PABMI: Bicara CBL, Bicara Tentang Kualitas Hidup Pasien

Data statistik yang dihimpun, setiap tahun ada 7.500 bayi yang lahir dengan kondisi celah bibir dan langit-langit (CBL)

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 08 Sep 2014, 16:30 WIB
Diterbitkan 08 Sep 2014, 16:30 WIB
Celah Bibir dan Langit-langit
Data statistik yang dihimpun, setiap tahun ada 7.500 bayi yang lahir dengan kondisi celah bibir dan langit-langit (CBL)

Liputan6.com, Jakarta Kasus celah bibir dan langit-langit (CBL) di Indonesia masih tergolong tinggi. Dari data statistik yang dihimpun Persatuan Ahli Bedah Mulut dan Maksilofasial Indonesia (PABMI), setiap tahun ada 7.500 bayi yang lahir dengan kelainan ini.

"Kasus CBL ini menjadi salah satu kasus yang paling besar, karena angkanya yang cukup tinggi," kata Asri Arumsari, drg, SPBM kepada Health-Liputan6.com di Bandung, Jawa Barat, ditulis pada Senin (8/9/2014)

Kepala SMF Bedah Mulut Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, mengatakan, alasan di balik masih tingginya kasus CBL di sini, karena pada dasarnya PABMI tidak hanya bicara masalah bibir atau langit-langit saja, melainkan juga masalah kualitas hidup pasien.

"Jadi, betah itu hanya titik awal di tahapan perawatan. Kita sangat membutuhkan support masyarakat dalam meraih kualitas anak-anak ini, dan bagaimana agar mereka merasa bahwa diterima dengan baik di lingkungannya," kata Asri.

Diakui Asri, stigma sejumlah masyarakat terhadap pasien dengan kondisi CBL masih sangatah rendah. Banyak di antara mereka yang memandang rendah dan aneh pasien tersebut.

Bahkan, kata Asri, stigma masyarakat di sini mengakar kepada budaya di sejumlah daerah yang menggambarkan bahwa pasien dengan kondisi CBL adalah orang bodoh dan tolol. "Ini sungguh miris. Karena masih banyak candaan dan celaan yang menggunakan kondisi itu," kata dia menerangkan.

Contohnya saja di Bali. Tidak sedikit topeng yang  menggambarkan orang dengan kondisi CBL bertebaran di sana. Setelah dipelajari apa maksud dari topeng tersebut, ternyata itu merupakan simbol untuk menggambarkan orang yang bodoh dan tolol.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya