Paus Fransiskus Sebut Ukraina Harus Punya Keberanian Kibarkan Bendera Putih Saat Negosiasi Perang dengan Rusia, Ini Artinya

Paus Fransiskus mengatakan Ukraina harus memiliki 'keberanian dalam bendera putih' dalam melakukan negosiasi soal akhir perang Rusia Vs Ukrana.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 11 Mar 2024, 08:08 WIB
Diterbitkan 11 Mar 2024, 08:08 WIB
FOTO: Paus Fransiskus Pimpin Misa Malam Paskah Tanpa Jemaat
Paus Fransiskus menyampaikan pesan saat memimpin Misa Malam Paskah di Basilika Santo Petrus, Vatikan, Sabtu (11/4/2020). Paus mengatakan bahwa ketakutan orang-orang saat ini sama seperti ketakutan para pengikut Yesus sehari usai diri-Nya disalibkan. (Remo Casilli/Pool Photo via AP)

Liputan6.com, Vatikan City - Paus Fransiskus mengatakan dalam sebuah wawancara bahwa Ukraina harus memiliki apa yang disebutnya keberanian white flag (bendera putih), dan merundingkan diakhirinya perang Rusia Ukraina yang terjadi setelah invasi besar-besaran Moskow dua tahun lalu yang telah menewaskan puluhan ribu orang.

Laporan Channel News Asia (CNA) yang dikutip Senin (10/3/2024) menyebut, Paus Fransiskus menyampaikan komentarnya dalam sebuah wawancara yang direkam bulan lalu dengan stasiun penyiaran Swiss RSI, jauh sebelum tawaran terbaru Presiden Turki Tayyip Erdogan pada hari Jumat (8/3) untuk menjadi tuan rumah pertemuan puncak antara Ukraina dan Rusia untuk mengakhiri perang.

Presiden Erdogan mengajukan tawaran baru setelah pertemuan di Istanbul dengan timpalannya dari Ukraina Volodymyr Zelenskyy. Zelensky mengatakan meskipun dia menginginkan perdamaian, dia tidak akan menyerahkan wilayah mana pun.

Rencana perdamaian pemimpin Ukraina itu sendiri menyerukan penarikan pasukan Rusia dari seluruh Ukraina dan pemulihan perbatasan negaranya. Adapun Kremlin telah mengesampingkan keterlibatan dalam perundingan perdamaian dengan persyaratan yang ditetapkan oleh Kyiv.

Dalam wawancara tersebut, Paus Fransiskus ditanya mengenai pendiriannya mengenai perdebatan antara mereka yang mengatakan Ukraina harus menyerah karena negara tersebut belum mampu mengusir pasukan Rusia, dan mereka yang mengatakan bahwa hal tersebut akan melegitimasi tindakan yang dilakukan oleh partai terkuat. Pewawancara menggunakan istilah "bendera putih" dalam pertanyaannya.

"Itu adalah satu penafsiran, dan itu benar," kata Paus Fransiskus, menurut transkrip awal wawancara dan sebagian video yang tersedia untuk Reuters pada hari Sabtu (9/3). Acara ini sejatinya akan disiarkan pada 20 Maret sebagai bagian dari program budaya baru.

"Tetapi saya pikir yang terkuat adalah orang yang melihat situasi, memikirkan rakyat dan memiliki keberanian mengibarkan bendera putih, dan bernegosiasi," kata Paus Fransiskus, seraya menambahkan bahwa pembicaraan harus dilakukan dengan bantuan kekuatan internasional.

"Kata bernegosiasi adalah kata yang berani. Ketika Anda melihat bahwa Anda dikalahkan, bahwa segala sesuatunya tidak berjalan baik, Anda harus memiliki keberanian untuk bernegosiasi," kata Paus Fransiskus.

Pertama Kali Paus Fransiskus Gunakan Istilah Bendera Putih untuk Perang Rusia-Ukraina

Paus Fransiskus Pimpin Misa Malam Natal 2021
Paus Fransiskus. (AP Photo/Alessandra Tarantino)

Hal ini diyakini merupakan pertama kalinya Paus Fransiskus menggunakan istilah seperti "bendera putih" atau "kalah" dalam membahas perang di Ukraina, meskipun ia pernah berbicara di masa lalu tentang perlunya negosiasi.

Dalam sebuah pernyataan, juru bicara Vatikan Matteo Bruni mengatakan Paus memahami istilah "bendera putih" yang diucapkan oleh pewawancara dan menggunakannya "untuk menunjukkan penghentian permusuhan (dan) gencatan senjata yang dicapai dengan keberanian negosiasi".

Tahun lalu Paus berusia 87 tahun mengirim utusan perdamaian, Kardinal Matteo Zuppi dari Italia, ke Kyiv, Moskow dan Washington untuk bertemu pemimpin di negara-negara tersebut.

"Seseorang mungkin merasa malu," kata Paus Fransiskus tentang perundingan, "tetapi berapa banyak korban jiwa yang akan ditimbulkan (perang) ini? (Seseorang harus) bernegosiasi tepat waktu, menemukan negara yang dapat menjadi mediator” tambahnya, sambil menyebut Turki di antara negara-negara yang telah menawarkan negosiasi.

Paus Fransiskus Terlihat Kian Lemah, Tak Bisa Naik Mobil Kepausan dan Pakai Kursi Roda

Paus Fransiskus dibantu oleh ajudannya saat audiensi publik di St. Peter's Square di Vatikan, Rabu 6 Maret 2024, ia tak bisa naik mobil kepausan sehingga memilih kursi roda. (AP/Gregorio Borgia)
Paus Fransiskus dibantu oleh ajudannya saat audiensi publik di St. Peter's Square di Vatikan, Rabu 6 Maret 2024, ia tak bisa naik mobil kepausan sehingga memilih kursi roda. (AP/Gregorio Borgia)

Sebelumnya, Paus Fransiskus dikabarkan kembali meminta ajudannya untuk membacakan pidatonya dan tidak dapat kembali ke mobil kepausannya pada hari Rabu 6 Maret 2024, karena masalah pernapasan dan mobilitas yang berkepanjangan terus berdampak pada Paus berusia 87 tahun itu.

Paus Fransiskus memimpin audiensi umum mingguannya, yang diadakan di luar ruangan untuk pertama kalinya tahun 2024 ini di St. Peter’s Square (Lapangan Santo Petrus) yang dingin. Namun, seperti dilaporkan Associated Press (AP), Kamis (7/3/2024), ia meminta seorang ajudannya membacakan catechism lesson, seperti yang ia lakukan selama beberapa hari terakhir.

Dalam rekaman video yang beredar, terlihat Paus Fransiskus kesulitan menaiki mobil kepausannya sehingga sang ajudan menempatkannya di kursi roda. Lalu mendorongnya menyapa orang-orang yang hadir di St. Peter’s Square.

Rekam Jejak Kondisi Kesehatan Paus Fransiskus

Paus Fransiskus dibantu oleh ajudannya saat audiensi publik di St. Peter's Square di Vatikan, Rabu 6 Maret 2024. (AP/Gregorio Borgia)
Paus Fransiskus dibantu oleh ajudannya saat audiensi publik di St. Peter's Square di Vatikan, Rabu 6 Maret 2024. (AP/Gregorio Borgia)

 

Rabu (6/3) lalu, Paus Fransiskus ke rumah sakit untuk menjalani tes diagnostik yang tidak ditentukan, yang hasilnya belum diumumkan. Dia mengalami sakit pada musim dingin ini karena apa yang dia dan Vatikan katakan sebagai flu, serangan bronkitis, dan flu.

Akhir tahun 2023 lalu, Paus Fransiskus menjalani pemeriksaan CAT scan dan menyingkirkan kemungkinan adanya pneumonia, namun Paus Fransiskus masih terpaksa membatalkan perjalanan ke Negara Teluk karena penyakit bronkitis akut dan menular yang parah.

Paus Fransiskus juga menderita patah tulang lutut dan radang ligamen yang mulai tahun 2022 mendorongnya untuk menggunakan kursi roda. Namun dia biasanya berhasil berjalan dengan tongkat atau alat bantu jalan dan bantuan para ajudannya untuk membawanya ke posisi berdiri.

Namun pada hari Rabu (6/3), Paus Fransiskus terlihat tidak mampu menaiki beberapa anak tangga untuk menaiki mobil pausnya di akhir audiensi, bahkan ketika sedang memegang handrails (pegangan). Para ajudan segera membawa kembali kursi rodanya dan dia kembali duduk. Dia kemudian menyapa penonton sebelum meninggalkan piazza.

Paus asal Argentina ini pernah mengalami pengangkatan sebagian paru-parunya saat masih muda karena infeksi pernafasan, dan dia sering berbicara dengan berbisik bahkan saat tidak sakit. Pada tahun 2021, sebagian usus besarnya diangkat dan tahun lalu menjalani operasi untuk memperbaiki hernia perut dan menghilangkan jaringan parut usus.​ 

Beragam Model Kejahatan Siber
Infografis Kejahatan Siber (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya