Pada Usia 89, Mugabe Kembali Dilantik Jadi Presiden Zimbabwe

Kepemimpinan barunya dimulai pada Kamis 22 Agustus 2013 waktu setempat.

oleh Tan diperbarui 23 Agu 2013, 09:39 WIB
Diterbitkan 23 Agu 2013, 09:39 WIB
robert-mugabe-130728b.jpg
Robert Mugabe resmi menjadi Presiden Zimbabwe untuk periode 5 tahun mendatang setelah terpilih selama 7 kali memimpin negara tersebut. Kepemimpinan barunya dimulai pada Kamis 22 Agustus 2013 waktu setempat.

Setelah dilantik, Mugabe pun menyampaikan bahwa pada pemerintahan barunya akan mengintensifkan eksploitasi mineral untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan taraf hidup rakyat.

Dalam sambutannya setelah pelantikan seperti dimuat dalam Xinhua, Jumat (23/8/2013). Mugabe menyatakan pemerintah baru akan berusaha segera mengatasi masalah ketahanan pangan, penyediaan air di daerah perkotaan, penyediaan unit kesehatan dan infrastruktur yang memburuk akibat sanksi Barat pada negara Afrika bagian selatan.

Mugabe mengatakan, eksploitasi penuh sumber daya alam yang melimpah di negara itu akan menjadi kunci utama untuk berbalik nasib negara.

"Kita harus percaya pada diri kita sendiri dengan beralih ke sumber daya alam kita. Sektor pertambangan akan menjadi bagian pusat dari pemulihan ekonomi dan pertumbuhan," kata Mugabe kepada ribuan rakyat Zimbabwe dan pejabat asing yang memadati stadion berkapasitas 60 ribu tempat duduk untuk menyaksikan pelantikannya.

Zimbabwe memang memiliki deposito besar dalam tambang seperti platinum, emas, berlian dan perak.

Kontroversi

Pria bernama lengkap Robert Gabriel Mugabe yang lahir pada 21 Februari 1924 menjabat sebagai kepala pemerintahan Zimbabwe sejak 1980, ketika menduduki jabatan sebagai perdana menteri pertama. Sementara jabatan presidennya dimulai pada 31 Desember 1987.

Sejak menjabat presiden, Mugabe menghapuskan jatah 20 kursi di parlemen dan 10 kursi Senat bagi wakil masyarakat kulit putih. Dua bulan sebelumnya, Oktober 1987, parlemen Zimbabwe memutuskan mengubah konstitusi yang semula sistem parlementer menjadi presidensiil. Jabatan presiden tidak lagi bersifat seremonial, tetapi diperkuat menjadi pemegang kekuasaan eksekutif.

Kekuasaan Mugabe berlanjut meski bukan tanpa kontroversi. Pemilu pada tahun 2000 juga dimenangkannya memicu protes dunia internasional. Komunitas internasional seperti Amerika Serikat, Inggris, Eropa, Australia, Selandia Baru, dan Uni Afrika mengecam keras intimidasi terhadap kalangan oposisi menjelang pemilu.

Ketika itu Mugabe melawan Morgan Tsvangirai yang menjadi calon oposisi. Tsvangirai memperoleh suara 1.185.793 (41%), sementara Mugabe meraih 1.637.642 (56%) suara. Kemenangan Mugabe kali itu berujung pada pencekalan dirinya yang tak diperkenankan bepergian ke Eropa.

Pada 2002-2003, Amerika Serikat memberlakukan sanksi terhadap Zimbabwe, yakni pembatasan finansial dan visa terhadap beberapa pejabat pemerintah, larangan pengiriman peralatan militer,  dan penangguhan bantuan non-kemanusiaan.

Atas tindakan itu, Amerika Serikat kembali mempertimbangkan untuk sanksi baru terhadap pemerintah Zimbabwe.

Sementara Australia mendesak agar negara-negara Afrika mendukung sanksi yang lebih berat, dan menuding Afrika Selatan kurang menindak Mugabe. Atas dasar itulah, Australia mendorong Dewan Hak Asasi Manusia PBB agar mengeluarkan resolusi mengecam tindakan rezim Mugabe dan menuntut agar ada sanksi tegas. (Tnt/Yus)







(Tnt/Yus)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya