Liputan6.com, Gaza - Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (UNOCHA) di wilayah pendudukan Palestina menyebutkan bahwa tiga perawat di Rumah Sakit al-Shifa tewas.
"Pengeboman dan bentrokan bersenjata di sekitar Rumah Sakit al-Shifa di Kota Gaza meningkat sejak sore pada 11 November. Infrastruktur penting, termasuk tempat pengisian ulang oksigen, tangki air dan sumur, fasilitas kardiovaskular, serta bangsal bersalin rusak, sementara tiga perawat tewas," sebut UNOCHA dalam laporan hariannya pada Minggu (12/11/2023) malam, seperti dilansir The Guardian, Senin (13/11).
Baca Juga
Al-Shifa merupakan rumah sakit terbesar di Gaza.
Advertisement
Sementara itu, Badan PBB untuk Urusan Pengungsi Palestina (UNRWA) disebutkan menampung 618.000 orang di 97 fasilitas di Gaza selatan. Tiga di antaranya dibuka baru-baru ini di Rafah.
PBB mengatakan bahwa 1,5 juta orang di Gaza menjadi pengungsi internal.
Dalam laporan terpisah, Sekretaris Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (Sekjen WHO) Tedros Ghebreyesus menyatakan bahwa al-Shifa sudah tidak berfungsi sebagai rumah sakit.
"@WHO telah berhasil menghubungi profesional kesehatan di Rumah Sakit al-Shifa di #Gaza. Situasinya mengerikan dan berbahaya. Sudah 3 hari tanpa listrik, tanpa air dan internet yang sangat buruk sangat memengaruhi kemampuan kami untuk memberikan layanan penting.
Tembakan dan pengeboman yang terus-menerus di area tersebut telah memperburuk keadaan yang sudah kritis. Tragisnya, jumlah kematian pasien meningkat signifikan. Sayangnya, rumah sakit tersebut sudah tidak berfungsi sebagai rumah sakit lagi. Dunia tidak bisa tinggal diam ketika rumah sakit, yang seharusnya menjadi tempat berlindung yang aman, berubah menjadi tempat kematian, kehancuran, dan keputusasaan. Gencatan senjata. SEKARANG," tulis Sekjen WHO Ghebreyesus.
.@WHO has managed to get in touch with health professionals at the Al-Shifa hospital in #Gaza. The situation is dire and perilous. It's been 3 days without electricity, without water and with very poor internet which has severely impacted our ability to provide essential…
— Tedros Adhanom Ghebreyesus (@DrTedros) November 12, 2023
Jumlah Korban Tewas di Gaza Belum Update
Direktur Jenderal Rumah Sakit di Gaza Muhammed Zaqout menuturkan pada Minggu bahwa otoritas kesehatan Gaza tidak dapat memperbarui jumlah korban tewas sejak Jumat 10 November karena petugas medis tidak mampu menjangkau daerah yang terkena pengeboman Israel.
UNOCHA mengonfirmasi hal ini pada Minggu, dengan menulis, "Pada 12 November, untuk hari kedua berturut-turut, setelah terputusnya layanan dan komunikasi di rumah sakit di wilayah utara, otoritas kesehatan di Gaza tidak memperbarui angka korban jiwa."
Update terakhir menyebutkan total 11.078 warga Palestina di Gaza tewas akibat serangan bertubi-tubi Israel, di mana 4.506 di antaranya adalah anak-anak dan 3.027 adalah perempuan.
"Sekitar 2.700 lainnya, termasuk sekitar 1.500 anak-anak, dilaporkan hilang ... Sebanyak 27.490 warga Palestina lainnya dilaporkan terluka," sebut PBB.
Advertisement
Rumah Sakit Kamal Adwan Juga Berhenti Beroperasi
Di Gaza Utara, kepala Rumah Sakit Kamal Adwan mengakui kepada Al Jazeera bahwa pihaknya telah kehabisan bahan bakar.
"Ahmed al-Kahlout, kepala Rumah Sakit Kamal Adwan di Gaza utara, mengatakan dalam sebuah wawancara dengan Al Jazeera bahwa generator utama di fasilitas tersebut telah kehabisan bahan bakar, memaksa rumah sakit tersebut menutup operasinya," sebut Al Jazeera.
Mengutip al-Kahlout, lebih dari 5.000 orang berlindung di Rumah Sakit Kamal Adwan selain pasien.
Kamal Adwan adalah rumah sakit terbaru yang berhenti berfungsi, setelah WHO mengatakan Rumah Sakit al-Shifa kehabisan bahan bakar dan Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina mengumumkan bahwa Rumah Sakit al-Quds tidak berfungsi dan tidak lagi beroperasi, juga karena kekurangan bahan bakar yang dibutuhkan untuk menggerakkan generator.