Liputan6.com, Tel Aviv - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa Israel siap untuk melanjutkan perang melawan Hamas jika perundingan untuk gencatan senjata tahap kedua gagal.
Dalam pidato yang disiarkan di televisi, Netanyahu menekankan bahwa gencatan senjata itu "sementara" dan Israel berhak untuk melanjutkan serangan di Gaza dan mendapat dukungan dari Presiden terpilih AS Donald Trump untuk melakukannya.
Advertisement
Baca Juga
Netanyahu juga menguraikan apa yang disebutnya sebagai keberhasilan kampanye militer Israel selama 15 bulan terakhir -- termasuk pembunuhan pemimpin Hamas Yahya Sinwar.
Advertisement
"Kami mengubah wajah Timur Tengah," kata Netanyahu, sebelum menambahkan bahwa Hamas sekarang "benar-benar sendirian".
Gencatan senjata akan mulai berlaku pada pukul 08:30 waktu setempat atau 13.30 WIB, dikutip dari laman BBC, Minggu (19/1/2025).
Sebelum pidato, Netanyahu mengatakan Israel tidak akan melaksanakan kesepakatan itu sampai menerima daftar sandera yang akan dibebaskan oleh Hamas.
"Israel tidak akan menoleransi pelanggaran perjanjian itu," katanya.
Daftar yang lebih panjang berisi 33 sandera yang akan dibebaskan oleh Hamas telah dipublikasikan oleh media Israel tetapi belum dikonfirmasi oleh para pejabat.
Namun, otoritas Israel mengatakan bahwa mereka belum menerima nama ketiga sandera yang akan dibebaskan pada hari Minggu (19/1).
Sementara itu, Israel terus melancarkan serangan udara terhadap apa yang mereka sebut sebagai lokasi Hamas dan Jihad Islam di Gaza -- lebih dari 120 orang telah tewas sejak kesepakatan itu diumumkan pada Rabu (15/1), kata para pejabat Hamas.
Selama beberapa minggu ke depan, ke-33 sandera tersebut akan dibebaskan dengan imbalan 1.890 tahanan Palestina. Berdasarkan ketentuan perjanjian, Israel juga akan mulai menarik pasukannya dari Gaza.
Lokasi penyerahan sandera pertama tidak jelas. Seorang pejabat senior militer Israel mengatakan, tiga titik penerimaan telah disiapkan di dekat perbatasan di Gaza utara, tengah, dan selatan.
Upaya Pembebasan Sandera
Sebelumnya, seorang sumber yang dekat dengan Hamas mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa tiga sandera pertama yang akan dibebaskan adalah perempuan.
Pembicaraan tentang ketentuan fase kedua gencatan senjata akan dimulai pada hari ke-16 fase pertama dan akan difokuskan pada pencapaian "akhir permanen perang".
Rincian fase kedua kesepakatan tersebut masih belum pasti, tetapi harapannya adalah bahwa sandera yang tersisa, termasuk laki-laki, akan dibebaskan pada tahap ini karena lebih banyak tahanan Palestina yang ditahan di penjara Israel dibebaskan.
Akan ada juga penarikan penuh pasukan Israel dari Gaza. Diketahui juga bahwa polisi Hamas akan mengatur pemulangan ratusan ribu warga Palestina yang mengungsi ke Gaza utara.
Tahap ketiga dan terakhir akan melibatkan rekonstruksi Gaza -- sesuatu yang bisa memakan waktu bertahun-tahun -- dan pengembalian jenazah sandera.
Pada Jumat (17/1) malam, pemerintah Israel menyetujui gencatan senjata dan kesepakatan pembebasan sandera setelah berjam-jam berdiskusi.
Dua menteri kabinet sayap kanan memberikan suara menentangnya, termasuk menteri keamanan nasional Itamar Ben-Gvir.
Struktur perjanjian yang berlarut-larut juga menyebabkan kecemasan dan perpecahan di antara keluarga para sandera. Beberapa orang khawatir kerabat mereka akan ditelantarkan di Gaza setelah fase pertama selesai.
Pada Sabtu (18/1) malam, ribuan pengunjuk rasa berkumpul di Tel Aviv untuk menuntut pemerintah memastikan pembebasan sandera lainnya dengan mematuhi fase pertama gencatan senjata.
Advertisement