Liputan6.com, Seoul - Industri kebugaran di Korea Selatan sedang mengalami krisis besar. Meskipun budaya tubuh ideal yang dipengaruhi media sosial masih kuat, banyak pusat kebugaran atau gym terpaksa gulung tikar dalam jumlah yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Mengutip Straits Times, Minggu (9/2/2025), sepanjang tahun 2024, sebanyak 553 gym ditutup—meningkat 26,8 persen dari tahun sebelumnya dan menjadi angka tertinggi sejak pencatatan dimulai pada 1990. Banyak gym yang kesulitan kini mencari pemilik baru, sementara penutupan secara mendadak meninggalkan pelanggan yang telah membayar di muka tanpa pengembalian dana.
Baca Juga
Warganet Korea Serukan Boikot Kim So Hyun Buntut Tudingan Sebabkan Kematian Kim Sae Ron, Kontrak dengan 18 Brand Terancam
5 Aktor Korea Selatan Ini Terkena Cancel Culture, Kim Soo Hyun Terancam Mengalaminya
Penyanyi R&B Wheesung Ditemukan Meninggal Dunia di Seoul, Agensi Mohon Publik Tak Sebarkan Rumor Penyebabnya
Menurut data bisnis dari Kementerian Dalam Negeri dan Keselamatan Korea Selatan, gelombang penutupan ini bahkan lebih parah dibandingkan saat pandemi Covid-19, ketika pembatasan pemerintah memaksa banyak gym untuk tutup.
Advertisement
Sebagai perbandingan, sebanyak 430 gym tutup pada tahun 2020 dan 402 pada tahun 2021, namun angka penutupan pada 2024 melampaui keduanya. Hingga awal 2025, sedikitnya 36 gym lagi telah menutup operasinya.
Persaingan Ketat
Di Korea Selatan, pemilik gym biasanya mengenakan gwonriggeum, yaitu biaya transfer bisnis saat menjual gym mereka. Biaya ini memungkinkan pembeli untuk mengambil alih basis pelanggan serta peralatan yang sudah ada. Namun kini, banyak pemilik gym yang terpaksa menyerahkan bisnis mereka tanpa biaya transfer—tanda bahwa mereka tidak lagi mampu bertahan secara finansial.
"Gym yang bahkan tidak bisa mengenakan biaya transfer berada dalam masalah serius," kata seorang pemilik gym yang enggan disebutkan namanya.
"Sebagian besar tidak bertahan lebih dari satu atau dua tahun," tambahnya, memperkirakan jumlah penutupan akan terus meningkat.
Selain tekanan ekonomi, persaingan dalam industri gym di Korea Selatan semakin ketat.
Gym waralaba besar menawarkan harga keanggotaan yang sangat murah, mulai dari hanya 10.000 hingga 20.000 won (sekitar Rp120.000 hingga Rp240.000) per bulan. Gym independen yang tidak mampu bersaing dengan harga serendah itu akhirnya mengalami kerugian besar dan terpaksa tutup.
Advertisement
Maraknya Penipuan
Seiring semakin banyaknya gym yang tutup, praktik penipuan terkait penutupan gym juga meningkat. Beberapa gym tiba-tiba menutup operasionalnya setelah mengumpulkan pembayaran di muka dalam jumlah besar, membuat pelanggan tidak dapat mengklaim pengembalian dana.
Pada Desember 2024, sebuah gym ternama di Goyang, Provinsi Gyeonggi, tiba-tiba tutup, meninggalkan banyak pelanggan yang telah membayar di muka dalam ketidakpastian. Kasus serupa terjadi di Hwaseong, Gyeonggi, pada November, yang memicu banyak keluhan konsumen. Banyak pelanggan yang telah membayar jutaan won untuk sesi pelatihan pribadi hanya diberi tahu oleh polisi untuk "menunggu" hasil investigasi.
Berdasarkan data dari Korea Consumer Agency, jumlah keluhan terkait penipuan pembayaran gym terus meningkat, dari 2.406 kasus pada 2021 menjadi 2.521 kasus per September 2024.
Pengacara Kwak Jun-ho memperingatkan bahwa beberapa gym sengaja menjalankan promosi diskon besar-besaran sebelum akhirnya menutup bisnis mereka secara tiba-tiba.
"Jika sebuah gym tiba-tiba menawarkan biaya keanggotaan yang sangat rendah hingga tidak masuk akal, itu bisa menjadi tanda bahaya," katanya.
