Kepulauan Sardinia Italia Berlakukan Larangan Ambil Pasir, Melanggar Didenda Rp52 Juta

Kedengerannya memang sepele, tetapi mengambil pasir, kerikil, bahkan kerang-kerang yang tersebar di pantai kepulauan Sardinia, Italia, kini dapat kena denda mencapai Rp52 juta.

oleh Najma Ramadhanya diperbarui 15 Mei 2024, 19:10 WIB
Diterbitkan 15 Mei 2024, 19:10 WIB
Ilustrasi pulau
Ilustrasi pulau. (Pixabay/Geralbe)

Liputan6.com, Roma - Mencuri pasir dari pantai-pantai yang terletak di Pulau Sardinia, Italia, kini bisa membuat Anda terkena denda hingga 3.000 Euro atau setara Rp52 juta. 

Tahun ini, beberapa turis sudah tertangkap menyelundupkan pasir, batu, dan benda-benda arkeologi dari pulau Sardinia, seperti dikutip dari Euronews, Rabu (15/5/2024).

Otoritas berhasil menangkap seorang wisatawan asal Prancis yang mencoba membawa pulang stalagmit dan kerang, serta satu keluarga asal Jerman mencoba membawa satu kilogram batu dari dasar laut.

Selama bertahun-tahun, para wisatawan telah menjarah kekayaan alam pantai-pantai Sardinia meskipun akhirnya menghadapi denda.

Pantai berpasir putih di Sardinia memang terkenal di seluruh dunia, tetapi mengambil, membawa atau menjual pasir, kerikil, batu, atau kerang dari pantai atau laut bisa dihukum denda hingga 3.000 Euro atau Rp52 juta. 

Turis bahkan bisa menghadapi hukuman penjara jika terbukti bersalah atas tuduhan pencurian dengan keadaan yang memberatkan karena pelaku telah mencuri aset utilitas publik.

Tahun lalu, seorang pria asal Prancis ditangkap setelah polisi menemukan 41 kilogram kerikil dan batu dari pantai Lampianu yang indah di bagasi mobilnya. 

Mungkin tampak seperti masalah kecil, tetapi mencuri pasir dan kerikil dari pantai dapat menimbulkan konsekuensi ekologis yang cukup serius terhadap keberlangsungan pulau. 

Dampak pada Lingkungan Pulau

Ilustrasi pasir pantai. (Liputan6.com/Raden Trimutia Hatta)
Ilustrasi pasir pantai. (Liputan6.com/Raden Trimutia Hatta)

Setelah sepasang suami istri asal Prancis ditangkap pada tahun 2019 karena menyelundupkan 14 botol plastik berisi pasir dari pulau tersebut, peneliti lingkungan Sardinia, Pierluigi Cocco, menjelaskan hal ini kepada BBC.

"Hanya sebagian kecil dari masing-masing wisatawan yang mengunjungi Sardinia menghabiskan waktu mereka menggali hingga 40 kilogram pasir," katanya.

"Tetapi jika jumlah tersebut dikalikan dengan lima persen dari satu juta wisatawan per tahun, dalam beberapa tahun tersebut akan memiliki kontribusi yang signifikan terhadap pengurangan pantai," tambah Cocco.

Pada tahun 2021, kelompok kampanye "Sardinia yang dirampok dan dijarah" (Sardegna rubata e depredata) memperkirakan bahwa setidaknya enam ton pasir telah diambil dari pantai-pantai pulau tersebut pada pertengahan Agustus.

"Kebanyakan orang sebenarnya tidak memiliki alasan," tulis seorang aktivis di halaman Facebook mereka.

"Mungkin untuk membuat teman dan kerabat iri, untuk menghidupkan kembali suasana liburan di ruang tamu mereka, atau bahkan untuk mendekorasi akuarium."

"Para wisatawan mungkin berusaha mati-matian, tetapi sayangnya sia-sia, untuk membawa sepotong dari (pantai) di tangan mereka, alih-alih menyimpan kenangan di ingatan dan hati."

 

Jumlah Pasir yang Dikeruk dari Pantai Dunia

Ilustrasi pasir laut (Foto: Unsplash/Lopez Robin)
Ilustrasi pasir laut (Foto: Unsplash/Lopez Robin)

Sekitar enam miliar ton pasir dan sedimen lainnya dikeruk dari lautan dan samudra di seluruh dunia setiap tahunnya, berdasarkan data dari PBB pada tahun 2023 kemarin.

Ketidakseimbangan ini memberikan dampak negatif pada keanekaragaman hayati serta masyarakat pesisir.

Dengan meluncurkan platform data global pertama mengenai ekstraksi sedimen di lingkungan laut, Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa memperingatkan bahwa skala pengerukan pasir laut semakin meningkat dengan dampak yang serius.

"Skala dampak lingkungan dari aktivitas penambangan dan pengerukan di laut dangkal sangat mengkhawatirkan," kata Pascal Peduzzi, kepala pusat analisis GRID-Jenewa UNEP, seperti mengutip dari Japan Today, Selasa (14/5/2024).

Peduzzi menerangkan dampaknya terhadap ekosistem laut dan keanekaragaman hayati, kekeruhan air, dan dampak kebisingan terhadap mamalia laut. Platform Marine Sand Watch menggunakan kecerdasan buatan atau AI untuk melacak dan memantau aktivitas pengerukan di lingkungan laut dunia yang mencakup tanah liat, lanau, kerikil, dan batu.

 

 

Pasir Digunakan untuk Konstruksi

Beton Bisa Menjadi Bahan Bangunan Hunian yang Berkualitas dan Tidak Mudah Keropos.
Ilustrasi gambar bangunan konstruksi. (Free-Photos/pixabay.com)

"(Pengerukan pasir) ini mewakili rata-rata enam miliar ton setiap tahunnya, atau setara dengan lebih dari satu juta truk sampah setiap hari," kata Peduzzi.

Peduzzi mengungkapkan bahwa seluruh masyarakat dunia memang bergantung pada pasir sebagai bahan konstruksi.

Pasir biasanya digunakan untuk membuat segala sesuatu mulai dari sekolah, rumah sakit, jalan raya hingga pembangkit listrik tenaga air, panel surya dan kaca.

Pada saat yang sama, pasir memainkan peran lingkungan yang penting juga, termasuk untuk melindungi masyarakat pesisir dari kenaikan permukaan laut. PBB menargetkan untuk mempublikasikan angka-angka pada 2020 hingga akhir tahun 2023 kemarin.

Menurut Peduzzi, sudah jelas bahwa kegiatan ini tidak mengalami penurunan, bahkan menjadi lebih intensif. Ia memperingatkan bahwa dunia sedang mendekati tingkat pengisian alami, yaitu 10 hingga 16 miliar ton sedimen terbawa ke lautan dunia setiap tahunnya.

Meskipun titik kritisnya belum tercapai di tingkat global, ia memperingatkan saat konferensi pers di tahun 2023 bahwa di beberapa daerah, "Kita mengekstraksinya lebih cepat daripada kemampuan untuk memulihkannya sendiri. Hal ini tidak berkelanjutan."  

Bahaya Sampah Plastik di Laut
Infografis bahaya sampah plastik di laut. (dok. TKN PSL)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya