Program JKN-KIS Indonesia Unggul Dibanding Negara Tetangga

Dibandingkan beberapa negara tetangga, Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) di Indonesia lebih baik.

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 03 Mar 2017, 13:00 WIB
Diterbitkan 03 Mar 2017, 13:00 WIB
JKN-KIS
Dibandingkan beberapa negara tetangga, Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) di Indonesia lebih baik.

Liputan6.com, Jakarta Ketua Joint Learning Network Country Core Group Indonesia, Prof Ali Ghufron Mukti, menilai posisi program yang dikelola BPJS Kesehatan, Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS), lebih baik dibanding Kamboja dan Vietnam.

"Kalau untuk ASEAN, kita jelas lebih baik daripada Kamboja dan Vietnam (bila dilihat dari jumlah kepesertaan hingga data terakhir 24 Februari 2017)," kata Ali Ghufron di DI Yogyakarta, Kamis (2/3/2017) siang.

Namun, posisi Indonesia masih belum di urutan pertama karena berada di bawah Filipina. Akan tetapi posisi jadi terbalik jika dilihat dari segi cost sharing, yang mana Indonesia lebih baik dari Filipina.

"Karena di Filipina masih bayar 50 persen. Pun dibanding Myanmar dan sebagainya, kita jauh lebih bagus," kata Ali Ghufron melanjutkan.

Meski begitu, Ali Ghufron mengatakan bahwa Indonesia sudah sangat memengaruhi karena tempo hari pernah ikut mewakili Indonesia membuat resolusi di PBB tentang universal health coverage--perlindungan kesehatan menyeluruh.

Ucapan Ali Ghufron itu dibenarkan Direktur Hukum, Komunikasi, dan HAL BPJS Kesehatan, Bayu Wahyudi, karena di Indonesia dengan biaya yang murah dapat meng-cover hampir semua penyakit.

Bagaimana tidak? Cuma bayar Rp25 ribu setiap bulan, orang yang sakit ginjal dapat menggunakannya untuk cuci darah dengan biaya yang tidak murah. Minimal cuci darah dua kali dalam seminggu, dengan biaya satu kali cuci darah bisa Rp1 juta.

"Itulah yang dinamakan gotong royong. Dengan Rp25 ribu, digotong oleh 45 orang yang sehat sudah bisa menutupi untuk biaya cuci darah satu kali. Kalau dua kali, berarti butuh digotong 80 orang," kata Bayu.

"Kalau dia cuci darah dalam sebulan ada delapan kali, berarti biayanya digotong oleh 320 peserta BPJS Kesehatan yang sehat," kata Bayu menambahkan.

Bayu pun mengimbau agar penduduk Indonesia yang merasa tidak mampu untuk segera melapor ke kepala desa agar mendapat bantuan dari pemerintah melalui PBI (pemberian bantuan iuran).

"Jangan gengsi, tidak zamannya lagi. Merasa saya tidak mampu, lapor. Begitu juga orang-orang yang merasa mampu, jangan pula merasa miskin nanti rezekinya diambil setan," kata Bayu menentukan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya