Joe Biden Mundur dari Pilpres AS 2024, Ubah Strategi Partai Demokrat Vs Republik?

Joe Biden diketahui mendukung Wakil Presiden Kamala Harris untuk menjadi calon presiden (capres) AS dari Partai Demokrat. Apakah ini bagian dari strategi dari Partai Demokrat?

oleh Tanti YulianingsihKhairisa FeridaTeddy Tri Setio BertyBenedikta Miranti T.V diperbarui 23 Jul 2024, 22:16 WIB
Diterbitkan 23 Jul 2024, 00:01 WIB
Banner Infografis Joe Biden Mundur dari Pilpres AS 2024. (Foto: AFP)
Banner Infografis Joe Biden Mundur dari Pilpres AS 2024. (Foto: AFP)

Liputan6.com, Jakarta - 'Drama' jelang pilpres AS 2024 tengah jadi sorotan. Adu debat calon presiden (capres) perdana antara Donald Trump dan Joe Biden -- yang memicu kekecewaan karena dinilai tak maksimal -- pada 27 Juni 2024 merupakan awalnya.

Disusul insiden penembakan calon dari Partai Republik Donald Trump saat kampanye Pilpres AS di Butler, Pennsylvania, Amerika Serikat (AS), pada Sabtu (13/7). Di mana telinga Trump terluka dan menjadi tren perban bagi para pengikutnya. 

Selanjutnya, lewat sebuah surat yang dibagikan Minggu (21/7) sore, Presiden AS Joe Biden mengumumkan pengunduran dirinya dari pencalonan presiden Partai Demokrat tahun 2024. Dengan kata lain, ia hengkang dari bursa capres menuju Pemilu AS 2024, menandai akhir dari karir politiknya yang sangat panjang.

Pengumuman ini ia sampaikan empat bulan sebelum pesta demokrasi AS berlangsung pada 5 November mendatang.

Joe Biden telah membalikkan keadaan jelang pemilu AS 2024. Setelah bersikeras selama berminggu-minggu bahwa dia akan tetap menjadi calon presiden dari Partai Demokrat, dia menyerah pada tekanan dan memutuskan keluar dari pencalonan presiden AS untuk periode kedua.

"Merupakan kehormatan terbesar dalam hidup saya untuk menjabat sebagai Presiden AS. Dan meskipun saya berniat untuk mencalonkan diri kembali, saya yakin bahwa demi kepentingan terbaik partai dan negara ini, saya harus mengundurkan diri dan memilih fokus untuk memenuhi tugas saya sebagai presiden selama sisa masa jabatan", demikian penggalan surat pengunduran diri Joe Biden dari bursa capres AS seperti dikutip dari NPR.

Dalam tweet berikutnya, Joe Biden mendukung Wakil Presiden Kamala Harris untuk menjadi calon dari Partai Demokrat. Pengumuman itu muncul setelah banyak anggota Partai Demokrat meminta Joe Biden mundur dari pencalonan setelah kinerja debat yang buruk melawan mantan Presiden Donald Trump.

Kandidat presiden dari Partai Republik Donald Trump mengatakan pada Minggu (21/7) bahwa menurutnya, Wakil Presiden Kamala Harris akan lebih mudah dikalahkan dalam pemilu AS 2024 dibandingkan Presiden Joe Biden, yang pada hari sebelumnya mengundurkan diri sebagai kandidat dari partainya.

"Harris akan lebih mudah dikalahkan dibandingkan Joe Biden," kata Trump kepada CNN.

Apakah mundurnya Joe Biden dari bursa capres AS dan dukung Kamala Harris jadi pengganti merupakan bagian strategi dari Partai Demokrat?

Pemerhati politik Amerika Serikat Didin Nasirudin kepada Liputan6.com mengatakan naiknya Kamala Harris dan jatuhnya Biden di pasar taruhan memang mencerminkan realitas politik terkini di AS. Banyak orang dan kalangan dunia usaha di AS khawatir dengan ketidakpastian yang ditimbulkan oleh terpilihnya kembali Trump. "Pada saat yang sama, mereka tidak dapat mempercayai Biden yang kini berusia 81 tahun untuk terus menjadi nakhoda negara dengan ekonomi terbesar di dunia tersebut, sehingga diharapkan akan ada kandidat lain yang lebih kompetitif untuk melawan Trump di bulan November," tuturnya.

"Berdasarkan 42 poling yang dihimpun RealClearPolitics pada September 2023 hingga Juli 2024, Harris hanya unggul dari Trump dalam lima poling. Namun, dari semua poling yang diterbitkan dari tanggal 28 Juni hingga 18 Juli 2024, poling rata-rata RealClearPolitics menunjukkan bahwa Harris tertinggal -1,9 persen dibandingkan Trump secara nasional sementara Biden tertinggal -3,0 persen!", imbuh Didin.

Sementara itu, majunya Kamala Harris, menurut pengamat Hubungan Internasional Suzie Sudarman dalam pesan singkatnya kepada Liputan6.com, hal itu adalah yang paling masuk akal. "Karena beliau kan wakil presiden. Pasti juga akan memudahkan karena delegates di convention partai adalah delegates untuk Biden-Harris sehingga bisa mencegah kekisruhan karena Harris ditantang."

"Kemudian politisi yang berpotensi semua terlihat tidak menantang seperti tokoh kuat Gretchen Whitmer, Gavin Newsome, Josh Shapiro tetap tidak menunjukkan akan menantang kandidasi Kamala dan Whitmer serta Shapiro dari battle Ground States," papar Suzie.

Ketika ditanya perihal peluang positif bagi Donald Trump setelah adanya insiden penembakan dan mundurnya Joe Biden, Suzie mengatakan "Trump tetap capres yang janggal karena sudah dijatuhi hukuman, beliau menjadi fellon pertama yang mencalonkan Presiden."

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Mundurnya Joe Biden dari Bursa Capres AS Ubah Strategi Partai Demokrat Vs Republik?

Joe Biden dan Kamala Harris Resmi Pimpin Amerika Serikat
Presiden AS Joe Biden. (AP Photo/Patrick Semansky, Pool)

Adapun prospek Kamala Harris menjadi calon dari Partai Demokrat mendapat dorongan besar dengan dukungan Joe Biden. Dia memberikan dukungan penuh kepada Harris, dan menyebut keputusannya untuk menjadikannya sebagai wakil presiden empat tahun lalu adalah keputusan terbaik yang pernah dia buat.

Kamala Harris menanggapinya dengan mengatakan bahwa dia merasa terhormat mendapat dukungannya dan akan melakukan segala kemungkinan untuk memenangkan nominasi.

Laporan BBC menyebut ada kemungkinan bahwa sebagian besar anggota Partai Demokrat akan mengikuti jejak presiden dan berada di belakang wakil presiden Kamala Harris untuk menghindari ketidakpastian yang sedang berlangsung kurang dari sebulan setelah konvensi Partai Demokrat.

Ada alasan praktis dan politis untuk melakukan hal tersebut.

Kamala Harris juga berada di urutan berikutnya dalam garis suksesi konstitusional. 

Memilih Harris adalah sebuah risiko bagi Partai Demokrat, namun saat ini tidak ada pilihan yang aman. Dan taruhannya – kemungkinan kemenangan Donald Trump – sangatlah besar.

Di sisi lain, Konvensi Partai Republik tahun 2024 ini adalah mesin yang dikalibrasi dengan cermat, mempromosikan agenda partai yang paling populer dan memfokuskan kritik pada satu orang, Presiden Joe Biden. Tapi ternyata Partai Republik menargetkan orang yang salah.

Dengan adanya berita mengenai pembatalan kampanye Biden untuk terpilih kembali, rencana permainan Partai Republik yang dipelopori oleh Donald Trump telah berubah arah.

Partai Republik menghabiskan satu minggu penuh acara yang dirancang dengan cermat dan berfokus pada kelemahan Partai Demokrat yang menentang mereka.

Kampanye tersebut telah menyoroti kekuatan dan vitalitas kandidat mereka dengan memberinya penampilan yang meriah, didahului dengan penampilan mantan pegulat Hulk Hogan dan impresario Ultimate Fighting Championship Dana White, serta penampilan Kid Rock.

Upaya untuk kontras dengan anggapan kelemahan Biden – dan strategi untuk menghilangkan pemilih laki-laki yang lebih muda – terlihat jelas. Namun dalam skenario apa pun saat ini, calon dari Partai Demokrat adalah seseorang yang jauh lebih muda dari presiden.

Strategi kuat vs lemah melawan Wakil Presiden Kamala Harris atau salah satu gubernur muda dari Partai Demokrat yang disebut-sebut sebagai calon penerus Biden tidak akan memberikan dampak yang sama.

Jika Harris adalah calon presiden, diperkirakan Partai Republik akan mencoba mengaitkannya dengan kegagalan pemerintahan saat ini. Selama berbulan-bulan mereka menjulukinya border czar.

Meskipun mantan jaksa tersebut sama sekali bukan berasal dari sayap progresif partai tersebut, serangan-serangan Partai Republik sebelumnya terhadap Kamala Harris menunjukkan bahwa mereka mungkin juga menggambarkannya sebagai sosok radical left.

Tidak peduli siapa calonnya, Partai Republik pasti akan menyalahkan Partai Demokrat karena menutupi kelemahan Biden yang berkaitan dengan usia – dan membahayakan negara.

Pada titik ini, semua orang menjadi buta karena hanya tinggal beberapa bulan lagi hingga pemungutan suara presiden yang pertama dilakukan. 


Mundur dari Bursa Capres, Joe Biden Tetap Jadi Presiden AS

Infografis Joe Biden Mundur dari Pilpres AS 2024. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)
Infografis Joe Biden Mundur dari Pilpres AS 2024. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)

Joe Biden yang berusia 81 tahun itu sebelumnya menolak seruan untuk mundur, bahkan ketika banyak pihak yang mulai khawatir atas masalah mental dan kapasitasnya untuk mengalahkan Donald Trump.

Kini para pemimpin dari seluruh dunia menanggapi keputusan Joe Biden untuk mundur dalam pencalonannya kembali di pemilu AS 2024.

Dilansir The Guardian, Senin (22/7), sekutu Amerika Serikat (AS) sebagian besar memuji kerja Biden selama puluhan tahun bertugas di pemerintahan dan membahas soal Biden sebagai mitra dalam keamanan internasional, tanpa membahas ketegangan perdebatan politik yang masih berlangsung di AS.

Sementara itu, Perdana Menteri Inggris Keir Starmer mengatakan bahwa dia "menghormati" keputusan Biden dan menyebut kariernya "luar biasa".

"Saya menghormati keputusan Presiden Biden dan saya menantikan kita bekerja sama selama sisa masa kepresidenannya," kata Starmer dalam sebuah pernyataan.

"Saya tahu, seperti yang telah dilakukannya sepanjang kariernya yang luar biasa, dia akan mengambil keputusan berdasarkan apa yang dia yakini terbaik bagi rakyat Amerika."

Meski demikian, Joe Biden tetap akan menjadi presiden AS hingga Januari 2025.

"Meskipun saya berniat untuk mencalonkan diri kembali, saya yakin bahwa demi kepentingan terbaik partai dan negara, saya harus mengundurkan diri dan hanya fokus pada pemenuhan tugas sebagai presiden selama sisa masa jabatan," tulis Biden dalam surat yang diunggah di X (dulunya Twitter).

"Saya akan menyampaikan pernyataan kepada publik pada akhir minggu ini secara rinci tentang keputusan saya."

Joe Biden juga mengucapkan terima kasih kepada Kamala Harris yang ia nilai sudah menjadi mitra yang luar biasa.


Siapa Calon Kuat Pengganti Joe Biden dari Partai Demokrat?

Joe Biden
Joe Biden juga mengucapkan terima kasih kepada Kamala Harris yang ia nilai sudah menjadi mitra yang luar biasa. (AP Photo/Matt Kelley, File)

Pengumuman mundurnya Joe Biden dari bursa capres AS tentu saja membuka jalan bagi anggota dari partai Demokrat lainnya untuk menjadi kandidat presiden partai.

Meski Kamala Harris mendapat dukungan langsung dari Joe Biden, namun ia masih harus mendapatkan dukungan dari cukup banyak delegasi menjelang Konvensi Nasional Partai Demokrat bulan depan untuk menjadi calon resmi. Namun sebagai wakil presiden saat ini dan penerus yang dipilih sendiri oleh Joe Biden, dia jelas merupakan favorit.

Sejumlah nama pengganti Joe Biden mengemuka ke publik, Kamala Harris paling top. Lainnya, mengutip BBC, ada yang memberitakan Gubernur Michigan dua periode Gretchen Whitmer, sosok populer di kalangan Demokrat Midwest yang diyakini banyak orang akan mencalonkan diri sebagai presiden pada tahun 2028.

Dia pernah berkampanye untuk Biden di masa lalu dan dia tidak malu dengan aspirasi politiknya. Dia mengatakan kepada New York Times bahwa dia ingin melihat presiden Generasi X pada tahun 2028, tetapi dia berhenti untuk menyarankan bahwa dia cocok untuk mengisi peran itu.

Selain itu ada Gubernur California Gavin Newsom, Menteri Transportasi Pete Buttigieg, Gubernur Pennsylvania Josh Shapiro, serta Gubernur Illinois JB Pritzker yang disebut-sebut berpeluang menggantikan posisi Joe Biden.

Profesor ilmu pemerintahan di Northeastern Martha Johnson mengatakan, jika tiket presiden Demokrat diberikan kepada Kamala Harris maka ini akan menjadi sejarah.

"Ini adalah waktu yang luar biasa bagi Partai Demokrat dan negara ini, dan masih banyak pertanyaan tentang proses yang akan berjalan ke depannya," kata Johnson.

Namun Johnson memperingatkan bahwa jalannya ke depan tidak akan mudah.

"Penelitian berulang kali menunjukkan bukti seksisme dan rasisme dalam politik Amerika Serikat, baik yang eksplisit maupun yang disengaja dan lebih halus, misalnya, dalam liputan media," kata Johnson, dikutip dari northeastern.edu.

"Wanita kulit berwarna sering kali menjadi sasaran utama stereotip dan serangan seksis dan rasis."

Sementara menurut Pengamat Hubungan Internasional Suzie Sudarman, peluang cukup baik bagi Kamala Harris. "Tantangannya hanya jarang capres Demokrat Perempuan bisa diterima rakyat Amerika," ucap Johnson.

Infografis Bursa Kandidat Capres AS Pengganti Joe Biden. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)
Infografis Bursa Kandidat Capres AS Pengganti Joe Biden. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya