PM Irlandia Leo Varadkar Mendadak Mundur Setelah Bela Palestina, Alasannya Misteri

Leo Varadkar akan digantikan sebagai perdana menteri pada April setelah partai memilih pemimpin baru.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 21 Mar 2024, 08:26 WIB
Diterbitkan 21 Mar 2024, 08:26 WIB
Leo Varadkar (tengah)
PM Irlandia Leo Varadkar (tengah). (Source: Brian Lawless/PA via AP)

Liputan6.com, Dublin - Perdana Menteri Irlandia Leo Varadkar (45), yang membuat sejarah sebagai pemimpin gay dan biracial (keturunan ras campuran) pertama di negaranya, pada hari Rabu (20/3/2024) mengumumkan dia mengundurkan diri karena alasan yang menurutnya bersifat pribadi dan politik.

Varadkar menyatakan dia akan segera mengundurkan diri sebagai ketua partai sayap kanan-tengah Fine Gael, bagian dari pemerintahan koalisi Irlandia. Dia akan digantikan sebagai perdana menteri pada April setelah partai memilih pemimpin baru.

"Alasan saya mengundurkan diri sekarang bersifat pribadi dan politis, tetapi sebagian besar bersifat politis," kata Varadkar tanpa menjelaskan lebih lanjut, seperti dilansir AP, Kamis (21/3).

Meski demikian, dia berencana untuk tetap di parlemen sebagai anggota parlemen backbench.

Varadkar, telah dua kali menjabat sebagai taoiseach atau perdana menteri – antara tahun 2017 dan 2020, dan sekali lagi sejak Desember 2022 sebagai bagian dari pembagian pekerjaan dengan Micheal Martin, kepala mitra koalisi Fianna Fail.

Dia adalah pemimpin termuda di negara itu ketika pertama kali terpilih dan juga perdana menteri Irlandia pertama yang mengaku gay. Varadkar lahir dari ibu asal Irlandia dan ayah asal India.

Varadkar memainkan peran utama dalam kampanye untuk melegalkan pernikahan sesama jenis, yang disetujui dalam referendum tahun 2015, dan untuk mencabut larangan aborsi, yang disahkan melalui pemungutan suara pada tahun 2018.

"Saya bangga bahwa kita telah menjadikan negara ini tempat yang lebih setara dan lebih modern," kata Varadkar dalam pernyataan pengunduran dirinya di Dublin.


Polarisasi Politik

Leo Varadkar
Perdana Menteri Irlandia Leo Varadkar. (Dok. Leo Varadkar Leadership Campaign)

Varadkar pertama kali terpilih menjadi anggota parlemen pada tahun 2007 dan pernah mengatakan dia akan keluar dari politik pada usia 50 tahun.

Dia memimpin Irlandia selama tahun-tahun setelah keputusan Inggris untuk meninggalkan Uni Eropa pada tahun 2016. Brexit mempunyai dampak besar bagi Irlandia, anggota Uni Eropa yang berbatasan dengan Irlandia Utara di Inggris. Hubungan Inggris-Irlandia tegang ketika pendukung garis keras Brexit, Boris Johnson, menjabat sebagai pemimpin Inggris, namun hubungan ini stabil sejak kedatangan Perdana Menteri Rishi Sunak.

Varadkar baru-baru ini kembali dari Washington, di mana dia bertemu dengan Presiden Joe Biden dan para pemimpin politik lainnya sebagai bagian dari kunjungan tradisional perdana menteri Irlandia pada Hari St. Patrick ke Amerika Serikat (AS). Di Gedung Putih, dia menyerukan gencatan senjata atas perang Hamas Vs Israel.

"Rakyat Gaza sangat membutuhkan makanan, obat-obatan dan tempat berlindung, serta terutama mereka membutuhkan pengeboman dihentikan," kata Varadkar kepada Biden, seperti dilansir France24.

"Aspirasi rakyat Palestina untuk memiliki tanah air dan negara yang utuh di tanah nenek moyang mereka setara dengan keinginan Israel."

Dia juga telah mengungkapkan rasa frustrasinya atas polarisasi politik yang terjadi di Irlandia, seperti halnya di negara lain. Meski begitu, pengunduran dirinya di luar perkiraaan. Micheal Martin, wakil perdana menteri saat ini, mengatakan dia tentu saja terkejut ketika mendengar langkah Varadkar.

"Namun, saya ingin menggunakan kesempatan ini untuk mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya," kata Martin. "Kami melakukannya dengan sangat baik."


Saat yang Tepat

Leo Varadkar bersama Pangeran Harry dan Meghan Markle.
Meghan Markle dan Pangeran Harry bersama Taoiseach Leo Varadkar hendak memulai kunjungan 2 hari di Dublin, Irlandia, 10 Juli 2018. (CLODAGH KILCOYNE / POOL / AFP/Asnida Riani)

Martin mengatakan pengunduran diri Varadkar seharusnya tidak memicu pemilihan umum lebih awal dan pemerintahan koalisi tiga partai yang juga mencakup Partai Hijau akan terus berlanjut.

Varadkar mengatakan dia tahu kepergiannya akan mengejutkan banyak orang dan mengecewakan sebagian orang.

"Saya tahu bahwa orang lain ... akan mampu menerima berita dengan baik – itulah hebatnya hidup dalam demokrasi," katanya.

"Tidak pernah ada waktu yang tepat untuk mengundurkan diri ... Namun, inilah saat yang tepat."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya