Liputan6.com, Jakarta Anda sayang bumi? Cobalah mengurangi mengonsumsi daging. Kabarnya, cara tersebut bisa mengurangi pemanasan global.
Ya, pemanasan global itu mengacu pada peningkatan suhu bumi. Hal ini terjadi ketika gas di atmosfer bumi menyerap sinar matahari dan memanaskan planet.
Baca Juga
Baca Juga
Sebenarnya hal tersebut baik dan diperlukan untuk hidup. Tapi semuanya ada batasnya dan pemanasan globa itulah yang menjadi batasnya.
Advertisement
Apabila suhu di bumi lebih tinggi maka akan mempercepat cairnya gletser sehingga menyebabkan banjir. Seiring waktu, permukaan air laut jadi meningkat sehingga memengaruhi ekosistem laut. Beberapa spesies akan punah sedangkan yang lainnya berkembang melebihi seharusnya.
Berdasarkan laporan, negara anggota Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) berjanji membatasi perubahan iklim hingga tiga derajat pada tahun 2100. Dan para ilmuwan mengatakan dunia mampu membatasi peningkatan suhu maksimal dua derajat agar lingkungan terjaga. Salah satu solusi membatasi pemanasan global dengan mengurangi makan daging.
Seperti dilansir Scoopwhoop, Kamis, 26/11/2015, laporan tersebut menyebutkan makan daging bisa membuat perut kembung sehingga bertanggung jawab terhadap 15 persen emisi gas rumah kaca.
Sektor peternakan menyumbang 15 persen dari emisi global, setara dengan emisi gas buang dari semua kendaraan di dunia. Apabila pemerintah tidak membatasi makan daging dan susu, maka kerusakan atmosfer tak bisa diubah.
Tentu saja kondisi tersebut tak akan terlalu mempengaruhi generasi Anda, tapi berpengaruh terhadap generasi setelah Anda.
Pemakan Daging Meningkat
Pemakan Daging Meningkat
Konsumsi daging global telah mencapai tingkat yang tidak sehat, dan terus meningkat. Di negara-negara industri, rata-rata orang sudah makan daging dua kali lebih banyak karena dianggap sehat oleh para ahli.
Makan daging berlebihan berkontribusi terhadap munculnya obesitas dan penyakit tidak menular seperti kanker dan diabetes tipe-2.
"Pada tahun 2050 diperkirakan konsumsi daging global meningkat 75 persen...peningkatan konsumsi akan memotong anggaran karbon tersisa," begitu bunyi laporan tersebut.
Baru-baru ini WHO juga mengeluarkan imbauan kebanyakan makan daging merah dan olahan berisiko meningkatkan penyakit tidak menular.
Namun sayangnya, sejumlah dunia masih belum menjalankan imbauan tersebut.
Menurut Chathamhouse, kesadaran masyarakat tentang hubungan antara diet dan perubahan iklim sangat rendah. Ada kesenjangan kesadaran hubungan di antara ternak, diet dan perubahan iklim.
"Peningkatan kesadaran saja tidak akan cukup untuk mempengaruhi perubahan pola makan, akan sangat penting memastikan efektivitas dari berbagai intervensi kebijakan pemerintah," jelas mereka.
Seperti diketahui, PBB rencananya akan menyelenggarakan Konferensi Perubahan Iklim di Paris pada 30 November 2015. (Melly)
Advertisement