Liputan6.com, Jakarta - KBRI Beirut mengimbau Warga Negara Indonesia (WNI) untuk meninggalkan wilayah Lebanon, merujuk pada kondisi yang kian memanas di kawasan tersebut.
"Kami mengimbau seluruh WNI di Lebanon untuk sudah memproses Lapor Diri kepada KBRI Beirut dan mempertimbangkan untuk dapat keluar dari Lebanon untuk sementara waktu secara mandiri selama layanan penerbangan komersial masih tersedia," bunyi pernyataan KBRI Beirut di akun Instagram resmi @indonesiainlebanon, Kamis (1/8/2024).
Baca Juga
WNI diimbau untuk berwaspada, meningkatkan kehati-hatian dan mempersuapjan diri jika terjadi eskalasi konflik.
Advertisement
Selain itu, KBRI Beirut juga mengimbau WNI yang memiliki rencana berkunjung ke Lebanon untuk menunda perjalanannya.
WNI yang menetap di Lebanon Selatan juga diimbau untuk waspada dan berlindung di KBRI.
"Dengan mempertimbangkan buruknya kondisi keamanan di Lebanon Selatan (Saida, Hasbaya, Nabatiyeh, Marjeyoun, Tyre dan Altaroun), telah ditetapkan Status Siaga I di wilayah tersebut sejak Oktober 2023. Dalam kaitan ini, kami mengimbau seluruh WNI di Lebanon Selatan untuk berlindung di KBRI Beirut (safe house)," lanjut pernyataan itu.
Perwakilan Indonesia itu juga mengingatkan agar seluruh WNI agar: menghindari kawasan rawan, bersikap waspada atas perkembangan keamanan dan situasi, menyimpan barang dan dokumen berharga, hingga menjaga barang berharga.
Â
Penyebab Eskalasi Konflik
Penyebab eskalasi konflik terbaru terjadi pada Sabtu (27/7) sore, setelah sebuah roket menghantam lapangan bola di Majdal Shams, sebuah kota di Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel. Tragedi itu membunuh 12 anak dan melukai 44 orang lainnya.
Menurut Israel, serangan dilakukan oleh roket Falaq-1 buatan Iran dengan hulu ledak seberat 45 kg dan hanya Hizbullahyang memiliki roket semacam itu di Lebanon. Israel pun menjanjikan pembalasan bahwa Hizbullah akan membayar dengan harga mahal.
Namun, Hizbullah telah membantah terlibat.Â
"Perlawanan Islam di Lebanon dengan tegas membantah tuduhan yang dilaporkan oleh beberapa media Israel dan berbagai platform media lainnya tentang penargetan wilayah Majdal Shams. Hizbullah menegaskan bahwa kami tidak memiliki hubungan apa pun dengan insiden tersebut dan dengan tegas membantah semua klaim palsu dalam hal ini," demikian pernyataan yang dikeluarkan Hizbullah pada Sabtu malam, seperti dikutip dari Mehr News.
Dikutip dari Axios, pejabat Hizbullah mengaku kepada PBB bahwa apa yang terjadi pada Sabtu disebabkan oleh rudal pencegat Israel sendiri. Namun, Israel membantahnya.
Advertisement