Puluhan Agen Intelijen Mossad Diringkus di Turki

Turki terus menangkapi para agen Mossad.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 03 Jan 2024, 10:00 WIB
Diterbitkan 03 Jan 2024, 10:00 WIB
PM Israel Benjamin Netanyahu. Dok: Abir Sultan/Pool Photo via AP
PM Israel Benjamin Netanyahu. Dok: Abir Sultan/Pool Photo via AP

Liputan6.com, Istanbul - Pemerintah Turki terus menangkapi orang-orang yang dituduh sebagai agen intelijen Israel: Mossad. Terkini, ada sembilan orang tambahan yang diringkus.

Para agen Mossad itu ditangkap atas tuduhan melakukan aksi mata-mata dan aksi penculikan di Turki. 

Berdasarkan laporan Hurriyet Daily News, Rabu (3/1/2024), totalnya sudah ada 33 orang yang dituduh sebagai agen Mossad yang beroperasi di Turki. Mereka tersebar di Istanbul dan tujuh provinsi lainnya.

Menteri Dalam Negeri Turkiye, Ali Yerlikaya, berkata orang-orang tersebut menarget warga asing yang berada di Turki, termasuk untuk penyerangan dan penculikan.

Mendagri Turkiye berkata bahwa ditemukan juga uang 143 ribu euro dan lebih dari 23 ribu dolar yang dimiliki para pelaku. Ada pula satu pistol dan peluru berjumlah besar.

Ali Yerlikaya menegaskan bahwa tindakan mata-mata dilarang di Turki.

"Kita tidak akan pernah membiarkan aktivitas-aktivitas spionase dilakukan terhadap persatuan nasional dan solidaritas negara kita," ujar Ali Yerlikaya.

Pihak Kementerian Dalam Negeri Turkiye turut menyebar video ketika pasukan keamanan Turki mendobrak pintu rumah tersangka serta memborgol mereka.

Kantor kejaksaan Turkiye berkata masih ada 13 tersangka yang buron.

Pasukan keamanan dalam negeri Israel, Shin Bet, sebelumnya sempat mengumumkan bahwa lembaganya ingin menghancurkan Hamas di berbagai lokasi, termasuk di Turkiye, Lebanon, dan Qatar.

Sebelum perang di Jalur Gaza dimulai pada 7 Oktober lalu, hubungan pemerintahan Recep Tayyip Erdogan dan Benjamin Netanyahu sebetulnya sempat menghangat. Tetapi, perang yang dilancarkan Netanyahu membuat hubungan kedua negara kembali renggang.

Militer Israel Prediksi Perang di Gaza Berlanjut Sepanjang 2024

Israel Kerahkan Puluhan Tank ke Perbatasan Gaza
Tentara Israel berjalan melewati tank di dekat perbatasan Gaza-Israel, Jumat (19/10). PM Benjamin Netanyahu berjanji bakal mengambil tindakan tegas apabila warga Palestina masih terus melancarkan serangan ke wilayah Israel. (AP Photo/Ariel Schalit)

Sebelumnya dilaporkan, militer Israel memperkirakan konflik di Gaza akan berlanjut sepanjang tahun 2024.

Dalam pesan Tahun Baru 2024, juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Daniel Hagari mengatakan pengerahan pasukan disesuaikan untuk mempersiapkan "pertempuran berkepanjangan".

Hagari mengatakan beberapa pasukan, terutama pasukan cadangan, akan ditarik agar mereka dapat berkumpul kembali.

"Adaptasi ini dimaksudkan untuk memastikan perencanaan dan persiapan melanjutkan perang pada tahun 2024," ujarnya, seperti dikutip dari laman BBC, Selasa (2/1).

"IDF harus membuat rencana ke depan berdasarkan pemahaman bahwa akan ada misi tambahan dan pertempuran akan berlanjut hingga sisa tahun ini."

Dia mengatakan bahwa beberapa pasukan cadangan akan meninggalkan Gaza "secepatnya pada minggu ini" untuk memungkinkan mereka mempersiapkan diri menjelang operasi militer mendatang.

Sekitar 21.978 orang – sebagian besar perempuan dan anak-anak – telah terbunuh di Gaza sejak perang Israel Vs Hamas dimulai pada 7 Oktober 2023, menurut kementerian kesehatan yang dikelola Hamas. Laporan terkini menyebutkan 56.697 orang di Gaza terluka dalam periode yang sama.

Jumlah tersebut termasuk 156 orang tewas dan 246 orang terluka dalam 24 jam terakhir, tambah kementerian tersebut.

Perang terbaru ini dipicu oleh serangan lintas batas yang belum pernah terjadi sebelumnya oleh kelompok bersenjata Hamas di Israel selatan pada tanggal 7 Oktober, yang menewaskan 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, dan sekitar 240 lainnya disandera.

Jelang Tahun Baru, Militer Israel Bawa Bulldozer untuk Gusur Kamp Palestina

Benjamin Netanyahu
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. (Dok. AFP)

Sejumlah warga Palestina luka-luka setelah militer Israel menggusur rumah mereka di Tepi Barat menjelang tahun baru pada Minggu pagi (31/12). Menurut laporan Anadolu Agency, militer Israel turut menjaga dua unit bulldozer yang digunakan untuk penggusuran.

Israel melakukan penggusuran di kamp Tulkarm dan Nur Shams. Bentrokan lantas terjadi dan 15 orang warga Palestina terluka saat melawan tentara Israel.

Dua bulldozer itu menghancurkan infrastuktur di kamp-kamp tersebut. Para sniper Israel pun disiagakan di atap rumah.

Saksi mata menyebut tentara Israel juga memasuki rumah-rumah warga dengan alasan "investigasi". Hal itu juga yang memicu ketegangan dengan warga Palestina.

Ambulans juga kesulitan beroperasi, sebab tentara Israel mengepung area rumah sakit Thabet Governmental dan Al-Israa.

Saluran TV Palestina turut melaporkan bahwa ada drone Israel yang meluncurkan dua misil ke kamp Nur Shamps. Misil pertama menyebabkan luka ringan dan sedang terhadap dua pemuda, sementara satu misil lagi menyebabkan kerusakan material.

Bulan Sabit Merah di Palestina berkata telah merawat 15 korban luka akibat serangan Israel ke Tulkarm dan Nur Shams.

Tentara Israel juga menyerang kamp Askar di daerah Nablus. Dua warga Palestina terluka akibat serangan tersebut. Selain itu, tentara Israel juga memasuki kamp Aqabat Jaber yang berlokasi di Jericho dan kamp Fawwar di selatan Hebron, namun tak ada orang yang dilaporkan terluka.

Perdana Menteri Benjamin Netanyahu terlihat bersama pasukan Israel di Jalur Gaza pada Minggu, 25 November 2023. (GPO/Avi Ohayon)
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu terlihat bersama pasukan Israel di Jalur Gaza pada Minggu, 25 November 2023. (GPO/Avi Ohayon)

Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan untuk mencapai perdamaian antara Israel dan Palestina, Hamas harus dihancurkan, Jalur Gaza harus di-demiliterisasi, dan masyarakat Palestina harus di-deradikalisasi. Hal tersebut disampaikan Netanyahu pada Senin (25/12/2023).

Ketiga prasyarat tersebut dirinci melalui kolom opini di Wall Street Journal, di mana Netanyahu menegaskan kembali pendiriannya bahwa Otoritas Palestina tidak layak untuk memerintah Jalur Gaza setelah Hamas ditaklukkan, sebuah posisi yang membuatnya berselisih dengan sekutu utamanya, Amerika Serikat (AS).

Netanyahu tidak memasukkan pembebasan 129 sandera yang diculik Hamas pada 7 Oktober dan masih ditahan di Jalur Gaza sebagai prasyarat perdamaian. Kolom opini tersebut juga menghindari menyebutkan Negara Palestina atau solusi dua negara, yang memang sering kali ditentang Netanyahu.

Mengenai syarat pertama perdamaian, Netanyahu menulis bahwa "AS, Inggris, Prancis, Jerman, dan banyak negara lain mendukung niat Israel untuk menghancurkan kelompok teror. Untuk mencapai tujuan tersebut, kemampuan militernya harus dilucuti dan kekuasaan politiknya atas Gaza harus diakhiri. Para pemimpin Hamas telah berjanji untuk mengulangi pembantaian 7 Oktober "berkali-kali". Itulah sebabnya penghancuran mereka adalah satu-satunya respons yang proporsional untuk mencegah terulangnya kekejaman yang mengerikan tersebut. Jika kurang dari itu maka akan terjadi lebih banyak perang dan lebih banyak pertumpahan darah."

Netanyahu berpendapat bahwa komunitas internasional harus menyalahkan Hamas atas banyaknya korban sipil dalam perang saat ini karena kelompok itu menggunakan warga Gaza dan fasilitas kesehatan sebagai tameng manusia.

"Israel melakukan yang terbaik untuk meminimalkan korban sipil," tulis Netanyahu seperti dikutip dari Times of Israel, Kamis (28/12).

INFOGRAFIS_Jalur Gaza terbagi atas lima kegubernura
INFOGRAFIS_Jalur Gaza terbagi atas lima kegubernura (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya