Studi: Stres pada Manusia Bisa Menular ke Anjing Peliharaan 

Sejak dulu, manusia dan anjing dikenal memiliki ikatan yang sangat erat satu sama lain.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 16 Okt 2024, 20:17 WIB
Diterbitkan 16 Okt 2024, 20:17 WIB
Presiden Korea Selatan Pertimbangkan Larangan Konsumsi Daging Anjing
Ilustrasi anjing Golden Retriever. (dok. Helena Lopes/Unsplash.com)

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah studi baru yang diterbitkan dalam Scientific Reports menunjukkan bahwa hal itu mungkin terjadi. Studi tersebut menemukan bahwa aroma stres manusia dapat memengaruhi perilaku anjing.

Anjing dan manusia telah memiliki ikatan yang erat selama ribuan tahun, dan anjing sering disebut sebagai "sahabat manusia".

Hubungan yang mendalam ini telah membuat anjing menjadi sangat peka terhadap emosi manusia, membaca bahasa tubuh, ekspresi wajah, dan bahkan nada suara kita.

Namun, para peneliti ingin mengeksplorasi cara lain yang tidak terlalu kentara yang mungkin dilakukan anjing untuk menangkap emosi kita melalui indra penciumannya, dikutip dari laman psypost.org, Rabu (16/10/2024).

Secara khusus, mereka berusaha untuk menentukan apakah anjing dapat mendeteksi bau stres manusia dan bagaimana hal itu dapat memengaruhi perilaku mereka.

Gagasan tentang penularan emosi di mana individu dalam suatu kelompok dapat menangkap dan mencerminkan emosi orang lain, telah terdokumentasi dengan baik pada manusia.

Namun, bagaimana konsep ini berlaku pada hubungan manusia-anjing?

Para peneliti berteori bahwa jika anjing dapat mendeteksi stres melalui penciuman, hal itu dapat memengaruhi suasana hati dan pengambilan keputusan mereka.

 

Perubahan Kortisol pada Manusia

Ilustrasi anjing yang menangis (pixabay)
Ilustrasi anjing yang menangis (pixabay)

Studi ini adalah yang pertama menguji bagaimana bau stres manusia memengaruhi pembelajaran dan kondisi emosional anjing.

"Kebanyakan pemilik anjing akan memberi tahu Anda bahwa anjing mereka dapat merasakan saat mereka stres atau kesal. Saat menafsirkan emosi kita, anjing kemungkinan menggunakan kombinasi isyarat, seperti bahasa tubuh, nada suara dan lain-lain," kata penulis studi Zoe Parr-Cortes, dokter hewan berkualifikasi dan mahasiswa PhD dalam ilmu kedokteran hewan klinis di Universitas Bristol dan Universitas Cardiff.

"Tetapi kami tidak tahu apakah mereka hanya merespons aroma, tanpa perilaku atau isyarat vokal yang ada."

"Kami juga tahu bahwa anjing dapat dilatih untuk mendeteksi perubahan kortisol pada manusia. Misalnya, anjing yang dilatih oleh Medical Detection Dogs di Inggris dapat mendeteksi saat kadar kortisol seseorang pada orang dengan penyakit Addison turun terlalu rendah. Jadi, karena kortisol cenderung meningkat selama stres, kami bertanya-tanya apakah anjing dapat mendeteksi kortisol selama stres dan lebih jauh bagaimana bau memengaruhi emosi anjing itu sendiri."

"Hal yang menarik dari penelitian ini adalah bau-bau ini berasal dari orang-orang yang tidak dikenal, jadi ini menunjukkan bau 'stres' yang umum di antara individu yang dapat dikenali oleh anjing, alih-alih sekadar mempelajari bau pemiliknya yang stres dari pengalaman sebelumnya."

Infografis rabies
Bahaya Rabies, Waspada dengan Gigitan Anjing.(Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya