Menlu Retno Dorong 3 Upaya Pemberdayaan Perempuan dalam Konflik di DK PBB

Menlu Retno mengatakan, realita bahwa perempuan selalu menjadi korban pertama dalam setiap konflik,

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 26 Okt 2023, 13:04 WIB
Diterbitkan 26 Okt 2023, 13:04 WIB
Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi dalam Debat Terbuka Tingkat Tinggi DK PBB di New York, Amerika Serikat, Selasa (24/10/2023) (X/@Menlu_RI)
Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi dalam Debat Terbuka Tingkat Tinggi DK PBB di New York, Amerika Serikat, Selasa (24/10/2023) (X/@Menlu_RI)

Liputan6.com, New York - Menteri Luar Negeri Republik Indonesia (Menlu RI) Retno Marsudi menekankan pentingnya peran perempuan sebagai agen perdamaian, menyebutnya sebagai bagian tak terpisahkan dari solusi untuk menciptakan perdamaian. 

"Perempuan mencakup separuh populasi dunia. Karena itu, perempuan adalah bagian tak terpisahkan dari solusi dan agen perdamaian yang efektif," kata Menlu Retno dalam debat terbuka Dewan Keamanan PBB di New York, Amerika Serikat, Rabu (25/10/2023). 

Menlu Retno turut mengatakan, realita bahwa perempuan selalu menjadi korban pertama dalam setiap konflik, merujuk pada fakta bahwa lebih dari 60 persen korban kekerasan di Gaza adalah wanita dan anak-anak. 

"Ini menunjukkan realitas dunia saat ini di mana perempuan selalu menjadi korban dalam setiap konflik kekerasan," lanjutnya. 

Untuk itu, menlu perempuan pertama Indonesia itu mendorong tiga hal dalam upaya pemberdayaan perempuan.

"Pertama, membangkitkan kembali pemahaman mendasar mengenai partisipasi perempuan. Memberdayakan dan merangkul perempuan tidak boleh dilihat sebagai beban, tetapi harus dilihat sebagai investasi, yang harus menjadi standar global," tuturnya. 

Menurutnya, pemberdayaan perempuan di sektor ekonomi, sosial dan politik akan memperkuat ketahanan masyarakat dan berkontribusi bagi perdamaian. 

"Ini saya saksikan sendiri, termasuk melalui kontribusi positif personel perempuan dalam misi perdamaian di lapangan," tambah Menlu Retno.

Kedua, mendorong kepemimpinan perempuan dalam proses perdamaian. 

Hal ini didasari pada data yang menunjukkan partisipasi perempuan membesar peluan tercapainya perundingan damai, namun faktanya perempuan justru kurang terwakili dan tidak dibekali kemampuan menjalankan peran dalam situasi konflik.

"Oleh karena itu, kita harus berinvestasi lebih besar, termasuk di sistem PBB, guna memastikan lingkungan yang aman dan kondusif bagi perempuan agar mereka sukses berperan dalam proses perdamaian global," papar Menlu Retno.

Ketiga, memajukan pendidikan bagi perempuan.

"Lebih dari 80 persen perempuan usia sekolah di Afghanistan tidak bersekolah. Ini sangat mengkhawatirkan. Pendidikan inklusif menjadi fondasi penting untuk masa depan Afghanistan yang lebih baik," kata Menlu Retno. 

Ia pun menyampaikan sejumlah upaya Indonesia dalam memajukan akses pendidikan bagi perempuan Afghanistan, termasuk memberikan beasiswa dan pelatihan serta berkontribusi membangun lingkungan yang kondusif bagi perdamaian abadi di Afghanistan.

"Perdamaian dan keamanan global hanya bisa diwujudkan dengan peran perempuan. Indonesia akan terus berada di garis depan dalam upaya ini demi dunia yang lebih baik bagi kita semua, termasuk perempuan," pungkas Retno.

Menlu Retno Aktif Suarakan Pemberdayaan Perempuan Afghanistan

Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi dalam pembukaan Kongres Indonesianis ke-5 secara daring pada Kamis (19/10/2023). (Tangkapan Layar Zoom)
Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi dalam pembukaan Kongres Indonesianis ke-5 secara daring pada Kamis (19/10/2023). (Tangkapan Layar Zoom)

Sebelumnya, Menlu Retno juga aktif dalam menyuarakan pemberdayaan perempuan Afghanistan di forum lainnya. 

Dalam Joint Press Statement International Conference on Afghan Women’s Education (ICAWE), Menlu Retno Marsudi menegaskan pentingnya hak pendidikan perempuan di Afghanistan.

Dalam pertemuan tersebut, Menlu Retno menegaskan kembali dukungan kepada seluruh rakyat Afghanistan tanpa kecuali. Adapun, ia juga menyampaikan sejumlah agenda seperti menegaskan kembali dukungan kami terhadap hak-hak perempuan, khususnya pendidikan bagi perempuan dan mengidentifikasi kesenjangan dan mengumpulkan sumber daya untuk mendukung pendidikan perempuan di Afghanistan. 

 Dalam keterangannya, menurut UN Women, lebih dari 11 juta perempuan dan anak perempuan Afghanistan sangat membutuhkan bantuan kemanusiaan. 

Sementara data dari UNDP menyebutkan bahwa pembatasan terhadap perempuan dapat merugikan ekonomi Afghanistan sebesar USD 1 miliar atau 5% dari PDB-nya.

Sementara Indeks Kesenjangan Gender Forum Ekonomi Dunia 2021 menempatkan Afghanistan di urutan terakhir dari 156 negara.​

"Dengan situasi ini, kita tidak bisa memilih untuk tetap diam, kita harus melakukan sesuatu.," tegas Menlu. 

Fokus Agenda

Menlu Retno Marsudi dalam pidatonya di depan Majelis Umum PBB pada Sabtu 23 September 2023 di New York, Amerika Serikat. (Dok Kemlu RI)
Menlu Retno Marsudi dalam pidatonya di depan Majelis Umum PBB pada Sabtu 23 September 2023 di New York, Amerika Serikat. (Dok Kemlu RI)

Menlu Retno juga menekankan sejumlah hal yang perlu menjadi fokus. 

Nomor satu adalah menciptakan kondisi yang kondusif bagi partisipasi perempuan dalam masyarakat.​

"​Salah satu upaya yang dilakukan bersama oleh Indonesia dan Qatar adalah Pertemuan Trilateral Ulama dengan Ulama Afghanistan di Doha pada Juni tahun ini," ujar Menlu Retno.

Kedua, menjamin pendidikan untuk semua.

"Penting bagi kami untuk menjadi inovatif dan menggunakan semua alat yang tersedia termasuk pendidikan komunitas dan pembelajaran jarak jauh," sambung Menlu. 

Ketiga, memobilisasi dukungan internasional.

Dukungan Indonesia untuk Afghanistan

Demo Perempuan Afghanistan Protes Hak Bersekolah
Aksi sekelompok wanita saat berunjuk rasa di Herat, Afghanistan, Kamis (2/9/2021). Para pengunjuk rasa mendesak Taliban menghormati hak-hak kaum perempuan, termasuk menempuh pendidikan. (AFP Photo)

Indonesia telah berkomitmen jutaan dolar untuk mendukung perempuan Afghanistan.​

"Dan dalam pertemuan tersebut saya juga mendengarkan ikrar, komitmen dari komunitas bisnis Indonesia maupun dari universitas dan juga LSM," kata Menlu.

"Terbukti bahwa dalam hal pendidikan, kita semua bersatu, kita semua bersama. Dan terutama dalam hal mendukung pendidikan perempuan, kita semua setuju dan mendukung upaya tersebut.​," ujarnya menambahkan. 

Infografis 1 dari 4 Perempuan Mengalami Kekerasan Fisik atau Seksual. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis 1 dari 4 Perempuan Mengalami Kekerasan Fisik atau Seksual. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya