2 Tahun Invasi Rusia ke Ukraina, Kemlu AS: Kebrutalan Rezim Putin Semakin Menjadi-jadi

Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat menyatakan bahwa kebrutalan rezim Vladimir Putin semakin menjadi-jadi, dan dampaknya semakin terlihat di dalam maupun luar negeri.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 21 Feb 2024, 16:01 WIB
Diterbitkan 21 Feb 2024, 16:01 WIB
Potret 1 Tahun Invasi Rusia ke Ukraina
Tentara Ukraina menembakkan sistem artileri Pion ke posisi Rusia dekat Bakhmut, wilayah Donetsk, Ukraina, 16 Desember 2022. Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau NATO dan sejumlah pengamat mengungkapkan perang bisa terjadi dalam beberapa bulan, tahun atau bahkan hingga waktu yang tak terbatas. (AP Photo/LIBKOS, File)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat menyatakan bahwa kebrutalan rezim Vladimir Putin semakin menjadi-jadi, dan dampaknya semakin terlihat di dalam maupun luar negeri.

"Minggu ini bertepatan dengan peringatan dua tahun sejak invasi skala penuh Rusia ke Ukraina, kebrutalan rezim Putin semakin terlihat jelas baik di dalam maupun di luar negeri," kata Juru Bicara Kemlu AS Matthew Miller, dalam sebuah pernyataan yang diterim Liputan6.com dari Kedubes AS di Jakarta, Rabu (21/2/2024).

"Kelemahan dan kebusukan yang ada di inti sistem yang dibangun oleh Putin tidak hanya dikonfirmasi oleh kematian Aleksey Navalny minggu lalu, tetapi juga oleh fakta bahwa akhir pekan lalu Rusia menahan hampir 400 orang hanya karena berkabung atas meninggalnya Navalny," kata Miller.

Jubir Kemlu AS mengatakan, Kremlin telah meracuni Navalny, memenjarakannya secara tidak adil, menahannya dengan kejam, dan menolak memberinya perawatan medis.

"Pemerintah Rusia bertanggung jawab atas kematian Navalny selama di tahanan. Dan sekarang, di masyarakat lain, di masyarakat yang bebas dan demokratis, kita akan melihat keterbukaan dan transparansi ketika keluarganya mencari informasi lebih lanjut tentang putra, suami, dan ayah yang mereka cintai, tetapi tentu saja di Rusia, keterbukaan dan transparansi tetap terbatas."

"Kami melihat bukti lebih lanjut dari kebrutalan dan pengabaian rezim Putin terhadap nyawa manusia di Avdiivka akhir pekan ini, di mana warga Ukraina dengan berani mencoba menahan invasi ilegal Putin sementara mereka menghemat jatah amunisi karena berkurangnya pasokan."

"Sayangnya, Rusia telah membuat kemajuan penting pertamanya dalam beberapa bulan terakhir. Kini semakin jelas apa yang dipertaruhkan di Ukraina. Tanpa dukungan lebih lagi dari Kongres, Ukraina tidak akan mampu membangun kembali pertahanan udara dan menambah pasokan amunisinya untuk membantu melindungi diri dari agresi Rusia."

 

Sanksi AS ke Rusia

Pertemuan Jokowi dan Joe Biden
Dalam kesempatan itu, Presiden Biden menyampaikan bahwa kerja sama antara Indonesia dan Amerika Serikat yang meningkat menjadi kemitraan strategis komprehensif, menandakan era baru kerja sama antarkedua negara dalam berbagai bidang. "Termasuk di dalamnya adalah peningkatkan kerja sama kita dalam hal keamanan," ucap Biden. (AP Photo/Andrew Harnik)

Sebelumnnya, Presiden AS Joe Biden sudah mengumumkan paket sanksi penting pada Jumat kemarin untuk meminta pertanggungjawaban Rusia atas kematian Navalny di penjara, dan atas tindakannya selama perang kejam dan brutal yang mereka lakukan di Ukraina selama dua tahun terakhir.

"Kami juga memperbarui seruan kami kepada Kongres untuk meloloskan rancangan undang-undang mengenai pendanaan tambahan keamanan nasional yang memungkinkan Ukraina dan rakyatnya bertahan melawan invasi yang sedang berlangsung ini, dan juga untuk memajukan kepentingan keamanan nasional AS," kata Miller.

"Penting bagi Kongres untuk bertindak tanpa penundaan lebih lanjut."

Biden Sebut Putin Bertanggung Jawab atas Kematian Oposisi Rusia Alexei Navalny

Presiden AS Joe Biden menegaskan bahwa dirinya adalah seorang Zionis.
Presiden AS Joe Biden menegaskan bahwa dirinya adalah seorang Zionis. Dok: YouTube White House

Presiden Joe Biden mengatakan pada Jumat (16/2/2024) bahwa kematian aktivis antikorupsi Rusia Alexei Navalny membawa urgensi baru terhadap perlunya Kongres menyetujui pemberian bantuan bernilai puluhan miliar dolar kepada Ukraina untuk melawan invasi Rusia.

Berbicara di Gedung Putih, Biden menekankan apa pun penyebabnya, dia menganggap Presiden Rusia Vladimir Putin bertanggung jawab atas kematian Navalny.

"Saya harap ini (laporan kematian Navalny) bisa membantu mendorong anggota parlemen Amerika Serikat (AS) untuk mengirim lebih banyak bantuan ke Ukraina," ujar Biden, seperti dilansir AP, Sabtu (17/2).

Biden menuturkan sejarah sedang menyaksikan anggota parlemen di DPR, yang belum mengambil langkah untuk menyetujui rancangan undang-undang (RUU) yang disahkan Senat yang akan mengirim dana dan persenjataan ke Ukraina, di tengah kondisi militer negara itu yang kehabisan amunisi penting di medan perang.

"Kegagalan mendukung Ukraina pada momen kritis ini tidak akan pernah terlupakan," kata Biden. "Dan jam terus berdetak ... Kita harus membantu sekarang."

Lebih lanjut, presiden AS itu menyatakan pihaknya belum mengonfirmasi kematian Navalny di penjara Rusia di atas Lingkaran Arktik, namun dia juga tidak punya alasan untuk meragukannya.

Biden dengan tajam mengkritik anggota DPR dari Partai Republik karena membiarkan dewan memasuki masa reses selama dua minggu tanpa mengalihkan dana ke Ukraina.

"Apa yang mereka pikirkan – ya Tuhan," tutur Biden. "Ini aneh dan hanya memperkuat semua kekhawatiran – saya tidak akan mengatakan kepanikan tapi kekhawatiran yang nyata – mengenai AS sebagai sekutu yang bertanggung jawab."

Infografis Rusia Didepak dari Dewan HAM PBB
Infografis Rusia Didepak dari Dewan HAM PBB (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya