Kebiasaan Ini Meningkatkan Risiko Warga NTT Kena Malaria

Ada beberapa penyebab masyarakat NTT bisa terkena malaria.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 04 Mei 2017, 18:46 WIB
Diterbitkan 04 Mei 2017, 18:46 WIB
Malaria
Selain faktor lingkungan, kebiasaan masyarakat NTT juga meningkatkan risiko mereka terkena malaria.

Liputan6.com, Atambua Meski terjadi penurunan kasus malaria di Nusa Tenggara Timur, masyarakat tetap harus waspada agar tidak tertular penyakit yang dibawa nyamuk Anopheles ini.

Ada beberapa penyebab masyarakat NTT bisa terkena malaria. Kepala Puskesmas Silawan Agusto Lopez Martins mengungkapkan, penyebab pertama berasal dari faktor lingkungan.

”Daerah kami di sini banyak rawa. Maka, nyamuk mudah sekali berkembang biak. Apalagi setelah musim hujan, nyamuk begitu banyak. Pada momen ini, warga juga harus hati-hati,” kata Agusto usai meninjau penyuluhan malaria di Puskesmas Silawan, Atambua, Kabupaten Belu, NTT.

Selain faktor lingkungan, kebiasaan masyarakat NTT juga meningkatkan risiko terkena malaria. Mereka biasa keluar malam hari untuk mengobrol atau sekadar nongkrong.

”Sebaiknya, hindari keluar malam. Kalaupun keluar malam, warga disarankan memakai baju tertutup. Warga juga bisa menggunakan losion antinyamuk. Ini untuk menghindari gigitan nyamuk,” lanjut Agusto.

Persentase angka kematian malaria sebanyak 2,2 persen di Indonesia Timur. Angka ini mengalami penurunan dibandingkan tahun 2012 yang mencapai 4,7 persen, menurut data terakhir dari Kementerian Kesehatan pada tahun 2015.

Di Kabupaten Belu, kasus malaria menurun sebanyak 10,6 persen per 1000 penduduk tahun 2016. Data tahun sebelumnya, angka kematian mencapai 14 persen per 1000 penduduk.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya