Israel Dikabarkan Tangkap Direktur RS Al-Shifa di Gaza dan Sejumlah Dokter

Seorang dokter di RS Al-Shifa di Kota Gaza mengatakan bahwa direktur fasilitas tersebut dan beberapa personel medis lainnya ditangkap oleh pasukan Israel pada Kamis 23 November 2023.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 23 Nov 2023, 17:01 WIB
Diterbitkan 23 Nov 2023, 17:01 WIB
Pasukan Israel di area RS Al-Shifa di Gaza pada Rabu 15 November 2023. (Israel Defense Forces Via AP)
Pasukan Israel di area RS Al-Shifa di Gaza pada Rabu 15 November 2023. (Israel Defense Forces Via AP)

Liputan6.com, Jalur Gaza - Kabar terkini dari RS Al-Shifa mengenai direktur rumah sakit terbesar di Gaza ditangkap oleh pasukan Israel.

Seorang dokter di RS Al-Shifa di Kota Gaza mengatakan bahwa direktur fasilitas tersebut dan beberapa personel medis lainnya ditangkap oleh pasukan Israel pada Kamis 23 November 2023. 

"Dokter Mohammad Abu Salmiya ditangkap bersama beberapa dokter senior lainnya," kata Khalid Abu Samra, kepala departemen di rumah sakit yang menjadi fokus utama operasi Israel melawan Hamas setelah serangan militan pada 7 Oktober, seperti dikutip dari Arab News, Kamis (23/11/2023).

Laporan News18 menyebut, Israel telah lama menuduh Hamas menggunakan kompleks Rumah Sakit Al-Shifa sebagai pusat komando dan kendali sebagai bagian dari strategi yang lebih luas untuk berupaya menyembunyikan pasukannya di antara penduduk sipil. Hamas dan pejabat rumah sakit membantah tuduhan tersebut, dan warga Palestina menuduh Israel menargetkan rumah sakit.

Hal ini terjadi sehari setelah para jurnalis dibawa dengan kendaraan militer Israel ke kompleks rumah sakit di Jalur Gaza utara melewati bangunan yang hancur atau dikosongkan selama perang Israel yang telah berlangsung hampir tujuh pekan.

Adapun sebelumnya dimulainya gencatan senjata jangka pendek antara Israel dan Hamas yang memungkinkan pembebasan beberapa sandera yang ditahan di Gaza, pembebasan warga Palestina yang ditahan oleh Israel dan lebih banyak bantuan kemanusiaan yang masuk ke Jalur Gaza telah ditunda hingga hari Jumat 24 November 2023, kata seorang pejabat Israel. Meski awalnya telah sepakat awalnya dijadwalkan dimulai Kamis 23 November pagi.

Ketentuan Pembebasan 50 Sandera di Gencatan Senjata

Rekaman drone diduga menunjukkan kompleks RS Al-Shifa di Gaza yang diserang pasukan Israel.(Israel Defense Forces)
Rekaman drone diduga menunjukkan kompleks RS Al-Shifa di Gaza yang diserang pasukan Israel.(Israel Defense Forces)

Berdasarkan ketentuan perjanjian, Hamas akan membebaskan 50 sandera, semuanya perempuan dan anak-anak, selama empat hari. Tiga tahanan Palestina yang ditahan oleh Israel akan dibebaskan untuk setiap sandera Israel yang dibebaskan oleh Hamas.

Presiden AS Joe Biden mengatakan tiga orang Amerika termasuk di antara mereka yang diperkirakan akan dibebaskan oleh Hamas. Salah satu sandera warga Amerika adalah seorang gadis berusia tiga tahun, satu-satunya anak Amerika yang ditahan oleh Hamas, namun belum jelas apakah dia akan menjadi bagian dari pembebasan awal.

Ada kemungkinan lebih banyak lagi yang bisa dilepaskan oleh kedua belah pihak.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan pada hari Selasa bahwa "pembebasan setiap 10 sandera tambahan akan mengakibatkan jeda satu hari tambahan."

 

Hamas Punya 240 Sandera

Jika fase pertama pembebasan sandera berjalan sesuai rencana, sekitar 20 sandera lagi akan dibebaskan oleh Hamas dan jeda pertempuran akan diperpanjang.

Israel mengatakan militan Hamas menyandera sekitar 240 sandera dalam serangan mereka pada 7 Oktober di Israel selatan, yang menewaskan 1.200 orang. Empat sandera telah dibebaskan sebelum kesepakatan pada Rabu 22 November diumumkan, dan seorang lainnya, seorang tentara Israel, diselamatkan oleh pasukan Pasukan Pertahanan Israel di Gaza. Israel juga mengatakan dua sandera ditemukan tewas di dekat Rumah Sakit Al-Shifa di Gaza pekan lalu.

Sebuah pusat operasi diperkirakan akan didirikan di Doha, Qatar, untuk memantau pemindahan sandera. Pemerintah Qatar, bersama dengan Mesir, berperan penting dalam membantu merencanakan dan menegosiasikan kesepakatan tersebut.

Komite Palang Merah Internasional yang netral diperkirakan akan menahan para sandera dari Hamas di Gaza dan menyerahkan mereka kepada Pasukan Pertahanan Israel.

 

Selama Jeda Pertempuran, Bantuan Akan Diizinkan Masuk

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. (Dok. AFP)

Sebuah sumber yang mengetahui pembicaraan tersebut mengatakan kepada CBS News bahwa sebagian besar tahanan Palestina yang dibebaskan akan tinggal di Tepi Barat yang diduduki Israel, meskipun beberapa di antaranya berasal dari Gaza.

Selama jeda pertempuran, bantuan akan diizinkan masuk ke Jalur Gaza, dengan 300 truk per hari membawa perbekalan, termasuk minyak goreng untuk toko roti dan bahan bakar untuk rumah sakit, kata sumber yang mengetahui pembicaraan tersebut kepada CBS News.

Sebelum pertemuan kabinet perang Israel pada hari Rabu untuk membahas kesepakatan penyanderaan, Netanyahu menekankan dalam sebuah pernyataan bahwa jeda tersebut tidak berarti mengakhiri perang.

"Ada banyak omong kosong di luar sana yang menyatakan bahwa setelah jeda pengembalian sandera, kita akan menghentikan perang. Lalu izinkan saya menjelaskannya: Kita sedang berperang – dan akan melanjutkan perang,” katanya. "Kami akan melanjutkan perang sampai kami mencapai semua tujuan perang kami: melenyapkan Hamas, mengembalikan semua sandera dan orang hilang, dan memastikan tidak ada elemen di Gaza yang mengancam Israel,” kata Netanyahu.​

INFOGRAFIS_Jalur Gaza terbagi atas lima kegubernura
INFOGRAFIS_Jalur Gaza terbagi atas lima kegubernura (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya