dalam aliansi intelijen Five Eyes. Meski demikian, Washington berhati-hati untuk tidak menyalahkan India.

Penerbitan Visa dan Izin terdampak Kebijakan India

Ilustrasi visa
Ilustri visa. (dok.unsplash/ Jaimie Harmsen)

Nijjar, seorang tukang ledeng, juga merupakan pemimpin sisa-sisa gerakan kuat untuk menciptakan tanah air Sikh yang merdeka, yang dikenal sebagai Khalistan. Pemberontakan berdarah Sikh yang telah berlangsung selama satu dekade mengguncang India utara pada tahun 1970-an dan 1980-an, hingga akhirnya berhasil ditumpas melalui tindakan keras pemerintah yang menewaskan ribuan orang, termasuk para pemimpin terkemuka Sikh.

Gerakan Khalistan telah kehilangan sebagian besar kekuatan politiknya, namun masih memiliki pendukung di Negara Bagian Punjab, India, serta diaspora Sikh di luar negeri yang cukup besar. Meskipun pemberontakan aktif telah berakhir beberapa tahun yang lalu, pemerintah India telah berulang kali memperingatkan bahwa separatis Sikh sedang berusaha untuk bangkit kembali.

Menteri Imigrasi Kanada Marc Miller mencatat bahwa pada tahun 2022, warga India adalah pemilik status penduduk tetap, pekerja asing sementara, dan pelajar internasional terbanyak di Kanada. Miller menerangkan bahwa sebagai akibat dari keputusan India mencabut kekebalan, departemen imigrasi Kanada akan mengurangi jumlah karyawan Kanada di India secara signifikan.

Tingkat staf yang lebih rendah, tegas Miller, akan menghambat penerbitan visa dan izin.

Pejabat senior Kanada mengatakan India tegas mengenai jumlah dan pangkat diplomat Kanada yang akan dicabut kekebalan diplomatiknya. India juga mengindikasikan akan membatalkan berbagai izin, seperti izin pasangan untuk bekerja di India dan izin penggunaan pelat diplomatik pada mobil.

Nelson Wiseman, ilmuwan politik di Universitas Toronto, menilai bahwa tidak ada gunanya Kanada membalas tindakan terbaru India.

"Pengusiran diplomat Kanada menunjukkan betapa tipisnya kulit orang India; hal ini menunjukkan pula bahwa mereka mengetahui mereka terlibat dalam pembunuhan seorang warga Kanada di Kanada," ujar Wiseman. "Mereka mencoba mengalihkan perhatian dari kurangnya kerja sama dengan Kanada dalam penyelidikan pembunuhan tersebut."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya