Mantan PM Pakistan Imran Khan Mencalonkan Diri Jadi Rektor Universitas Oxford

Khan akan bersaing dengan dua mantan PM Inggris, siapa saja mereka?

oleh Tim Global diperbarui 20 Agu 2024, 13:22 WIB
Diterbitkan 20 Agu 2024, 13:22 WIB
Mantan PM Pakistan Imran Khan.
Mantan PM Pakistan Imran Khan. (Dok. Rahmat Gul/AP Photo)

Liputan6.com, Islamabad - Mantan Perdana Menteri Pakistan Imran Khan secara resmi mengajukan permohonan untuk mencalonkan diri sebagai rektor Universitas Oxford dari sel penjaranya. Hal tersebut diumumkan seorang ajudannya pada Minggu (18/8/2024).

Khan menjabat sebagai pemimpin Pakistan dari 2018 hingga April 2022, sebelum digulingkan melalui mosi tidak percaya di parlemen yang dikuasai oposisi yang dia duga direncanakan oleh militer Pakistan yang kuat.

"Sesuai instruksi Imran Khan, formulir pendaftarannya untuk Pemilihan Rektor Universitas Oxford 2024 telah diserahkan," kata Sayed Zulfiqar Bukhari di platform media sosial X atau yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter.

"Kami menantikan dukungan semua orang untuk upaya bersejarah ini."

Khan, yang masih menjadi politikus paling populer di Pakistan, dipenjara sejak Agustus lalu setelah terlibat dalam serangkaian tuntutan dan gugatan hukum atas tuduhan-tuduhan yang mencakup korupsi, penghasutan, dan memicu protes anti-militer yang disertai kekerasan. Dia menyangkal tuduhan-tuduhan tersebut karena tidak berdasar dan mengklaim militer berada di belakangnya. Demikian seperti dilansir VOA Indonesia, Selasa (20/8).

Punya Pengalaman Sebagai Rektor

Imran Khan.
Mantan PM Pakistan Imran Khan. (Dok. Anjum Naveed / AP PHOTO)

Mantan bintang kriket berusia 71 tahun ini telah dijatuhi hukuman sebelum pemilu nasional Pakistan pada 8 Februari. Namun hukuman-hukuman tersebut ditangguhkan atau dibatalkan oleh pengadilan banding karena kurangnya bukti. Khan saat ini masih dipenjara atas tuduhan yang lebih baru.

Hukuman-hukuman tersebut juga melarang dia mencalonkan diri untuk jabatan publik. Para kandidat yang didukung oleh partainya, Pakistan Tehreek-e-Insaf (PTI) muncul sebagai pemenang di sebagian besar kursi parlemen. Namun, tidak cukup untuk membentuk pemerintahan di tengah tuduhan bahwa pemilu tersebut dicurangi secara besar-besaran untuk mencegah PTI menyapu bersih suara.

Hal ini memungkinkan partai politik saingan yang didukung militer untuk membentuk pemerintahan koalisi dengan Shehbaz Sharif sebagai perdana menteri.

Khan lulus dari Oxford pada 1975, setelah mempelajari filsafat, politik, dan ekonomi. Mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair dan Boris Johnson juga termasuk di antara kandidat untuk menjadi rektor universitas tersebut.

Para anggota Majelis Wali Amanat, yang mencakup semua alumni universitas yang telah diberi gelar, bertanggung jawab untuk memilih rektor Universitas Oxford. Siapa pun yang ingin mencalonkan diri harus menerima nominasi dari setidaknya dua anggota majelis itu agar dianggap memenuhi syarat.

Situs web Universitas Oxford menyatakan bahwa majelis tersebut akan diminta untuk memilih rektor baru melalui pemungutan suara online yang belum pernah terjadi sebelumnya selama minggu ketiga musim gugur, yang dimulai pada 28 Oktober.

Rektor baru akan memegang jabatan tersebut selama 10 tahun. Jabatan rektor biasanya diberikan kepada lulusan universitas, seringkali politikus.

PBB pada bulan lalu menyatakan penahanan Khan sewenang-wenang dan mengatakan tidak ada dasar hukum untuk menahannya di penjara. Ratusan pekerja dan pemimpin partainya, termasuk perempuan, telah dipenjara atau diadili atas tuduhan yang ditolak oleh pengacara pembela karena dianggap tidak berdasar dan merupakan bagian dari tindakan keras negara yang didukung militer terhadap partai tersebut.

Khan sendiri pernah menjabat sebagai rektor Universitas Bradford dari 2005 hingga 2014.

Militer Pakistan dan penerus Khan membantah tuduhan mengatur pemecatannya dari kekuasaan atau terlibat dalam berbagai tuntutan hukum yang dihadapinya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya