Musik Mozart Buat Bayi Lebih Pintar Ternyata Mitos, Ini Penjelasannya

Kesimpulan dari berbagai penelitian ini adalah bahwa musik, termasuk karya Mozart, dapat memengaruhi suasana hati dan fokus.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 23 Okt 2024, 01:00 WIB
Diterbitkan 23 Okt 2024, 01:00 WIB
[Bintang] Bartolomeo Cristofori Juga Berjasa Pada Pecinta Musik Klasik
Mozart | via: thecultureconcept.com

Liputan6.com, Jakarta - Mozart Effect merupakan istilah yang dipopulerkan Frances Rauscher dan tim penelitinya pada 1993. Ia tengah meneliti efek mendengarkan musik klasik, khususnya karya-karya Mozart, dapat meningkatkan kemampuan penalaran spasial.

Namun, benarkah musik klasik membuat bayi jadi pintar? Melansir laman Science Direct pada Selasa (22/10/2024), penelitian awal yang dipublikasikan dalam jurnal Nature pada 1993 oleh Rauscher, Shaw, dan Ky menunjukkan bahwa mendengarkan musik Mozart dapat meningkatkan kemampuan spasial dan temporal secara sementara.

Dalam studi ini, partisipan yang mendengarkan Sonata for Two Pianos in D Major (K. 448). Hasil penelitian menunjukkan peningkatan performa dalam tugas-tugas spasial-temporal dibandingkan dengan mereka yang mendengarkan relaksasi atau diam.

Namun, efek ini hanya bertahan sekitar 10 hingga 15 menit dan tidak ada bukti yang mendukung peningkatan jangka panjang dalam kecerdasan atau kemampuan kognitif. Sebuah meta-analisis yang diterbitkan dalam jurnal Intelligence pada 2010 oleh Pietschnig, Voracek, dan Formann mengonfirmasi temuan ini.

Analisis tersebut mencakup 40 studi dengan lebih dari 3000 subjek dan menemukan bahwa efek Mozart hanya bersifat sementara dan tidak signifikan dalam jangka panjang. Penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan performa yang diamati setelah mendengarkan musik Mozart lebih mungkin disebabkan oleh peningkatan suasana hati dan perhatian daripada peningkatan kecerdasan yang sebenarnya.

Para peneliti Harvard mengungkapkan bahwa klaim musik klasik membuat bayi jadi lebih pintar adalah mitos. Studi tersebut dijelaskan dalam makalah 11 Desember 2016 yang diterbitkan dalam jurnal akses terbuka PLoS One.

Meta-analisis yang dilakukan oleh Christopher Chabris pada 1999 diterbitkan dalam jurnal Psychological Science, menyatakan bahwa tidak ada bukti kuat yang mendukung peningkatan IQ secara signifikan hanya dari mendengarkan musik Mozart. Chabris menganalisis berbagai studi terkait dan menyimpulkan bahwa efek Mozart terbatas pada peningkatan sementara dalam kemampuan penalaran spasial.

Namun, tidak memiliki pengaruh terhadap aspek lain dari kecerdasan seperti memori, pemecahan masalah, atau kemampuan verbal. Penelitian lain yang dilakukan oleh Kenneth Steele pada 1999 juga dipublikasikan dalam Psychological Science, menunjukkan bahwa hasil dari penelitian awal tentang Mozart Effect terlalu dibesar-besarkan oleh media.

Steele dan timnya mereplikasi studi awal dan menemukan bahwa dampaknya terhadap kognisi sangat minimal, serta tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa mendengarkan musik Mozart dapat memberikan dampak jangka panjang pada IQ. Kesimpulan dari berbagai penelitian ini adalah bahwa musik, termasuk karya Mozart, dapat memengaruhi suasana hati dan fokus.

Namun, musik Mozart tidak memiliki kemampuan untuk meningkatkan kecerdasan secara keseluruhan.

 

Sejarah Mitos Mozart Effect

Melansir Parenting Science pada Selasa (22/10/2024), hasil studi efek Mozart pertama kali dilaporkan pada 1993 oleh para ilmuwan di Universitas California di Irvine. Penelitian tersebut diulangi oleh kelompok yang sama pada 1995.

Penelitian menemukan bahwa mahasiswa yang mendengarkan Mozart sonata selama beberapa menit sebelum mengikuti tes yang mengukur keterampilan hubungan spasial lebih baik daripada siswa yang mengikuti tes setelah mendengarkan musisi lain atau tanpa musik sama sekali. Gagasan bahwa bayi akan lebih pintar jika mendengarkan musik klasik lahir dari ide ini.

Beberapa waktu setelah penelitian tersebut populer Gubernur Georgia mengamanatkan agar CD musik klasik yang berisi sonata dan karya lainnya dan disumbangkan oleh Sony diberikan kepada semua bayi baru ketika mereka meninggalkan rumah sakit.

Sebaliknya, fenomena Mozart Effect disebabkan oleh peningkatan suasana hati dan tingkat perhatian yang dapat dipicu oleh musik. Musik tertentu dapat membuat seseorang merasa lebih bahagia dan lebih berenergi, dan hal itu dapat memberi dorongan sementara dalam kemampuan kita untuk berkonsentrasi.

(Tifani)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya