Dokter Belajar Lagi Teknik Radioterapi di RSCM

Workshop ini diikuti oleh 120 orang yang terdiri dari berbagai profesi, yang berkaitan dengan pelayanan radioterapi.

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 28 Agu 2014, 15:55 WIB
Diterbitkan 28 Agu 2014, 15:55 WIB
Radioterapi RSCM
Perkembangan teknologi kedokteran khususnya pada bidang radioterapi, membuat para tenaga kesehatan harus menguasai segala aspek fisika medik yang mendasarinya.

Liputan6.com, Jakarta Perkembangan teknologi kedokteran khususnya pada bidang radioterapi, membuat para tenaga kesehatan harus menguasai segala aspek fisika medik yang mendasarinya.

Untuk menambah ilmu terkait dengan teknik radioterapi, Himpunan Fisika Medik dan Biofisika Indonesia (HFMBI) dan Departemen Fisika FMIPA-UI, bekerjasama dengan Departemen Radioterapi RSCM dan Perhimpunan Dokter Spesialis Onkologi Radiasi Indonesia (PORI), berkolaborasi dengan American Association of Physicist in Medicine (AAPM) menyelenggarakan International Workshop on Modern Clinical Radiotherapy (IWMCR) di Departemen Radioterapi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.

"Workshop yang diselenggarakan sejak 27 sampai 30 Agustus 2014 ini, akan diikuti oleh 120 orang yang terdiri dari berbagai profesi, yang berkaitan dengan pelayanan radioterapi. Baik dalam maupun luar negeri," kata Soehartati Gondhowiardjo, MD, PhD dalam konferensi pers yang diadakan di Departemen Radioterapi RSCM Lantai 3, Salemba, Jakarta, Kamis (28/8/2014)

Kepala Departemen Onkologi Radiasi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo menambahkan, adanya IWMCR ini membuat seluruh tenaga kesehatan sama-sama bekerja dan belajar, agar terapi radiasi dapat diberikan secara aman, baik bagi pasien maupun masyarakat sekitar.

Radioterapi, terang Soehartati, bagai dua sisi mata pisau, di mana sangat berguna untuk mengobati pasien kanker, sedangkan di sisi lain sangat berbahaya karena tidak berwarna dan tidak terasa. Karena itu, menyebabkan faktor kualitas dan keamanan menjadi hal terpenting dalam penggunaannya, untuk menghindari efek samping samping serius.

"Untuk meradiasi pada daerah yang diinginkan, perlu sebuah teknologi. Dalam penerapannya, dibutuhkan kerjasama yang erat antara Dokter Spesialis Onkologi Radiasi, perawat, radioterapi dan Fisikawan Medik," kata Soehartati.

Adapun tugas dari Dokter Spesialis Onkologi Radiasi adalah sebagai penentu keputusan akhir dan pemegang tanggung jawab, membutuhkan dukungan dari fisika medik, khususnya dalam aspek perencanaan radiasi dan verifikasi, agar dapat memberikan terapi radioterapi yang aman dan berkualitas.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya