Nepal Alami Kebakaran Hutan Besar-besaran Akibat Gelombang Panas

Gelombang panas belakangan menyengat di sejumlah negara di Asia seperti India, Thailand, hingga Nepal.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 03 Mei 2024, 18:35 WIB
Diterbitkan 03 Mei 2024, 18:35 WIB
Kebakaran akibat perubahan iklim
Ilustrasi kebakaran hutan akibat perubahan iklim (Unsplash/Matt Palmer)

Liputan6.com, Kathmandu - Petugas pemadam kebakaran dan penduduk Nepal berupaya keras untuk memadamkan kebakaran hutan besar-besaran di pinggiran ibu kota pada Kamis (2/5/2024).

Kebakaran ini terjadi saat Nepal mengalami musim kebakaran hebat, yang menurut pihak berwenang, disebabkan oleh gelombang panas.

Petugas darurat bekerja sepanjang malam untuk memadamkan api yang melanda kawasan hutan di Lalitpur, di pinggiran selatan lembah Kathmandu.

Lebih dari 4.500 kebakaran hutan telah dilaporkan pada tahun ini di seluruh negeri, hampir dua kali lipat dibandingkan tahun lalu menurut data pemerintah.

Tetapi angka ini lebih kecil dari musim kebakaran terburuk yang pernah tercatat pada tahun 2021.

"Kebakaran hutan meningkat dan musim ini diperkirakan akan berlangsung selama satu bulan lebih," kata Sundar Prasad Sharma dari Badan Nasional Pengurangan Risiko dan Manajemen Bencana kepada AFP.

"Sulit untuk memadamkan api karena medan yang sulit," tambahnya, seperti dilansir CNA, Jumat (3/5). 

Juru bicara Kementerian Lingkungan Hidup Badri Raj Dhungana mengatakan, peningkatan jumlah kebakaran hutan tahun ini disebabkan oleh kekeringan berkepanjangan dan kondisi gelombang panas di dataran selatan Nepal.

"Umumnya, puncak kebakaran hutan terjadi pada akhir April. Namun, tahun ini kebakaran hutan masih meningkat karena kenaikan suhu," katanya.

Nepal mengalami serentetan kebakaran hutan setiap tahunnya, biasanya dimulai pada Maret.

Namun, jumlah dan intensitasnya semakin memburuk dalam beberapa tahun terakhir, seiring dengan perubahan iklim yang menyebabkan musim dingin menjadi lebih kering.

Perubahan Iklim Penyebab Gelombang Panas

Ilustrasi kebakaran hutan (AFP Photo)
Ilustrasi kebakaran hutan (AFP Photo)

Penelitian ilmiah yang ekstensif menemukan bahwa perubahan iklim menyebabkan gelombang panas menjadi lebih lama, lebih sering, dan lebih intens.

Sebagian besar wilayah Asia Selatan dan Tenggara telah dilanda gelombang panas sejak bulan lalu, dan fenomena El Nino juga menyebabkan cuaca yang sangat hangat tahun ini.

Di Nepal, suhu di kota ziarah Buddha, Lumbini dan wilayah lain di selatan, telah meningkat di atas 40 derajat Celcius dan diperkirakan akan lebih panas dalam beberapa hari ke depan.

Sementara itu, lebih dari seratus sekolah di selatan Kota Butwal ditutup pada hari Kamis selama dua hari karena kekhawatiran gelombang panas akan berdampak pada kesehatan siswa.

Sejumlah Wilayah di India Catat Suhu Terpanas

Gelombang Panas Terjang India
Sebuah penelitian ilmiah ekstensif menemukan bahwa perubahan iklim menyebabkan gelombang panas menjadi lebih lama, lebih sering dan lebih intens. (Narinder NANU/AFP)

Di negara tetangga Nepal, India, bahkan mencatat sembilan kematian akibat gelombang panas. 

Suhu panas belakangan terjadi ketika India tengah menyelenggarakan pemilihan umum, sehingga para analis politik menyebutnya sebagai salah satu alasan sedikitnya jumlah pemilih yang berpartisipasi.

Kondisi gelombang panas diperkirakan akan mereda secara bertahap dalam beberapa hari mendatang.

Para ahli menyebut suhu panas terjadi karena beberapa faktor.

"Akibat El Nino, terjadi peningkatan pemanasan," kata Kepala Departemen Meteorologi India, Mrutyunjay Mohapatra.

Dia mengatakan, lebih sedikit badai petir dan sirkulasi anti-siklon di dekat pantai tenggara India menyebabkan gelombang panas.

"Angin bertiup dari daratan menuju laut selama anti-siklon. Sehingga daratan menjadi lebih hangat dan suhu meningkat."

Gelombang Panas di India

Gelombang Panas Terjang India
Orang-orang beristirahat di halaman Gerbang India di musim panas di New Delhi pada tanggal 25 April 2024. (Sajjad HUSSAIN/AFP)

Pada April 2024, negara bagian Benggala Barat di India bagian timur mencatat jumlah hari gelombang panas terbanyak dalam sebulan dalam 15 tahun terakhir, diikuti oleh negara bagian pesisir Odisha di mana kondisi panasnya merupakan yang terburuk dalam sembilan tahun.

Pihak berwenang juga menyatakan gelombang panas yang jarang terjadi di negara bagian pesisir barat daya Kerala, di mana setidaknya dua kematian tercatat akibat kenaikan suhu.

Mohapatra juga mengatakan bahwa India bagian tengah dan barat laut, yang mencakup negara-negara penghasil gandum utama yang biasanya mengalami gelombang panas sepanjang tahun ini, sebagian besar terhindar dari hujan petir yang terjadi sesekali pada April tahun ini.

Infografis Journal
Infografis Journal Dunia Kepanasan, Akibat Perubahan Iklim Ekstrem?. (Liputan6.com/Tri Yasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya