Liputan6.com, Jakarta Nyeri, atau menurut International Association fot the Study of Pain (IASPI) adalah pengalaman sensorik dan emosi tidak menyenangkan yang disebabkan oleh kerusakan jaringan atau hal yang berpotensi menimbulkan kerusakan jaringan.
Masalahnya, penanganan nyeri ini kerap diabaikan. Seperti merasa nyeri kepala, banyak masyarakat yang mudah mengonsumsi obat paracetamol tanpa mengetahui pemicunya.
Baca Juga
Pakar nyeri dari Klinik Nyeri dan Tulang Belakang, dr Mahdian Nur Nasution, SpBS mengatakan, derajat nyeri umumnya bersifat individual dan sangat dipengaruhi oleh faktor genetik, latar belakang kultural, umur dan jenis kelamin. Namun terlepas dari ity, nyeri menimbulkan dampak besar bagi penderitanya.
Advertisement
"Nyeri dapat menimbulkan gangguan tidur, penurunan produktivitas, tingginya angka bolos kerja, ketidakmampuan beraktivitas, hingga ketergantungan pada orang lain," katanya, saat ditemui wartawan di kawasan Buncit, Jakarta, ditulis Sabtu (12/9/2015).
Selain itu, katanya, secara psikologis, nyeri juga dapat memicu depresi, kemarahan dan ansietas serta mencetuskan kecanduan obat pereda nyeri.
"Penderita kanker stadium lanjut misalnya dapat mengalami nyeri luar biasa. Pasien tak sedikit mau bunuh diri. Awalnya penggunaan morphin mempan, tapi karena obat ini memiliki sifat semakin lama butuh dosis besar sehingga tidak mempan lagi dan butuh penanganan untuk mengatasi nyeri," ujarnya.