Liputan6.com, Cordillera: Sekitar 240 kilometer sebelah utara Ibu Kota Filipina, Manila, di perbukitan Cordillera, terdapat kampung tradisional yang disebut Tam-awan. Kampung masyarakat primitif ini dibuat oleh seniman Filipina Ben Cab, enam tahun silam. Sebenarnya, Cab hanya memindahkan perkampungan yang dihuni masyarakat primitif Baguio. Langkah itu dilakukan karena ia khawatir keaslian budaya Baguio punah akibat terjamah masyarakat modern.
Pemindahan permukiman yang terdiri dari gubuk-gubuk sederhana ini merupakan tantangan tersendiri. Setelah mempreteli gubuk, Cab dan kawan-kawannya harus membawanya melalui jalan sempit dan rawan longsor menuju perbukitan Cordilerra. Setibanya di lokasi, bahan gubuk disusun kembali tanpa paku atau lem. Sepintas, gubuk itu terlihat sederhana. Tapi, sesungguhnya arsitektur bangunan tempat tinggal masyarakat Baguio itu sangat rumit. Setelah selesai dibangun ulang, seorang pendeta memimpin ritual pemberkatan.
Tam-awan secara harfiah berarti tempat yang menguntungkan. Nama itu dipilih karena masyarakat setempat merasa beruntung bisa melihat indahnya matahari terbenam di ujung cakrawala Samudera Cina Selatan. Kini, Kampung Tam-awan menjadi suaka alam sekaligus tempat wisata ekologi.(ZAQ/Nlg)
Pemindahan permukiman yang terdiri dari gubuk-gubuk sederhana ini merupakan tantangan tersendiri. Setelah mempreteli gubuk, Cab dan kawan-kawannya harus membawanya melalui jalan sempit dan rawan longsor menuju perbukitan Cordilerra. Setibanya di lokasi, bahan gubuk disusun kembali tanpa paku atau lem. Sepintas, gubuk itu terlihat sederhana. Tapi, sesungguhnya arsitektur bangunan tempat tinggal masyarakat Baguio itu sangat rumit. Setelah selesai dibangun ulang, seorang pendeta memimpin ritual pemberkatan.
Tam-awan secara harfiah berarti tempat yang menguntungkan. Nama itu dipilih karena masyarakat setempat merasa beruntung bisa melihat indahnya matahari terbenam di ujung cakrawala Samudera Cina Selatan. Kini, Kampung Tam-awan menjadi suaka alam sekaligus tempat wisata ekologi.(ZAQ/Nlg)