Kisah Bayi 1 Minggu Diterjang Topan `Monster` Haiyan

Marria menceritakan saat topan dan ombak tinggi menerjang rumahnya. Ia bersama keluarga, termasuk bayinya berhasil menyelamatkan diri.

oleh Liputan6 diperbarui 22 Nov 2013, 08:23 WIB
Diterbitkan 22 Nov 2013, 08:23 WIB
korban-topan-haiyan-131122a.jpg

Isak tangis seorang bayi mewarnai suasana posko pengungsian sementara di Bandara Militer Cebu. Tampak seorang wanita paruh baya bernama Marria Corjudylyn sedang memberi air susu ibu (ASI) untuk bayinya yang terus menangis.

Bayi bernama Elcorj Riezha ini adalah salah satu saksi hidup bencana topan Haiyan pada 8 November 2013 lalu. Saat itu, usia Elcorj masih sangat dini. Baru berumur 1 minggu.

Marria menceritakan saat topan dan ombak tinggi menerjang rumahnya. Ia bersama keluarga, termasuk bayinya, Elcorj, berhasil menyelamatkan diri.

"Saat kejadian saya memeluk Elcorj dan berlindung di bawah kolong tempat tidur rumah nenek kami. Sedangkan 3 anak saya dilindungi suami saya," kata Marria saat dievakuasi ke dalam pesawat hercules TNI AU dari Tacloban ke Cebu kepada Liputan6.com, Kamis 21 November 2013, waktu setempat.

Dia menjelaskan, saat bersembunyi, tiba-tiba air mulai naik dan masuk ke dalam rumah. Bersama keluarganya, ibu berusia sekitar 35 tahun itu pindah ke rumah tetangganya yang lebih tinggi.

"Saat itu cuaca sangat ekstrem. Saya pindah bersama keluarga ke rumah tetangga yang terdapat 2 rumah di sebelah kiri rumah kami," kenang Marria.

"Perjalanan itu sangat menyeramkan. Setelah tiba di rumah tetangga, kami memilih menetap di situ," imbuh dia.

Setelah topan, badai dan ombak berlalu, warga Marabut Provinsi Western Samar itu pindah ke pusat evakuasi di tengah kota, bersama keluarganya. Di situ, ia diberi pengobatan dan barang-barang kebutuhan untuk bayinya.

"Kami mendapat makanan, dan pengobatan di tempat evakuasi," ujarnya.

Marria memilih dievakuasi ke Bandara Cebu bersama TNI AU demi menolong sang bayi yang masih kecil. Setelah dari Cebu, ia akan pindah ke Bais City, Provinsi Negros Oriental untuk tinggal bersama bibinya.

"Sampai sekarang kita belum memiliki tempat tinggal tetap di Samar. Rumah saya hancur. Saya lebih memilih mengungsi membawa anak-anak saya ke rumah bibi di Bais City," ucap Marria.

Ditemani kakaknya, Marria mengungsi bersama 4 anaknya. Saat ini, ia dan keluarga masih berada di posko pengungsian sementara di Cebu sambil menunggu diantar militer Filipina ke rumah bibinya. [Baca juga: Cerita Pilu Anna, Pengungsi Tacloban yang Mencari Suaminya] (Riz/Sss)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya