Penerima Chevening Angkatan 2023 Mengheningkan Cipta untuk Alumni yang Tewas di Gaza

Hari orientasi Chevening angkatan 2023 turut mengingat korban perang di Gaza.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 12 Nov 2023, 18:00 WIB
Diterbitkan 12 Nov 2023, 18:00 WIB
Chevening Orientation Day 2023 memberikan penghormatan kepada Dr Maisara Al Rayyes, alumni Chevening yang tewas di Gaza.
Chevening Orientation Day 2023 memberikan penghormatan kepada Dr Maisara Al Rayyes, alumni Chevening yang tewas di Gaza. Tampak di belakang bangku depan, ada sejumlah scholars yang membawa bendera Palestina. Dok: Tommy Kurnia/Liputan6.com

Liputan6.com, London - Sejumlah penerima beasiswa internasional Chevening (Chevening Scholars) angkat suara terkait perang di Gaza. Salah satu korban jiwa dari perang tersebut adalah dokter alumni Chevening, yakni Dr Maisara Al Rayyes. 

Pada acara Chevening Orientation Day 2023 yang digelar Sabtu (11/11) di London, sejumlah scholars bersuara lantang menuntut "ceasefire now" di Jalur Gaza. Mereka juga membawa bendera Palestina ke venue.

Dalam rangka mengenang dan menghormati Dr Maisara Al Rayyes, pihak Chevening lantas meminta semua Scholars angkatan 2023 untuk berdiri dan mengheningkan cipta.

Sejak perang dimulai, pemerintah United Kingdom telah mengirimkan bantuan kemanusiaan sejumlah 30 juta poundsterling atau Rp 575 miliar kepada Palestina. Dana fantastis itu digunakan untuk pangan, layanan kesehatan, dan penampungan bagi rakyat sipil di Gaza.

Dr Maisara Al Rayyes adalah Chevening Scholar dari King's College London. Ia mengambil jurusan MSc in Women and Children’s Health. Dokter muda itu dilaporkan tewas bersama keluarganya di Gaza.

Pada 8 November lalu, pihak King's College London telah resmi memberikan statement dukacita terkait kematian sang dokter di Gaza. Rencananya, King's juga akan menggelar memorial untuk Maisara Al Rayyes.

"Dr Al Rayyes bergabung ke King's pada 2019 ketika ia diberikan penghargaan Chevening Scholarship yang sangat prestisius, dan mengambil MSc di jurusan Kesehatan Perempuan dan Anak, yang ia selesaikan di tahun setelahnya. Selama waktunya di King's, pekerjaannya dirilis di sejumlah jurnal berprofil tinggi, termasuk Journal of Prehospital and Disaster Medicine, dan ia dihormati dan dikenal di antara kolega-koleganya atas dedikasinya dalam meningkatkan perawatan kesehatan perempuan dan anak di daerah-daerah berpendapatan rendah dan terdampak perang," tulis pihak King's College London.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Kondisi Gaza Palestina Jadi Sorotan Pertemuan Liga Arab dan OKI di Arab Saudi

Warga Palestina di Jalur Gaza Cuci Pakaian Pakai Air Laut
Jumlah ini jauh di bawah rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yaitu 50 liter sebagai kebutuhan minimum wajib untuk memenuhi kebutuhan dasar, termasuk minum, memasak, dan kebersihan. (MAHMUD HAMS / AFP)

Sebelumnya dilaporkan, para pemimpin Arab dan presiden Iran berada di ibu kota Saudi pada Sabtu 11 November 2023 untuk menghadiri summit meeting atau pertemuan puncak, yang diperkirakan akan menggarisbawahi tuntutan agar perang Hamas-Israel yang berdampak di Gaza diakhiri sebelum kekerasan terjadi di negara lain.

Pertemuan darurat Liga Arab dan Organisation of Islamic Cooperation (OIC) atau Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) terjadi setelah serangan berdarah militan Hamas pada 7 Oktober, yang menurut para pejabat Israel menyebabkan sekitar 1.200 orang tewas dan 239 orang disandera.

Serangan udara dan darat Israel selanjutnya telah menewaskan lebih dari 11.000 orang, sebagian besar warga sipil dan banyak dari mereka anak-anak, menurut kementerian kesehatan yang dikelola Hamas.

Kelompok-kelompok bantuan telah ikut menyerukan gencatan senjata, memperingatkan akan adanya "bencana" kemanusiaan di Gaza, di mana pasokan makanan, air dan obat-obatan terbatas.

Liga Arab dan OKI pada awalnya dimaksudkan untuk bertemu secara terpisah, namun Kementerian Luar Negeri Arab Saudi mengumumkan pada Sabtu pagi bahwa kedua pertemuan puncak tersebut akan digabungkan.

Langkah ini menggarisbawahi pentingnya mencapai "posisi kolektif terpadu yang mengekspresikan kehendak bersama Arab dan Islam mengenai perkembangan berbahaya dan belum pernah terjadi sebelumnya yang terjadi di Gaza dan wilayah Palestina", menurut laporan resmi Saudi Press Agency yang dikutip dari Channel News Asia, Sabtu (11/11/2023).

Liga Arab bertujuan untuk menunjukkan "bagaimana negara-negara Arab akan bergerak di kancah internasional untuk menghentikan agresi, mendukung Palestina dan rakyatnya, mengutuk pendudukan Israel, dan meminta pertanggungjawaban atas kejahatannya", asisten sekretaris jenderal blok tersebut, Hossam Zaki mengatakan pekan ini.


Bantuan Kemanusiaan Tahap Pertama dari Indonesia Bersama BAZNAS dan Mitra Telah Masuk ke Gaza Palestina

Bantuan kemanusiaan dari Indonesia untuk masyarakat di Gaza, Palestina, telah tiba di Mesir pada Senin (6/11/2023). (Dok: Kementerian Luar Negeri RI)
Bantuan kemanusiaan dari Indonesia untuk masyarakat di Gaza, Palestina, telah tiba di Mesir pada Senin (6/11/2023). (Dok: Kementerian Luar Negeri RI)

Bantuan kemanusiaan untuk warga Gaza yang terdampak perang Hamas vs Israel dari berbagai negara mulai berdatangan sejak gerbang Rafah, Mesir dibuka. Salah satunya adalah dari Tanah Air.

Bantuan dari Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) bersama Lembaga Amil Zakat (LAZ), mitra, dan masyarakat Indonesia dilaporkan telah memasuki wilayah Gaza, Palestina. Perwakilan ERC (Egyptian Red Crescent) dr. Marwan dalam rapat bersama BAZNAS dan KBRI Kairo, pada Kamis malam 9 November 2023 mengungkapkan, sebanyak 600 truk bantuan kemanusiaan telah berhasil masuk ke Gaza melalui gerbang Rafah, Mesir -- termasuk bantuan dari BAZNAS. 

"Gudang-gudang bantuan di Mesir saat ini sudah tidak penuh oleh barang karena penyaluran ke Gaza sudah lancar," ujar Marwan seperti dikutip dari situs Baznas.go.id, Sabtu (11/11).

Sementara itu, Ketua BAZNAS RI, Prof. Dr. KH. Noor Achmad MA mengatakan, BAZNAS menerima informasi dari KBRI Kairo bahwa Duta Besar Indonesia untuk Mesir Dr. (HC) Lutfi Rauf, MA juga menyaksikan bantuan dari BAZNAS telah masuk ke Gaza.

"Alhamdulillah bantuan tahap pertama yang kami kirim ini lancar, dan tidak mendapat hambatan-hambatan. Semoga pengiriman bantuan untuk selanjutnya pun dapat berjalan dengan lancar," ujar Kiai Noor. 

Kiai Noor menyampaikan, pihaknya terus melakukan koordinasi dengan Kementerian Luar Negeri RI, KBRI Kairo dan ERC untuk memastikan serta memantau pengiriman bantuan kemanusiaan ini berjalan dengan baik. 

Tidak hanya itu, Kiai Noor juga memastikan, donasi kemanusiaan masyarakat yang dititipkan ke BAZNAS 100 persen disalurkan untuk membantu masyarakat Palestina.

"Kami berharap bantuan kemanusiaan yang telah memasuki Gaza ini dapat segera didistribusikan kepada masyarakat Palestina, dan mudah-mudahan dapat meringankan beban penderitaan saudara-saudara kita di sana," ucapnya. 


Rumah Sakit di Gaza Kesulitan Berfungsi

Anak-Anak Palestina
Warga Palestina yang terluka tiba di Rumah Sakit al-Shifa dengan menaiki truk menyusul serangan udara Israel di Kota Gaza, Jalur Gaza, Kamis (19/10/2023). (AP Photo/Abed Khaled)

Di tengah pemadaman listrik yang sering terjadi, para dokter di Al Awda Hospital, Gaza utara terpaksa menggunakan senter kepala (head lamps) untuk melakukan operasi pasien. Padahal, korban warga Palestina yang terkena serangan Israel terus berdatangan.

Kondisi dokter di Gaza di atas diunggah di akun Instagram @middleeasteye pada 9 November 2023. 

Sistem perawatan kesehatan Gaza menghadapi tantangan yang mengerikan dengan fasilitas yang kewalahan, dan persediaan medis yang terbatas karena rumah sakit dan fasilitas perawatan kesehatan semakin menjadi target serangan udara Israel, demikian keterangan pada unggahan video tersebut.Dr Ahmad Mhanna, seorang dokter di Al Awda Hospital membeberkan, para dokter di rumah sakit menggunakan senter kepala dan melakukan operasi di tengah pemadaman listrik rumah sakit berhenti bekerja.

"Karena kami kekurangan pasokan bahan bakar dan sekarang kami mencoba untuk merawat pasien kami menggunakan solusi pengganti seperti memasang lampu di dinding yang bekerja dalam jangka waktu tertentu," tutur Ahmad.

"Setelah itu, kami mengisi daya lampu tersebut dengan menggunakan aki mobil."

Bagi Ahmad, situasi merawat para pasien yang luka parah di tengah tak ada pasokan listrik mencukupi sangat menyedihkan dan tragis.

"Situasinya menyedihkan dan tragis karena semua bagian rumah sakit tidak beroperasi, hanya bangsal bersalin yang bekerja dengan menggunakan senter ponsel," terangnya.

Infografis Tragedi Kemanusiaan 3.000 Lebih Anak Meninggal di Gaza. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Tragedi Kemanusiaan 3.000 Lebih Anak Meninggal di Gaza. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya