Liputan6.com, Jakarta Jumlah dokter spesialis jantung di Indonesia masih belum banyak. Meski para dokter jantung di sini memiliki kemampuan yang tak kalah mempuni dari Singapura dan negara lain, orang yang mempunyai banyak uang akan tetap memilih berobat ke luar negeri karena tak tahan dengan antrean yang cukup panjang.
Ketua Annual Scientific Meeting of Indonesian Heart Association (ASMIHA) 2016, dr Daniel Tobing, MD, FIHA, FasCC, FAPSC, FAPSIC, FESC, mengatakan, jumlah dokter yang belum memadai masih menjadi kesenjangan di bidang layanan kardiovaskular yang harus cepat ditangani. "Saat ini 30 dokter disiapkan untuk menangani 100 ribu penduduk," kata Daniel di Annual Scientific Meeting of Indonesia Heart Association (ASMIHA) 2016 di Jakarta, Jumat (15/4/2016) sore.
Â
Advertisement
Baca Juga
Ia mengimbau agar pemerintah tidak hanya meningkatkan ketersediaan fasilitas kesehatan di layanan primer, tapi juga memberikan pelatihan secara teratur untuk tenaga kesehatan.
Sekretaris Eksekutif PP PERKI, dr Isman Firdaus SpJP(K) membenarkan hal tersebut. Ia mengatakan seharusnya satu dokter jantung melayani kurang lebih 100 ribu pasien, bukan malah melayani lebih dari 200 ribu orang pasien.
Jadi wajar bila pada akhirnya mereka yang berduit memilih merogoh kocek berobat ke luar negeri seperti Singapura, yang penting tidak menunggu lama akibat antrean yang mengular.
"1.500 dokter jantung harus tersedia pada 2019 adalah target kami saat ini. Nantinya dapat disebar secara merata dari Sabang sampai Merauke. Minimal di rumah sakit tipe C ada satu dokter jantung, sehingga yang dari daerah tak perlu dirujuk ke kota besar," kata Isman.