Liputan6.com, Korczowa-Krakowiec - Lebih dari 20.000 truk dari Polandia dan Ukraina diblokir di tiga perlintasan perbatasan utama, ketika pengemudi Polandia yang mogok memprotes kesepakatan Uni Eropa (UE) yang mengizinkan truk Ukraina memiliki akses tak terbatas ke blok tersebut.
Pada Senin 6 November 2023, operator Polandia mulai memblokir pergerakan truk di sepanjang tiga titik penyeberangan perbatasan terbesar antara kedua negara: Korczowa-Krakowiec, Hrebenne-Rava-Ruska dan Dorohusk-Yahodyn, media pemerintah Ukraina Ukrinform melaporkan.
Baca Juga
"Saat ini lebih dari 20.000 kendaraan diblokir di kedua sisi. Perekonomian tidak hanya Ukraina atau Polandia yang menderita kerugian, tetapi juga negara-negara lain yang tidak dapat mengangkut barang,” kata Kementerian Pemulihan Ukraina dalam sebuah pernyataan pada Kamis 9 November seperti dikutip dari CNN, Minggu (11/11/2023).
Advertisement
Pengemudi truk dari Ukraina dikecualikan dari pengajuan izin melintasi perbatasan Polandia sejak Rusia melancarkan invasi besar-besaran ke Ukraina pada Februari 2022, menurut laporan Reuters. Sementara itu, pengemudi Polandia mengklaim bahwa entitas Rusia dan Belarusia telah menyiapkan kendaraan Polandia.
Aksi yang menjegal truk ini terjadi setelah perselisihan antara negara-negara tetangga pada awal tahun 2023 ini, mengenai harga gandum Ukraina yang murah, yang biasanya dikirim dari pelabuhan Laut Hitam yang sekarang diduduki negara itu, namun malah dialirkan ke Eropa melalui Polandia.
Masuknya produk ini melemahkan petani Polandia, sehingga larangan sementara di Uni Eropa kini sudah tidak berlaku lagi. Polandia tidak mengizinkan gandum Ukraina dijual di pasar domestiknya.
Pentingnya Dukungan Polanda kepada Ukraina
Dukungan Polandia sangat penting bagi upaya perang Ukraina; sejak Februari 2022, beberapa juta pengungsi meninggalkan Ukraina dan menuju Polandia, dan peralatan militer NATO senilai miliaran dolar telah didatangkan melalui wilayah Polandia.
Namun kelelahan mulai terjadi di Polandia dan simpati berkurang – seperti yang terlihat selama kampanye pemilu baru-baru ini, di mana partai-partai sayap kanan berusaha memanfaatkan sentimen anti-Ukraina.
Asosiasi Transportasi Internasional Ukraina mengatakan bahwa warga Polandia "tidak puas dengan tingginya persaingan yang berkembang setelah liberalisasi transportasi internasional antara Ukraina dan negara-negara UE." Oleh karena itu, salah satu tuntutannya adalah pembatalan transportasi bebas visa, lapor Ukrinform.
Serhii Derkach, wakil menteri di Kementerian Infrastruktur Ukraina, mengatakan kepada Ukrinform bahwa permintaan ini “tidak mungkin dipenuhi.”
“Tidak mungkin membatalkan perjanjian liberalisasi transportasi, karena ini adalah masalah perjanjian bilateral antara UE dan Ukraina. Dan Polandia tidak bisa melakukan apa pun secara sepihak," bunyi laoran tesebut.
Advertisement
Duta Besar Ukraina untuk Polandia: Aksi Demo itu Seperti Pisau di Belakang Ukraina
Pada Senin 6 November, Duta Besar Ukraina untuk Polandia Vasyl Zvarych menyebut protes tersebut sebagai "pisau di belakang" Ukraina, yang jalur transportasinya, termasuk wilayah udara dan pelabuhan, sangat terbatas sejak invasi dimulai.
Menurut media nasional Ukraina Suspilne, penyelenggara protes mengatakan mereka berencana membiarkan satu truk per jam melewati perbatasan.
Para pengunjuk rasa tidak berencana menghalangi pergerakan truk yang mengangkut bantuan kemanusiaan ke Ukraina, lapor Suspilne, seraya menambahkan bahwa para pengunjuk rasa juga mengatakan mereka memiliki izin untuk mengadakan aksi hingga 3 Januari.
Dubes Yordania: 600 Anak Ukraina Tewas dalam 20 Bulan, 3.700 Anak Gaza Tewas Kurang dalam Sebulan
Sementara itu, Duta Besar Kerajaan Yordania di PBB mengungkap fakta memilukan yang terjadi di Gaza akibat perang Israel vs. Hamas. Baru sebulan, jumlah anak tewas di Gaza sudah melampaui anak yang tewas di Ukraina.
Dengan suara lantang, Dubes Mahmoud Hmoud membacakan data kematian rakyat Palestina akibat perang yang terjadi, meski ia berkata tidak ada niat untuk adu nasib.
"Saya benci untuk membuat perbandingan dalam hal ini. Semua nyawa manusia itu penting. Rakyat Israel, Palestina, Ukraina," ujar Dubes Yordania Mahoud Hmoud seperti dilansir Middle East Monitor, Rabu (8/11/2023).
"Berapa banyak anak-anak terbunuh di perang Ukraina selama 20 bulan? 600. Berapa banyak anak-anak Palestina yang terbunuh kurang dari empat pekan? 3.700. Apa ini bisa diterima?" kata Dubes Yornida.
Ia pun dengan menyesal kembali melakukan perbandingan rakyat sipil Ukrainya yang tewas selama invasi Rusia. Jumlahnya ada 9.600 orang rakyat sipil Ukraina yang tewas.
"9.300 rakyat Palestina tewas dalam 20 hari. Rakyat sipil. Ini keterlaluan! Dan ini harus berhenti," tegas Dubes Yordania.
Yordania merupakan salah satu negara yang sangat dekat dengan Palestina secara politik. Ratu Yordania Rania juga lantang berbicara di media-media Barat untuk menolak aksi Israel di Gaza.
Advertisement