22 Mei 2021: Gansu Ultramarathon Maut di China Picu 21 Pelari Tewas

Perlombaan maraton maut itu dimulai pada hari Sabtu pukul 09:00 waktu setempat (01:00 GMT), dengan beberapa peserta berangkat hanya dengan mengenakan celana pendek dan kaus oblong.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 22 Mei 2024, 06:00 WIB
Diterbitkan 22 Mei 2024, 06:00 WIB
Ilustrasi bendera Republik China. (Pixabay)
Ilustrasi marathon China. (Pixabay)

Liputan6.com, Beijing - 21 pelari tewas setelah cuaca ekstrem melanda perlombaan jarak jauh di China utara.

Angin kencang dan hujan yang sangat dingin menerpa peserta ultramarathon 100 km (60 mil) di Yellow River Stone Forest, sebuah lokasi wisata di provinsi Gansu, pada Sabtu 22 Mei 2021.

Perlombaan dihentikan ketika beberapa dari 172 pelari hilang, dan operasi penyelamatan pun diluncurkan. Banyak pelari yang terdampar dilaporkan menderita hipotermia. Demikian mengutip BBC.

Liang Jing, juara ultramaraton, dan Huang Guanjun, pemenang maraton tunarungu putra di Paralimpiade Nasional Tiongkok 2019, termasuk di antara korban, menurut laporan media pemerintah.

Para pejabat mengatakan 151 pelari dipastikan selamat, dan delapan di antaranya terluka.

Perlombaan dimulai pada hari Sabtu pukul 09:00 waktu setempat (01:00 GMT), dengan beberapa peserta berangkat hanya dengan mengenakan celana pendek dan kaus oblong.

Peserta yang selamat mengatakan prakiraan cuaca menunjukkan bahwa diperkirakan akan terjadi angin dan hujan, namun tidak ekstrem seperti yang mereka alami.

Sekitar tiga jam setelah start, bagian pegunungan dari perlombaan dilanda hujan es, hujan lebat dan angin kencang, yang menyebabkan suhu turun drastis, menurut pejabat dari kota terdekat Baiyin.

Perlombaan dimulai pada hari Sabtu pukul 09:00 waktu setempat (01:00 GMT), dengan beberapa peserta berangkat hanya dengan mengenakan celana pendek dan kaus oblong.

Peserta yang selamat mengatakan prakiraan cuaca menunjukkan bahwa diperkirakan akan terjadi angin dan hujan, namun tidak ekstrem seperti yang mereka alami.

Salah satu pelari, Mao Shuzhi, mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa dia berbalik ketika cuaca berubah.

“Hujan semakin deras,” kata Mao, yang saat itu berada sekitar 24 km sebelum lomba dan belum mencapai pegunungan.

Dia memutuskan untuk kembali ke hotelnya, karena memiliki pengalaman buruk sebelumnya dengan hipotermia, namun ada juga yang tetap melanjutkan perjalanannya atau sudah berada di daerah yang paling parah terkena dampaknya.

Banyak pelari event maraton di China itu dilaporkan tersesat di jalur tersebut karena cuaca mempengaruhi jarak pandang.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


1200 Penyelamat Dikerahkan

Empat Hal yang Harus Kamu Hindari Sebelum Melakukan Olahraga Lari
Ilustrasi: Pixabay

Adapun lebih dari 1.200 penyelamat dikerahkan, dibantu oleh drone pencitraan termal dan detektor radar, menurut media pemerintah.

Operasi berlanjut sepanjang malam hingga Minggu pagi, di mana penurunan suhu membuat pencarian semakin sulit, lapor kantor berita China Xinhua.

Kematian tersebut telah memicu kemarahan publik di media sosial Tiongkok, dengan kemarahan yang terutama ditujukan pada pemerintahan Baiyin dan ketidakbahagiaan atas kurangnya perencanaan darurat.

Dalam konferensi pers pada hari Minggu sehari setelah insiden maraton maut itu, Wali Kota Baiyin Zhang Xuchen mengatakan: "Sebagai penyelenggara acara, kami merasa bersalah dan menyesal. Kami menyampaikan belasungkawa dan simpati yang mendalam kepada keluarga para korban dan yang terluka."

Infografis Ajang Lari Internasional untuk Milenial
Infografis Ajang Lari Internasional untuk Milenial. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya